28.06: Sudut Pandang

Senin, 28 Juni 2010

Baca: Keluaran 20:1-7

Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. —Keluaran 20:3

Apa kesamaan dari Paris tahun 1998, Rio de Janeiro tahun 2002, dan Roma tahun 2006? Tentu saja, semua kota itu menjadi tempat dari perayaan luar biasa yang diadakan ketika tim nasional negaranya berhasil menjuarai Piala Dunia. Ada pesta yang diadakan sepanjang malam setelah final itu berakhir, parade mobil yang membunyikan klakson kencang-kencang di seputar kota, dan bendera yang diarak untuk memuja-muja tim juara.

Pada tahun 1998, Presiden Perancis menganugerahkan salah satu penghargaan tertinggi bagi rakyat sipil, yakni Legion of Honour, kepada seluruh anggota tim Perancis. Ia mengatakan bahwa kemenangan yang mereka raih telah membawa sukacita luar biasa dan membuktikan bahwa Perancis dapat menjadi negara yang berkemenangan. Ke mana pun mereka diarak, mereka dielu-elukan sebagai pahlawan.

Memang tidak salah apabila kita menghargai keberhasilan yang dicapai oleh tim sepakbola, olahragawan, anggota keluarga, maupun negara kita. Namun, ada batasan dari semua ini dan ini perlu kita perhatikan supaya tidak kita langgar. Alkitab menyatakan bagi kita bahwa Allah telah menjadikan kita untuk menjalin hubungan dengan-Nya dan kita harus memuja Dia sebagai pencipta kita. Dalam Keluaran 20:3, Allah memberikan perintah-Nya, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”

Antusiasme terhadap suatu pertandingan sepakbola dan rasa bangga pada negara merupakan hal yang baik. Namun, kita perlu meyakini bahwa pemujaan kita hanya ditujukan kepada Allah dan kita tidak berbuat dosa dengan menempatkan hal-hal lain lebih utama daripada Diri-Nya. —Kevin Gregory

Menyembah apa pun selain Allah merupakan penyembahan berhala.