Ulasan Lagu: Heart of Worship

Ulasan lagu oleh Daniel Gordon Ang

Dengar lagunya di sini:

“The Heart of Worship” adalah sebuah lagu terkenal yang dinyanyikan oleh banyak gereja di seluruh dunia. Namun, saya punya kesan pertama yang cukup ironis terhadap lagu itu—bayangkan saja, lagu lain apa yang memulai liriknya dengan mengatakan “when the music fades/saat musiknya berhenti”?

Penulis sekaligus penyanyinya, Matt Redman, menjelaskan bahwa lagu ini berawal dari suatu masa di gerejanya ketika terasa tidak ada lagi kerinduan untuk bertemu dengan Allah dan membawa kepada-Nya persembahan berupa pujian pada kebaktian di hari Minggu. Kemudian gereja itu memutuskan untuk memperpendek waktu puji-pujian dan membuat jemaat untuk duduk diam beberapa waktu lamanya. Inilah yang dimaksud pada baris kedua lagu ini (“All is stripped away/kala segalanya dilepaskan”). Apa yang terjadi kemudian adalah orang-orang mulai berdoa dan menaikkan pujian mereka secara spontan. Alhasil, Redman merasa bahwa makna utama dari penyembahan (the heart of worship) telah kembali dialami oleh gerejanya. Jemaat tidak hanya datang dalam ibadah bersama demi mendapatkan faedah dari kebaktian itu, melainkan datang dengan membawa sesuatu kepada Allah dalam penyembahan mereka.

Bagaimana dengan kita? Berapa kali kita sudah mengikuti suatu ibadah dan dengan tidak sadar berharap mendapatkan sesuatu dari kebaktian itu? Ketika pernah aku tinggal di asrama, aku sering merasa rindu untuk beribadah dalam persekutuan siswa yang diadakan setiap hari Rabu. Namun pada waktu itu, sebenarnya aku rindu pada efek terapis yang kurasakan dari kebersamaan di bawah sinar rembulan dan menyanyikan bersama lagu-lagu yang catchy, lebih daripada kerinduan untuk menyembah Allah.

Sebenarnya tidak salah kalau kita menikmati kebersamaan dengan saudara-saudara seiman, atau bahkan menikmati suasana dan musik yang dialami pada saat kebaktian sedang berlangsung. Namun, ketika hal itu menjadi satu-satunya yang kita rindukan dari waktu ibadah bersama, maka kita berada dalam bahaya yaitu kehilangan makna utama dari suatu penyembahan.

Roma 12:1 berkata, “persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Pertama-tama, kita rindu untuk mempersembahkan persembahan yang hidup kepada Allah. Karena itu, ibadah Kristen merupakan suatu perhatian yang secara sadar dan sengaja diarahkan kepada Allah. Penyembahan kita haruslah menyatakan “all about You, Jesus, all about You/segalanya untuk-Mu, Yesus, segalanya untuk-Mu.”

Yang kedua, kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Seluruh diri kita—pikiran dan hati, tangan dan kaki—terlibat dalam ibadah. Kita menyembah dalam roh dan dalam kebenaran. Kita bertepuk tangan, menggerakkan kepala, bahkan meloncat-loncat dalam suatu kebaktian, karena kita secara sadar memilih untuk menyembah Allah dengan melakukan semua itu.

Seperti yang Matt Redman katakan, spontanitas dan ibadah yang dinamis memang hal yang penting. Namun, semua itu harus selalu diimbangi oleh suatu sikap mawas diri dengan melihat apakah spontanitas itu lebih dimotivasi untuk kesenangan kita sendiri atau untuk kemuliaan Allah. Dengan mengikuti prinsip ini, ibadah tidak hanya menjadi suatu waktu khusus yang kita kesampingkan setiap minggu untuk memuji dan menyembah Allah, melainkan juga suatu persembahan rohani yang terus-menerus melibatkan seluruh diri kita, setiap saat, 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. sherry
    sherry says:

    lagu ini memiliki kesan tersendri buat saya.. pertama kali mendengar lagu ini, adalah tepat ketika saya benar2 jauh dari Tuhan. Tidak ada doa, baca firman, apalagi mendengar lagu rohani. Tidak sengaja saya mendengar lagu ini, dan saat itu adalah awal pemulihan saya 🙂

  2. Risalie
    Risalie says:

    gereja tempat saya beribadah jg mengalami hal yg serupa,di mana kami mulai tawar dlm penyembahan. tetapi Tuhan melihat kerinduan hati kami dan saat itu Dia krm Roh Kudus bekerja scr luar biasa, disaat itu saya merasakan bahwa Tuhan amat sangat mencintai anak2NYA, Dia Tdk akan mematahkan buluh yg telah patah, Dia Tdk akan memadamkan sumbu yg telah pudar, haleluYah…

  3. Elo
    Elo says:

    Sangat memberkati, terima kasih utk sharing-nya melalui tulisan ini.
    Biarlah kita menjadi pemuji dan penyembah yg Tuhan cari. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *