Kesabaran Untuk Menjadi Sabar

Sabtu, 14 Mei 2011

Baca: Mazmur 130:1-8

Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. —Mazmur 130:5

Anak-anak menginginkan segala sesuatu terjadi saat ini juga: “Aku mau pencuci mulutnya sekarang!” “Kita sudah sampai belum?” “Bolehkah kami membuka kadonya sekarang?” Sebaliknya, seiring kita beranjak dewasa, kita belajar menanti. Para mahasiswa kedokteran menanti kelulusan dengan melalui pelatihan. Orangtua menanti dengan penuh harap kedatangan kembali anaknya yang terhilang. Kita menanti untuk sesuatu hal yang layak dinanti, dan dalam proses itu, kita belajar memiliki kesabaran.

Allah, yang tidak dibatasi waktu, meminta kita supaya mempunyai iman yang dewasa, yang mungkin melibatkan penundaan-penundaan yang terlihat seperti suatu ujian. Kesabaran adalah salah satu tanda dari kedewasaan itu, suatu kualitas yang hanya dapat dimiliki seiring berjalannya waktu.

Banyak doa di Alkitab yang muncul dalam masa penantian. Yakub menanti selama 7 tahun untuk seorang istri. Lalu, ia bekerja 7 tahun lagi setelah diperdaya mertuanya (Kej. 29:15-20). Bangsa Israel menanti selama 4 abad untuk pembebasan mereka; Musa menanti selama 40 tahun untuk menerima panggilan menjadi pemimpin Israel dan menanti 40 tahun lagi menuju ke Tanah Perjanjian yang tidak dapat dimasukinya.

“Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi” tulis sang pemazmur (Mzm. 130:6). Ini mengingatkan kita tentang seorang penjaga malam yang menghitung berapa lama lagi tugasnya berakhir.

Saya berdoa untuk sabar bertahan dalam masa-masa pencobaan, supaya tetap menanti, tetap berharap, tetap percaya. Saya memohon kesabaran untuk menjadi sabar. —PDY

Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. —Yesaya 40:31

Allah jarang melakukan hal-hal besar dengan tergesa-gesa.

Bagikan Konten Ini
5 replies
  1. anita
    anita says:

    jadikan kesabaran sebagai pondasi iman kita, banyak hal baik yang terjadi apabila kita bersabar

  2. dian e.s.
    dian e.s. says:

    aku salut dengan pernyataan pemazmur saat mengatakan kerinduannya seperti seorang penjaga menunggu pagi, menggambarkan kerinduan yang begitu besar untuk bersekutu dengan Allah, berjumpa dengan Allah, mengenal Allah.sama seperti penjaga yang ingin melepaskan kepenatan selama berjaga-jaga,dan ingin segera istirahat,atau berjumpa dengan orang2 yang dikasihinya. hal ini makin melukiskan betapa dekatnya hubungan pamazmur dengan Allah. sampai-sampai tidak ingin terpisah walau sebentar saja.
    mungkin patut dipertanyakan ke aku apakah aku telah menanti-nantikan Allah seperti pemazmur menantikan Allah,atau apakah sate,jam-jam doa, telah aku kerjakan dengan penuh kerinduan ingin benar2 berjumpa dan bersekutu dengan Allah ,atau mungkin telah menjadi rutinitas belaka?

    hmmmmmmmmmmmm……….

  3. evylina
    evylina says:

    “Bukanlah hal mudah untuk menjadi sabar, karena Sabar
    adalah proses pendewasaan yang harus dijalani dengan tekun, namun
    membuahkan rasa manis dalam jiwamu pada akhirnya”

    Mintalah pada Tuhan utk slalu memberi benih kesabaran dalam hatimu masing-
    masing, karena Hatimu adalah milik Tuhan,
    dan memang Hanya Tuhan Bapa Kita di Surga yang mampu mengubah hatimu.

    “Mintalah, maka kau akan mendapatkannya” Have a blessed day 4 u All 🙂

  4. lala
    lala says:

    Menantikan waktu Tuhan kita tidak tahu kapan. krn itu tetap bersukacita dalam pengharapan, sabar dlm penantian dan tetap berdoa.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *