Doa Berantai

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. —Lukas 18:14

Sambil duduk membentuk lingkaran, sekelompok anak putri kelas 6 bergantian saling mendoakan di dalam kelompok Pemahaman Alkitab mereka. “Bapa di surga,” Anna berdoa, “tolonglah Tonya untuk tidak terlalu tergila-gila pada anak cowok.” Tonya melanjutkan sambil cekikikan, “dan tolonglah Anna untuk berhenti bersikap tidak sopan di sekolah dan mengganggu anak yang lain.” Kemudian Talia berdoa, “Tuhan, tolonglah Tonya supaya mau mendengarkan ibunya dan tidak membantah.”

Walaupun anak-anak itu sungguh-sungguh memohon, tetapi mereka tampaknya lebih senang menggoda teman-temannya dengan menyatakan kelemahan mereka di depan umum daripada memerhatikan kebutuhan mereka untuk mendapatkan pertolongan Allah. Pemimpin kelompok itu mengingatkan mereka tentang dibutuhkannya keseriusan dalam percakapan dengan Allah yang Mahakuasa dan pentingnya mengevaluasi hati mereka sendiri.

Jika kita menggunakan doa untuk menunjukkan kesalahan orang lain, tetapi mengabaikan kesalahan kita sendiri, kita seperti orang Farisi dalam perumpaan Yesus. Dia berdoa, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungat cukai ini” (Luk. 18:11). Namun sebaliknya, kita harus menjadi seperti si pemungut cukai yang meminta Allah untuk mengasihaninya, “orang berdosa” (Luk. 18:13).

Berhati-hatilah agar doa kita tidak menjadi daftar kesalahan orang lain. Doa yang Allah rindukan adalah doa yang keluar dari kerendahan hati kita, yang sadar akan dosa-dosa yang ada di dalamnya. —AMC

Bagikan Konten Ini
2 replies
  1. Galih
    Galih says:

    ber-refleksi dan ber-introspeksi diri mampu memperlihatkan siapa kita sebenarnya dalam wujud kelebihan dan kekurangan karakter kita.

    Search my heart and search my soul.
    God bless us

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *