Menimbun Atau Menyimpan?
Senin, 1 November 2010
Baca: Pengkhotbah 5:7-16
Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. —Pengkhotbah 5:15

Karpet, lampu, mesin cuci dan pengering, bahkan makanan di dalam lemari— semuanya dijual murah! Saat itu saya dan suami sedang melihat-lihat sebuah rumah yang sedang cuci gudang. Kami terkejut dengan banyaknya barang di rumah itu. Beberapa perangkat makan tergeletak di meja makan. Dekorasi Natal memenuhi lorong depan. Aneka peralatan, mainan mobil-mobilan, papan permainan, dan boneka-boneka tua tertumpuk di garasi. Ketika keluar dari rumah itu, saya bertanya-tanya apakah si pemilik rumah sedang akan pindah, atau sedang membutuhkan uang, atau bahkan telah meninggal.
Hal ini mengingatkan saya pada sebuah ayat dalam kitab Pengkhotbah: “Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi” (5:15). Kita dilahirkan tanpa membawa apa pun dan dengan cara yang sama kita meninggalkan dunia. Barang-barang yang kita beli, yang kita tata, dan yang kita simpan hanya bersama kita untuk sementara waktu dan semuanya itu kelak akan menjadi membusuk. Ngengat merusak pakaian kita, bahkan emas dan perak pun akan berkarat (Yak. 5:2-3). Kadang kala “kekayaan itu binasa oleh kemalangan” (Pkh. 5:14), dan anak-anak kita tidak akan dapat menikmati harta yang kita miliki setelah kita tiada.
Menimbun harta semasa hidup di bumi ini adalah tindakan yang bodoh karena kita tidak dapat membawa apa pun ketika kita meninggal. Yang lebih penting dari itu adalah memiliki sikap yang tepat terhadap apa yang kita miliki dan bagaimana menggunakan apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Dengan demikian, kita akan menyimpan harta kita di tempat yang seharusnya, yaitu di surga. —JBS
Apa pun yang kita miliki di dunia ini,
Pasti akan kita tinggalkan;
Namun, semua yang kita berikan pada Allah
Di surga ‘kan kita temukan. —Sper
Melepaskan kepemilikan kita atas harta duniawi
memampukan kita untuk memperoleh harta surgawi.
Saling berbagi saat memiliki sesuatu 🙂
rindu kedatangan-Nya
rindu kedatangan-Nya..