Posts

Sharing: Siapa saja tokoh yang menjadi teladan hidupmu?

Sharing-201505-A

Lebih pintar. Lebih sukses. Lebih bijaksana. Lebih …. Lebih …. Kita semua ingin menjadi lebih baik. Sebab itu kita memperhatikan orang-orang yang lebih baik dari kita, dan ingin menjadi seperti mereka. Orang-orang yang hidup dalam dunia yang sama dengan kita, punya 24 jam sehari sama seperti kita, namun bisa mengoptimalkan apa yang Tuhan berikan sehingga hidup mereka menjadi garam dan terang bagi sekitarnya. Alkitab menasihati kita untuk memperhatikan para pemimpin yang hidup sesuai Firman Tuhan dan mencontoh iman mereka (Ibrani 13:7). Kita diminta untuk meniru sikap orang Samaria yang penuh belas kasihan (Lukas 10:36-37). Kita didorong untuk meneladani disiplin, keuletan, dan kerja keras para pendahulu kita (2 Tesalonika 3:6-9). Kita diingatkan untuk setia dalam tugas yang dipercayakan kepada kita hingga Tuhan datang kembali (Lukas 12:36-37). Kita dinasihati untuk meniru orang-orang yang hidup serupa dengan Kristus (1 Korintus 11:1)

Siapa saja tokoh yang menjadi teladan hidupmu? Mengapa kamu terinspirasi oleh mereka? Apakah teladan mereka membawamu hidup makin serupa Kristus?

Cermin, Cermin

Rabu, 18 Februari 2015

Cermin, Cermin

Baca: Yakobus 1:19-27

1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Barangsiapa . . . bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. —Yakobus 1:25

Cermin, Cermin

Seberapa sering kamu melihat bayangan Anda pada cermin? Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa orang pada umumnya becermin 8-10 kali sehari. Survei lain mengatakan bahwa hitungannya bisa mencapai 60-70 kali sehari, jika yang disebut becermin juga termasuk lirikan sekilas untuk melihat bayangan kita di jendela toko dan di layar ponsel.

Mengapa kita begitu sering becermin? Kebanyakan ahli setuju bahwa alasannya adalah untuk memeriksa penampilan kita, terutama sebelum mengikuti rapat atau pertemuan. Jika ada yang salah dengan penampilan kita, kita ingin memperbaikinya. Mengapa becermin jika kita tidak berencana mengubah sesuatu yang salah?

Rasul Yakobus mengatakan bahwa membaca atau mendengarkan firman Allah tanpa menerapkannya adalah sama seperti seseorang yang melihat ke cermin lalu melupakan apa yang telah ia lihat (1:22-24). Namun yang lebih baik bagi kita adalah melihat dengan lebih cermat dan bertindak sesuai dengan yang kita lihat. Yakobus mengatakan, “Barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (ay.25).

Jika hanya mendengarkan firman Allah tanpa menerapkannya, kita menipu diri kita sendiri (ay.22). Akan tetapi, ketika kita menguji diri sendiri dalam terang firman Allah dan menaati perintah-Nya, Allah akan membebaskan kita dari segala sesuatu yang menghalangi kita untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya hari lepas hari. —DCM

Terima kasih, Tuhan, untuk Alkitab, firman-Mu bagi kami.
Berilah kami hikmat dan bimbingan ketika kami membacanya
lembar demi lembar. Buatlah kami peka terhadap suara-Mu
dan berilah kami hati yang mau taat.

Alkitab adalah cermin yang memungkinkan kita melihat diri sendiri sebagaimana Allah melihat kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 23-24; Markus 1:1-22

Photo credit: heddaselder / Foter / CC BY-NC-SA

Kembali Hidup

Rabu, 11 Februari 2015

Kembali Hidup

Baca: Efesus 2:1-10

2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,

2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan–

2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,

2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

[Allah] . . . telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita. —Efesus 2:5

Kembali Hidup

Bisakah seseorang secara resmi dinyatakan hidup lagi setelah secara hukum dinyatakan sudah mati? Pertanyaan itu menjadi berita internasional ketika seorang pria asal Ohio muncul dalam kondisi sehat setelah dilaporkan hilang lebih dari 25 tahun yang lalu. Pada saat menghilang, pria itu dalam kondisi menganggur, kecanduan, dan telah melalaikan pemberian tunjangan kepada anaknya. Karena itulah, ia memutuskan untuk menyembunyikan diri. Namun pada saat muncul kembali, ia mendapati betapa sulitnya untuk kembali dari kematian. Ketika pria itu meminta pengadilan untuk mencabut keputusan pengadilan yang menyatakan bahwa ia telah meninggal secara hukum, hakim menolak permintaannya, dengan alasan bahwa perubahan status kematian hanya bisa dilakukan maksimal 3 tahun setelah orang itu diputuskan meninggal.

Permintaan yang janggal dalam pengadilan manusia itu ternyata menjadi pengalaman yang biasa bagi Allah. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus menyatakan bahwa meskipun kita mati secara rohani, Allah “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus” (Ef. 2:1,5). Namun untuk menyatakan dan menghidupkan kita secara rohani merupakan hal yang begitu menyakitkan bagi Allah. Dosa kita dan kematian rohani yang diakibatkannya menuntut penderitaan, kematian, dan kebangkitan Sang Anak Allah (ay.4-7).

Menunjukkan bukti bahwa kita hidup secara fisik memang mudah. Namun kita ditantang untuk menunjukkan bukti dari kehidupan rohani. Setelah dinyatakan hidup di dalam Kristus, kini kita dipanggil untuk hidup dalam rasa syukur atas rahmat dan kehidupan yang tak terhingga yang diberikan kepada kita. —MRD II

Bapa di surga, hati kami penuh ucapan syukur karena Engkau
menjangkau kami ketika kami mati oleh dosa-dosa kami. Kiranya
kami menjalani hidup dengan sukacita dan penghargaan atas apa
yang telah Engkau lakukan demi memberi kami kehidupan.

Yesus mati agar kita beroleh hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 11-12; Matius 26:1-25

Photo credit: Yukiko Photographer / Foter / CC BY-NC-SA

Perlombaan Johnny

Minggu, 7 Desember 2014

Perlombaan Johnny

Baca: Ibrani 10:19-25

10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,

10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah. —1 Tesalonika 5:11

Perlombaan Johnny

Ketika Johnny Agar yang berusia 19 tahun menyelesaikan perlombaan lari 5 km, ada banyak orang yang mendukungnya. Mereka adalah anggota keluarga dan para sahabat yang ikut berbahagia atas keberhasilannya.

Johnny adalah penderita cerebral palsy (gangguan pada perkembangan otak) yang membuatnya sulit beraktivitas secara fisik. Namun bersama ayahnya, Jeff, mereka bersatu untuk menyelesaikan banyak perlombaan—dengan Jeff biasanya mendorong kursi roda yang diduduki Johnny. Namun suatu hari, Johnny ingin menyelesaikan perlombaannya sendiri. Di pertengahan lomba, sang ayah mengeluarkan Johnny dari kursi rodanya, membantunya memakai alat bantu jalan, dan mendampingi Johnny yang kemudian menyelesaikan perlombaan itu dengan berjalan di atas kakinya sendiri. Keberhasilan itu membuat para sahabat dan keluarga begitu bergembira. “Aku lebih mudah melakukannya berkat dukungan mereka semua,” kata Johnny pada seorang wartawan. “Dorongan semangat mereka itulah yang menguatkanku.”

Bukankah itu yang seharusnya dilakukan para pengikut Kristus? Ibrani 10:24 mengingatkan kita, “Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Ketika kita meneladan kasih Juruselamat kita (Yoh. 13:34-35), alangkah luar biasanya pengaruh yang akan dialami apabila kita semua bertekad untuk menguatkan satu sama lain—ketika kita yakin bahwa sahabat-sahabat kita akan selalu mendukung di belakang kita. Ketika kita sungguh-sungguh menghayati perintah berikut, “nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah” (1Tes. 5:11), perlombaan hidup ini akan kita jalani bersama dengan lebih mudah. —JDB

Tolong kami, Tuhan, untuk tak berpikir dapat menjalani hidup ini
tanpa kehadiran orang lain. Jauhkan kami dari ketidakpedulian.
Pakailah kami untuk memberkati orang lain, dan rendahkanlah diri
kami untuk mau menerima dorongan semangat dari sesama.

Perkataan yang memberi semangat dapat mendorong orang yang putus asa untuk bangkit dan terus maju.

Anda Ada Di Pihak Mana?

Rabu, 3 Desember 2014

Anda Ada Di Pihak Mana?

Baca: Mazmur 73

73:1 Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.

73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.

73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.

73:4 Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;

73:5 mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.

73:6 Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.

73:7 Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.

73:8 Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.

73:9 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.

73:10 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.

73:11 Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"

73:12 Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!

73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.

73:14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.

73:15 Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.

73:16 Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,

73:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.

73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.

73:19 Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!

73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.

73:21 Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,

73:22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.

73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.

73:24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.

73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.

73:26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

73:27 Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.

73:28 Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.

Aku suka dekat pada Allah. —Mazmur 73:28

Anda Ada Di Pihak Mana?

Dalam sengitnya Perang Saudara di Amerika Serikat, salah seorang penasihat Presiden Lincoln mengatakan bahwa ia bersyukur karena Allah berada di pihak pemerintahan Perserikatan (Utara). Lincoln menjawab, “Tuan, kekhawatiran saya bukanlah apakah Allah berada di pihak kita; kekhawatiran terbesar saya adalah apakah kita berada di pihak Allah, karena Allah selalu benar.”

Pernyataan itu benar-benar menggugah kita yang selama ini menganggap bahwa Allah itu ada untuk semata-mata mendukung berbagai rencana, pandangan, keputusan, dan keinginan kita. Jawaban Lincoln mengingatkan kita bahwa rencana-rencana kita yang terbaik sekalipun belum tentu sesuai dengan kehendak Allah.

Dengan jelas kita melihat bahwa sang pemazmur ingin senantiasa berada di pihak Allah ketika ia memohon, “Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku . . . lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24). Ketika kita mengikuti teladan pemazmur untuk senantiasa “dekat pada Allah” (73:28), kita dapat memastikan bahwa kita berada di pihak-Nya, seiring Roh-Nya menolong kita untuk menyelaraskan setiap pikiran dan tindakan kita agar seturut dengan jalan-Nya yang selalu benar.

Jadi, tanyakanlah kepada diri sendiri: Apakah kita berada di pihak Tuhan? Berada di pihak-Nya berarti kita mencerminkan kasih-Nya kepada orang-orang di sekitar kita melalui cara kita berinteraksi dengan mereka. Kita akan mengampuni, memperlakukan orang lain dengan adil, dan mengusahakan perdamaian. Jalan-jalan Allah selalu menjadi yang paling baik. —JMS

Bapa, ajar kami mengenali jalan-jalan-Mu agar kami tahu bahwa
dalam keputusan penting hidup ini kami pun menaati-Mu.
Terima kasih karena ketika kami mendekat kepada-Mu,
Engkau pun mengaruniakan kepada kami hikmat dan kearifan.

Ketika kamu mendekat kepada Allah, kamu pasti berada di pihak-Nya.

Perumpamaan Sengat Lebah

Kamis, 14 Agustus 2014

Perumpamaan Sengat Lebah

Baca: 1 Petrus 2:9-12

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.

2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Supaya . . . mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka. —1 Petrus 2:12

Perumpamaan Sengat Lebah

Saya masih ingat betapa terkejutnya Jay Elliott saat hampir 50 tahun lalu saya mendobrak masuk ke rumahnya dengan membawa “sekawanan” lebah yang tengah mengerubungi saya. Saat berlari keluar lewat pintu belakang rumahnya, saya menyadari lebah-lebah itu telah pergi. Sebenarnya yang terjadi adalah saya meninggalkan lebah-lebah itu di dalam rumah Jay. Tak lama kemudian, Jay pun berlari keluar dengan dikejar lebah yang saya bawa masuk tadi.

Saya terkena lebih dari selusin sengatan yang tidak terlalu parah. Lain halnya dengan Jay. Meski hanya disengat satu atau dua kali, mata dan tenggorokan Jay membengkak oleh reaksi alergi yang amat menyakitkan. Perbuatan saya menyebabkan begitu banyak penderitaan bagi sahabat saya.

Itulah yang juga terjadi dalam hubungan kita dengan sesama. Kita menyakiti orang lain lewat perbuatan kita yang tidak meneladani Kristus. Meski telah meminta maaf, “sengatan” itu tetap menyakitkan.

