Ulasan Buku “Sorotan Iman”: Barnabas, Si Pemberi Semangat
Ulasan Buku “Sorotan Iman” Bab 2, oleh Anita Trilestari
Menurutku, hal yang paling berharga di dunia ini adalah kepercayaan. Kenapa? Karena susah loh untuk mendapatkan kepercayaan orang lain. Susah juga untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain.
Bill Crowder menulis, “Anda mengenal isi hati Anda sendiri, tetapi Anda tidak akan dapat tahu benar apa yang ada di dalam hati orang lain.” Susah untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain! Akan tetapi, jika kita mau memberikannya, akan terjadi perubahan hidup yang lebih baik bagi diri kita sendiri atau orang lain.
Hal yang sama juga dialami oleh Yusuf, salah satu jemaat mula-mula yang diberi nama panggilan Barnabas, yang berarti “si pemberi semangat”. Ia memberikan kepercayaan kepada seorang petobat baru yang bernama Saulus.
Seperti yang kita kenal, Saulus dari Tarsus adalah seorang yang melakukan penganiayaan terhadap orang percaya. Tak heran jika banyak orang percaya yang takut kepadanya.
Penglihatan Saulus saat menuju ke Damsyik mengubahnya menjadi orang percaya, tetapi banyak orang yang tidak percaya pada pertobatannya tersebut. Mereka curiga bahwa apa yang dilakukan Saulus adalah upaya penyusupan ke dalam jemaat, agar ia bisa lebih banyak menganiaya orang percaya. Namun kecurigaan ini ditampik oleh Barnabas. Ia percaya akan pertobatan Saulus dan membimbing Saulus hingga ia menjadi Paulus, seorang penginjil yang hebat.
Coba bayangkan bagaimana jika tidak ada sosok Barnabas dalam jemaat mula-mula. Mungkin tak akan pernah ada penyebaran Injil yang luas seperti yang dilakukan oleh Paulus, karena Paulus takkan pernah diterima sebagai orang percaya. Suatu kepercayaan yang diberikan oleh seorang Barnabas berdampak besar pada kehidupan banyak orang!
Jadi, maukah kita menjadi seperti Barnabas, si pemberi semangat yang mengambil risiko untuk dikhianati? Hanya Tuhanlah yang mampu membentuk kita menjadi seorang Barnabas bagi dunia ini. Berusahalah agar tak menjadi orang yang mematahkan semangat orang lain untuk berubah.
Menurut Bill Crowder, “Jika kita mengizinkan sebuah peristiwa kegagalan membatasi kita, kita mungkin tidak akan pernah bergerak melampauinya atau bangkit mengatasinya. Akan tetapi, apabila kita menerima kegagalan itu sebagai suatu kesempatan untuk membangun karakter Kristus di dalam diri kita, peristiwa tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk memberikan manfaat yang lebih besar lagi.” Like this deh sama pendapat Bill ini!
Bagikan Komentar Kamu