Jagat Kemanusiaan
Senin, 26 April 2010
Baca: Kisah Para Rasul 28:16-31
Paulus . . . menerima semua orang yang datang kepadanya. —Kisah Para Rasul 28:30
Selama tahun 1920-an dan 30-an, fotografer August Sander berusaha menggambarkan suatu sampel masyarakat Jerman. Melalui lensa kameranya, ia memotret para buruh pabrik dan orang-orang yang punya modal, para aktris dan ibu rumah tangga, Nazi dan orang Yahudi. Meskipun koleksinya yang diterbitkan hanya menampilkan orang-orang di dalam dan di sekitar kampung halamannya, Cologne, Sander dapat menampilkan apa yang disebut David Propson, di dalam tulisannya di The Wall Street Journal”, sebagai “jagat kemanusiaan di dalam lingkup yang terbatas”.
Frasa itu menyentak saya karena memberikan gambaran yang tepat tentang kehidupan kita dan orang-orang yang kita temui hari demi hari. Di mana pun kita tinggal, kita bertemu dengan orang-orang yang berasal dari beragam latar belakang dan kepercayaan.
Selama bertahun-tahun, Rasul Paulus melakukan perjalanan dan berkhotbah sebelum ia dipenjarakan di Roma. Di kota inilah, ia terus menjangkau banyak orang dengan Injil karena ia mempedulikan mereka dan menginginkan supaya mereka mengenal Kristus Yesus. Kitab Kisah Para Rasul diakhiri dengan kisah tentang Paulus yang dipenjarakan di Roma, di mana ia tinggal di sebuah rumah sewaan yang dijaga ketat, tempat ia “menerima semua orang yang datang kepadanya . . . memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus” (Kis. 28:30-31).
Alih-alih memikirkan segala keterbatasan yang dialaminya, Paulus justru melihat banyak kesempatan. Ini juga menjadi kunci bagi kita. Ada jagat kemanusiaan yang dapat kita jangkau hari ini. —DCM
Engkau dipanggil dengan suatu panggilan kudus
Untuk menjadi terang dunia,
Untuk mengangkat tinggi lampu Injil
Kiranya terangnya dapat dilihat orang lain. —NN.
Injil adalah hadiah yang tak ternilai harganya, yang diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang.
Bagikan Komentar Kamu