Hadiah Persahabatan

Oleh Melisa Manampiring

Ketika aku masih lebih muda, aku adalah seorang kutu buku. Kebanyakan waktuku dihabiskan untuk belajar, pergi ke sekolah, dan menghadiri kebaktian di gereja. Aku benar-benar memfokuskan diri untuk mendapat nilai terbaik di sekolah. Aku adalah seorang yang pendiam, dan beberapa teman sekolahku menanggapku aneh. Aku berpikir bahwa bergaul dan bersosialisasi akan membuat nilai-nilaiku menurun, sampai aku bertemu seorang kakak kelas di kelas dua SMP. Ia juga adalah sepupuku.

Sepupuku selalu menyediakan waktu dengan bebasnya untuk membantu orang lain mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ia selalu menempatkan orang lain terlebih dahulu. Meskipun demikian, ia masih mampu memenangi banyak kompetisi matematika dan fisika nasional maupun internasional. Untuk beristirahat dan mengisi waktu luang, ia membaca komik, bermain game dan nongkrong dengan teman-teman. Melalui hidupnya, aku belajar bahwa seseorang bisa bekerja keras tetapi bisa menikmati pergaulan juga.

Karena teladannya itu, aku memutuskan untuk lebih terlibat dalam pelayanan di gerejaku dengan bersedia menjadi bendahara persekutuan remaja selama dua tahun. Aku juga belajar membuka hatiku terhadap pertemanan. Tetapi kehidupanku di SMP tetap membosankan. Aku belajar di sebuah sekolah swasta elit di mana kebanyakan muridnya datang dari keluarga yang berada. Mereka hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang punya status dan kekayaan yang sebanding dengan mereka.

Akan tetapi, keadaan berubah sama sekali pada waktu SMA. Murid-murid di situ berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, status sosial berbeda, dan kelompok etnis dan agama yang berbeda. Aku dikaruniai tiga orang teman, yang sangat berbeda satu sama lain dan masih menjadi teman dekatku hingga hari ini. Mereka sudah mengajariku pelajaran-pelajaran berharga tentang arti sesungguhnya dari persahabatan dan kehidupan. Contohnya, mereka mengajariku untuk:

  • Menghargai orang lebih daripada harta benda
  • Mempedulikan orang lain dan tidak egois
  • Bersedia menyediakan waktu untuk membangun hubungan-hubungan yang berarti.

Aku berterima kasih kepada Tuhan untuk teman-temanku ini dan juga sepupuku yang Tuhan tempatkan ke dalam hidupku. Mereka adalah alat-alat-Nya dalam membentukku menjadi diriku yang sekarang. Dalam Amsal 28:7 versi FAYH, dikatakan: “Anak muda yang bijaksana menaati hukum. Anak muda yang menjadi anggota kumpulan anak-anak berandalan mempermalukan ayahnya.” Implikasi ayat ini jelas: kita memerlukan teman-teman yang akan membantu kita menaati hukum-hukum Tuhan.

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *