Bersakit-sakit Dahulu

Sabtu, 16 April 2011

Baca: Mazmur 32

Banyak kesakitan diderita orang fasik; tetapi orang percaya kepada Tuhan, dikelilingi-Nya dengan kasih setia.  —Mazmur 32:10

Selama mengikuti pelatihan musim panas, para pelatih dari suatu tim sepakbola sama-sama memakai kaos yang dirancang untuk mendorong pemain mereka supaya berlatih secara maksimal. Pada kaos itu tertulis moto: “Tiap hari pilihlah: sakitnya disiplin atau pedihnya penyesalan”. Disiplin adalah hal yang sulit—dan kita mungkin berusaha menghindarinya. Namun, dalam dunia olahraga maupun kehidupan, bersakit-sakit dahulu untuk jangka waktu singkat sering menjadi satu-satunya jalan supaya dapat bersenang-senang untuk jangka waktu yang lama. Dalam suatu pertempuran yang sengit, terlambat sudah kalau masih bersiap-siap. Pilihannya: Anda harus siap sedia menghadapi segala tantangan hidup atau Anda akan terus dibayangi pemikiran “bagaimana jika”, “seandainya saja”, dan “seharusnya aku” yang muncul ketika Anda gagal mempersiapkan diri. Itulah pedihnya penyesalan.

Sebuah tulisan mendefinisikan penyesalan sebagai “ketidaksukaan emosional dan intelektual terhadap tindakan dan perilaku diri yang terjadi di masa lalu.” Sungguh menyakitkan ketika melihat kembali keputusan kita dengan kacamata penyesalan dan merasakan beban dari kegagalan kita. Itulah yang dialami sang pemazmur. Setelah melalui kejatuhan dosa dan kegagalan pribadi, ia menulis, “Banyak kesakitan diderita orang fasik; tetapi orang percaya kepada Tuhan, dikelilingi-Nya dengan kasih setia” (Mzm. 32:10). Ketika melihat dengan jelas apa yang ada di belakang, ia melihat kebajikan dari suatu hidup yang berusaha memuliakan Tuhan—hidup yang tak perlu diwarnai penyesalan.

Kiranya pilihan kita hari ini tidak berakhir dengan penyesalan, melainkan suatu pilihan yang bijaksana dan memuliakan Allah. —WEC

Padamu, oh Tuhan, kami bersukacita,
Setiap keperluan kami, Engkau sediakan;
Kami rindu melakukan apa yang baik dan benar,
Tuhan, pada-Mu kami akan bersandar. —D. De Haan

Pilihan saat ini menentukan hasil di masa mendatang.

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. kaka.sheva
    kaka.sheva says:

    Disiplin diri butuh pengorbanan… Maka bergantunglah pada-Nya dalam hidup disiplin ^^

  2. adhi
    adhi says:

    pimpin jalan2 kami Ya Tuhan… Agar kami melangkah tidak sesat dan tidak ada penyesalan bagi kami…karena kami tahu Engkau yang berjalan bersama kami… membuka jalan2 bagi kami…. Amin.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *