Bawang Dan Batu Nilam

Kamis, 27 Mei 2010

Baca: Yakobus 2:1-9

Tetapi jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa. —Yakobus 2:9

Di bukunya yang mempesona, Garlic and Sapphires: The Secret Life of a Critic in Disguise (Bawang dan Batu Nilam: Kehidupan Rahasia dari Kritikus yang Menyamar), Ruth Reichl merefleksikan pengalamannya selama 6 tahun sebagai kritikus restoran dari New York Times. Karena Reichl adalah kritikus yang paling berpengaruh di negaranya, restoran-restoran ternama memasang fotonya agar pegawai mereka dapat mengenalinya. Berharap untuk mendapat peringkat tinggi di New York Times, pegawai restoran berusaha menyediakan pelayanan dan makanan terbaik untuknya.

Menanggapi hal itu, Reichl memakai strategi cerdik. Berharap diperlakukan sebagai pengunjung biasa, ia pun menyamar. Suatu saat, ia menyamar sebagai wanita tua. Ia menunggu lama sampai mendapatkan tempat duduk di restoran yang dikunjunginya dan pegawai restoran tidak responsif dengan semua pesanannya.

Di zaman gereja mula-mula, Yakobus menentang sikap pilih kasih: “dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ‘Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!’, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ‘Berdirilah di sana!’ atau ‘Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!’, bukankah kamu telah membuat perbedaan di dalam hatimu” (Yak. 2:3-4).

Saat orang mengikuti ibadah di gereja, apakah mereka diperlakukan sama? Atau kita bersikap pilih kasih pada orang kaya atau orang elit? Allah memanggil kita untuk menunjukkan perhatian dan minat pada semua orang, tanpa memandang status sosialnya. Mari kita menyambut semua orang untuk bersama-sama menyembah sang Raja! —HDF

Tuhan, Engkau menyambut kami ke dalam kerajaan-Mu, bukan karena siapa kami tetapi karena siapa Engkau—Allah kami yang penuh kasih dan penyayang. Tolong kami untuk membuka tangan persaudaraan bagi mereka yang memasuki kerajaan-Mu. Amin.

Allah memperkenankan kita bersekutu dengan-Nya.
Siapakah kita sehingga berani menghalangi orang lain?

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. kaka.sheva
    kaka.sheva says:

    Kasih Bapa adil untuk semua orang, lalu kenapa kita perlu membedakan curahan kasih kita pada sesama? 🙂

  2. vita
    vita says:

    Kasih Bapa tak ada batasny yang slalu mngalir di dalam hidup seseorang….

    Bapa thanks bwt smuany…

  3. ronny
    ronny says:

    jadi teringat Mat 5:45, Bapa di surga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan bagi orang yang tidak benar, kita memang sepatutnya menerapkan kasih Allah yang sudah dicontohkan kepada kita, berbuat suatu kebaikan atau melayani tanpa memandang kepada siapa kita berbuat dan tanpa dibalut perasaan emosional, melainkan perasaan kasih

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *