Allah Tetaplah Allah
Selasa, 7 Juni 2011
Baca: Daniel 3
Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orang yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. —Ibrani 11:35

Ketika Policarpus (69–155 M), seorang uskup dari gereja di Smirna, diminta oleh penguasa Romawi untuk mengutuk Kristus, jika ia ingin dibebaskan, ia berkata, “Sudah delapan puluh enam tahun aku melayani-Nya, dan tak pernah sekalipun Dia mengecewakan aku. Bagaimana mungkin aku menghujat Rajaku yang telah menyelamatkanku?” Perwira Romawi itu mengancam, “Jika kau tak mengubah keputusanmu, aku akan membakarmu hidup-hidup.” Policarpus tetap tak tergoyahkan. Karena tidak mau mengutuk Kristus, ia pun dibakar pada tiang bakaran.
Berabad-abad sebelumnya, ketika tiga pemuda bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadapi ancaman yang sama, mereka menjawab, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku” (Dan. 3:16-18). Pengalaman yang serupa, tetapi dua hasil yang berbeda. Policarpus dibakar hidup-hidup, tetapi Sadrakh, Mesakh dan Abednego keluar dari perapian tanpa terbakar.
Dua hasil yang berbeda, tetapi suatu pernyataan iman yang sama. Orang-orang ini menunjukkan kepada kita bahwa iman kepada Allah bukan semata-mata beriman pada apa yang dapat diperbuat Allah. Namun, iman adalah kepercayaan bahwa Allah tetaplah Allah, baik Dia akan membebaskan kita ataupun tidak. Dia sendirilah yang menetapkan hasil akhirnya. Dan di tangan kita, terletak pilihan apakah kita memutuskan untuk mengikut-Nya di dalam segala sesuatu yang kita jalani. —AL
Tuhan, tolong kami ‘tuk percaya kepada-Mu tiap waktu
Tak peduli apa pun yang kami jalani,
Menerima penuh dari kebaikan-Mu bahwa
Engkau selalu menetapkan hasil akhirnya. —Sper
Hidup itu keras, tetapi Allah itu baik—setiap waktu.
Dia selalu setia, maka kita juga harus seti pada-Nya ^^
apapun hasil akhirnya, itu hak BAPA. tuhas kita hanya percaya saja ^_^
Tuhan ituwh indah…, Tuhan ituwh baik… sangat baik…. tiada yg lbh m’ngenal sp diri qt yg s’bnr na, bgmn qt & apah yg sdng qt rs kn selain Dy, bahkan qt sndiri pn kadang kurang peka & kurang m’mahami bgmn diri qt sbnr na… :'(