Mengukur Pertumbuhan
Selasa, 6 September 2011
Baca: Efesus 4:1-16
Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman . . . , dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. —Efesus 4:13
Ketika seorang siswa SMA berusaha menggunakan termometer untuk mengukur sebuah meja, gurunya tercengang. Dalam pengalamannya mengajar selama 15 tahun, Dave telah melihat banyak situasi yang menyedihkan dan mengejutkan dirinya. Namun, bahkan ia pun terpana saat menyadari seorang siswa dapat lolos sampai ke jenjang SMA tanpa mengetahui perbedaan antara sebatang penggaris dengan sebuah termometer.
Ketika seorang teman menceritakan hal ini, hati saya bersedih untuk siswa tersebut dan siswa-siswa lain seperti dirinya yang jauh tertinggal dalam pendidikan mereka. Mereka tidak bisa maju karena mereka belum menerima pelajaran-pelajaran dasar yang diperlukan untuk hidup mereka sehari-hari.
Namun kemudian, terlintas suatu pikiran yang menggugah saya: Bukankah terkadang kita melakukan hal yang sama ketika kita menggunakan alat yang salah untuk mengukur hal-hal rohani? Contohnya, apakah kita menganggap bahwa gereja-gereja yang mempunyai sumber daya paling banyak adalah yang paling diberkati Allah? Atau pernahkah kita berpikir bahwa para pengkhotbah yang terkenal jauh lebih saleh daripada mereka yang sedikit jemaatnya?
Standar yang tepat bagi kondisi rohani kita adalah kualitas kehidupan kita, yang diukur melalui sifat-sifat seperti kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran (Ef. 4:2). Menunjukkan kasih “dalam hal saling membantu” (ay.2) merupakan indikasi yang baik bahwa kita sedang bergerak menuju ke maksud yang ditetapkan Allah bagi kita, yaitu suatu “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (ay.13). —JAL
Kedewasaan rohani kita
Diukur dari kualitas
Sifat-sifat yang orang lain lihat
Dihasilkan Kristus dalam diri kita. —Sper
Kasih kita kepada Allah dapat diukur melalui kasih kita kepada sesama.
Mengasihi Allah dan mengasihi sesama ^^
wah, sangat menegur.