Memang wajar jika orang mengharapkan para pengikut Kristus untuk mempunyai sifat yang sabar dan tidak kasar. Terkadang kita lupa bahwa orang-orang yang tengah bergumul dalam soal iman atau kehidupan ini sebenarnya memperhatikan orang Kristen dengan suatu harapan. Mereka mengharapkan adanya orang-orang percaya yang tidak lekas marah dan rela mengampuni, tidak suka menghakimi dan lebih berbelas kasih, tidak cepat mengecam dan lebih giat memberi semangat. Yesus dan Petrus memerintahkan kita untuk memiliki cara hidup yang baik agar Allah dimuliakan (Mat. 5:16; 1Ptr. 2:12). Kiranya perbuatan dan tanggapan kita akan menuntun sesama kita kepada Bapa yang penuh kasih. —RKK

Kami telah mengalami sendiri betapa mudahnya kami melukai orang
lain lewat perkataan atau perbuatan kami. Ajarkan kepada kami,
Bapa, untuk berhenti sejenak dan berpikir sebelum kami berbicara
atau bertindak. Penuhi kami dengan sifat yang baik dan peduli.

Kiranya orang lain melihat Yesus jauh lebih besar daripada diri saya.

Diperbaiki Oleh Ahlinya

Senin, 23 Juni 2014

Diperbaiki Oleh Ahlinya

Baca: Kolose 3:8-17

3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,

3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

[Kamu] telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya. —Kolose 3:10

Diperbaiki Oleh Ahlinya

Selama berabad-abad, banyak usaha telah dilakukan untuk memperbaiki karya-karya seni agung yang telah rusak dan termakan oleh waktu. Walaupun lewat keterampilan yang mahir beberapa upaya itu telah berhasil menjaga kelestarian karya asli dari para seniman besar, di sisi lain, ada sejumlah usaha perbaikan yang justru merusak banyak karya agung, seperti yang terjadi pada patung-patung Yunani kuno dan setidaknya dua lukisan karya da Vinci.

Dalam suratnya kepada umat Kristen di Kolose, Paulus menjelaskan suatu proses perbaikan yang mustahil dilakukan di tengah dunia seni. Yang dimaksud adalah perbaikan atau pemulihan terhadap umat Allah. Paulus menulis, “Kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol. 3:9-10). Ini bukanlah suatu upaya merenovasi karya dari seorang seniman yang telah wafat, melainkan suatu pembaruan rohani oleh Allah yang hidup, yang menciptakan kita dan memberikan kita hidup baru di dalam anak- Nya, Yesus Kristus. Pengampunan-Nya mencerahkan warna pada kehidupan kita, sementara kasih karunia-Nya menegaskan kembali guratan-guratan dari maksud-Nya atas hidup kita.

Kanvas kehidupan kita terletak di dalam tangan Tuhan kita yang ahli—Dialah yang mengetahui rancangan dan tujuan-Nya atas hidup kita. Serusak apa pun kita oleh dosa, sekotor apa pun masa lalu kita, selalu ada harapan untuk mengalami pembaruan dan pemulihan. Sang Seniman Ahli itu hidup dan terus berkarya di dalam diri kita. —DCM

Mari puji Raja surga,
Persembahan bawalah!
Ditebus-Nya jiwa-raga,
Maka puji Nama-Nya! —Lyte
(Kidung Jemaat, No. 288)

Yesus adalah ahlinya pemulihan.

Pelajaran Dari Sakit Gigi

Minggu, 8 Juni 2014

Pelajaran Dari Sakit Gigi

Baca: Ibrani 12:3-11

12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?

12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. —Ibrani 12:7

Pelajaran Dari Sakit Gigi

Dalam buku klasiknya yang berjudul Mere Christianity (Kekristenan Asali), C. S. Lewis menuliskan, “Ketika masih kecil, aku sering sakit gigi. Dan aku tahu jika aku memberi tahu Ibu, ia pasti memberiku sesuatu yang akan menghilangkan rasa sakitnya agar aku bisa tidur malam itu. Namun aku tak menceritakannya pada Ibu—setidaknya sampai rasa sakit itu sudah tidak tertahankan. . . . Aku tahu Ibu akan membawaku ke dokter gigi pada keesokan harinya. . . . Aku mau segera terbebas dari rasa sakit, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi sebelum gigiku diobati dengan total.”

Demikian juga, kita mungkin tidak ingin segera datang kepada Allah pada saat kita menghadapi masalah atau sedang menggumuli hal tertentu. Kita tahu bahwa Allah bisa segera membebaskan kita dari rasa sakit, tetapi Dia lebih ingin untuk mengobati akar masalahnya. Mungkin kita khawatir bahwa Dia akan menyingkapkan hal-hal yang sebenarnya tidak mau kita hadapi atau yang tidak ingin kita tangani.

Pada saat-saat seperti itulah, alangkah baiknya kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan “memperlakukan [kita] seperti anak” (Ibr. 12:7). Ganjaran yang diberikan-Nya, sekalipun mungkin menyakitkan, adalah hal yang bijaksana, dan hajaran-Nya itu dilakukan dengan penuh kasih. Dia begitu mengasihi kita sehingga Dia tidak akan membiarkan kita tetap dalam keadaan kita; Dia rindu untuk menjadikan kita serupa dengan gambaran Anak-Nya, Yesus (Rm. 8:29). Maksud Allah yang penuh kasih sungguh layak kita percayai, lebih dari apa pun yang kita takutkan. —PFC

Terima kasih, Tuhan, karena Engkau telah menunjukkan kesalahanku
yang tersembunyi, dan memperlakukanku seperti anak kesayangan-Mu.
Tolonglah aku untuk berserah pada karya pemurnian-Mu
hingga keindahan Kristus dapat terlihat jelas dalam diriku.

Allah menghajar kita dengan tangan yang penuh kasih.

Perhatikan Baik-Baik

Senin, 2 Juni 2014

Perhatikan Baik-Baik

Baca: Efesus 5:1-17

5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

5:3 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.

5:4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono–karena hal-hal ini tidak pantas–tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.

5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.

5:7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.

5:8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,

5:9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,

5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

5:11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

5:12 Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.

5:13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.

5:14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,

5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. —Efesus 5:15

Perhatikan Baik-Baik

Salah satu tempat yang saya suka kunjungi di Jamaika adalah Ocho Rios, sebuah kota yang memiliki Air Terjun Sungai Dunn—suatu objek pemandangan yang selalu memukau saya. Jeramnya mengalirkan air turun melalui serangkaian panjang bebatuan menuju ke Laut Karibia. Para petualang bisa mendaki air terjun itu, dengan merangkak susah payah di atas bebatuan yang bulat dan menikmati lintas alam yang menyegarkan hingga puncaknya. Air yang mengalir serta permukaan batu yang cukup licin dan curam membuat perjalanan lintas alam ini bergerak lambat dan agak berbahaya.

Agar dapat mencapai puncak dengan aman, para pendaki harus memperhatikan setiap langkah mereka. Bila tidak waspada, mereka bisa jatuh di tengah perjalanan tersebut. Kunci keberhasilan pendakian itu adalah konsentrasi dan kewaspadaan.

Demikianlah gambaran yang rasanya tepat untuk melukiskan perkataan Paulus tentang “perhatikanlah dengan saksama” dalam Efesus 5:15. Kita harus memperhatikan “baik-baik cara hidup [kita]” (bis). Jelaslah, dengan segala bahaya yang mungkin menghadang di tengah perjuangan kita menempuh perjalanan hidup ini, penting bagi kita untuk mengambil setiap langkah bersama Yesus dengan sikap bijaksana dan waspada. Orang bebal, menurut ayat tersebut, hidup dengan ceroboh; sedangkan orang bijak memperhatikan setiap langkahnya agar tidak tersandung atau jatuh.

Menurut Paulus, tujuan kita untuk menjadi “penurut-penurut Allah” (ay.1) akan tercapai, saat kita menjalani hidup dengan saksama dalam kasih (ay.2,15). Dengan pertolongan Roh Kudus, kita bisa menjalani hidup dengan cara yang memuliakan Allah. —JDB

Konsistensi! Betapa sangat kita perlukan
Untuk berjalan dengan hati-hati,
Hidup sesuai dengan ucapan kita,
Sampai kita bertemu dengan Kristus. —NN.

Saat kita mempercayai Allah untuk menguasai hati kita,
kita pun bisa melangkah sesuai dengan kehendak-Nya.