Posts

Menantikan Pertolongan Allah

Oleh Aldi Darmawan Sie, Jakarta

Ketika mengalami permasalahan, respons alami kita sebagai manusia adalah mencari jalan keluar. Caranya bisa beragam, tapi yang biasanya kita lakukan adalah dengan mencari pertolongan orang lain. Tidak ada yang salah dengan cara ini.

Namun, ketika membaca dan merenungkan Yesaya 30:8-17, aku menemukan perspektif yang menarik. Allah melalui nabi Yesaya menegur bangsa Israel, bahkan menghukum mereka karena di tengah situasi terjepit, bangsa Israel malah mencari pertolongan kepada bangsa Mesir. Allah pada ayat ke-9 lantas menyebut Israel sebagai bangsa pemberontak, suka berbohong, dan enggan mendengar pengajaran-Nya. Aku bertanya-tanya: apa yang salah dengan tindakan bangsa Israel ini? Bagaimana seharusnya kita mencari pertolongan ketika berada dalam situasi terjepit?

Firman Allah yang disampaikan melalui nabi Yesaya ini ditulis sebagai respons atas tindakan bangsa Israel yang kala itu sedang menghadapi tekanan hebat dari keadikuasaan Asyur. Alih-alih percaya dan menantikan pertolongan dari Allah YHWH, Israel malah menolak firman Allah dan meminta pertolongan pada bangsa Mesir. Peringatan demi peringatan firman Allah melalui nabi telah digaungkan pada mereka, namun tetap saja bangsa Israel menolak percaya dan mencari pertolongan dari bangsa yang pernah memperbudak dan memahitkan hidup mereka di masa lampau.

Sebagai pembaca kitab Yesaya di masa kini, kita mungkin bisa dengan mudah menilai salah tindakan bangsa Israel yang tidak mencari Allah. Tetapi, jika kita bayangkan situasi pada masa tersebut, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Dalam keadaan terjepit, sepertinya lebih mudah bagi bangsa Israel untuk mencari pertolongan dari apa yang mereka lihat daripada dari apa yang tidak mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri. Mungkin mereka melihat Mesir sebagai bangsa yang tangguh dan besar, atau super-power pada zaman itu. Mesir memiliki senjata perang yang mumpuni, dan strategi perangnya pun dianggap apik untuk menaklukkan Asyur. Besar kemungkinan inilah yang mendorong Israel untuk datang kepada Mesir, bahkan dengan rela hati memberikan kekayaan mereka demi mendapatkan pertolongan (ayat 6).

Kontras dengan pemikiran bangsa Israel, nabi Yesaya dengan begitu kuat menggambarkan dan menekankan tentang atribut Allah. Allah bukan hanya kudus, tetapi Mahakudus (The Holy One). Dalam perikop ini, tiga kali Yesaya menyebutkan atribut tersebut. Karena Allah yang bangsa Israel sembah adalah kudus, mereka pun dituntut untuk hidup kudus bagi Allah. Kekudusan itu harus diekspresikan dengan menghidupi kehidupan yang berbeda, terkhusus daripada bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Pada masa itu, perlengkapan perang seperti senjata, kuda-kuda, kereta besi, dan baju perang dianggap sebagai kunci memenangkan pertempuran. Namun, bagi Allah YHWH, kunci memenangkan perang adalah dengan percaya kepada-Nya. Itulah yang dituntut Allah dari bangsa Israel. Tindakan ini merupakan perwujudan dari keberserahan diri mereka kepada Allah Yang Mahakudus.

Ketika Israel menyimpang, Allah bukannya diam. Seruan pertobatan diberitakan pada mereka, tetapi Israel tetap menolak percaya pada Allah (ayat 15). Akibatnya dapat kita lihat dalam ayat 13 dan 14. Dosa mereka mengakibatkan ganjaran berupa kehancuran yang tiba-tiba dan sekejap. Ayat sebelumnya juga mengatakan, dengan datang ke Mesir, Israel bukannya mendapatkan pertolongan, malah mendapatkan malu (ayat 5), karena sesungguhnya pertolongan dari Mesir tidak akan berguna dan percuma (ayat 7). Terakhir, Israel menelan pil pahit berupa ditaklukkan oleh Asyur (ayat 16-17).

Belajar dari ketidakpercayaan Israel

Setelah merenungkan perikop itu, aku bertanya pada diriku sendiri. “Sebagai umat Allah Yang Mahakudus, ketika aku mengalami berbagai kesulitan, pertolongan siapa yang aku nantikan?”

Di dalam buku “Mengasihi Yang Mahakudus”, Aiden Wilson Tozer mengatakan, “Apa yang kita pikir tentang Allah, menjelaskan setiap aspek kehidupan kita.” Secara sederhana, kalimat itu dapat diartikan respons dan tindakan kita mencerminkan apa yang kita percayai tentang Allah. Tidak jarang untuk melepaskan diri dari masalah kita malah mencari pelarian, sesuatu yang tidak menyelesaikan masalah itu sendiri. Kita memberi diri untuk terjerat pada kecanduan gawai, pornografi, dan sederet hal lainnya. Respons tersebut sejatinya mencerminkan isi hati kita dan apa yang kita percayai tentang Allah.

Setelah merefleksikan seruan Allah melalui Nabi Yesaya ini, pesan yang menggema bagiku adalah percayalah kepada Allah dan nantikan pertolongan-Nya. Suara pertobatan dari Nabi Yesaya ini patut kita hidupi, bahwa “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (ayat 15). Sumber kekuatan kita sebagai umat Allah di dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, tidak terletak dari hebatnya pikiran kita dalam mengelola permasalahan kita, bukan juga dari kecanggihannya teknologi, dan bukan juga dari pertolongan orang lain, tetapi berasal dari Allah sendiri. Maka dari itu, respons yang tepat bagi kita, sebagai umat Allah Yang Mahakudus itu, adalah dengan percaya dan menantikan Allah.

Hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud kita percaya dan menantikan pertolongan Tuhan adalah berdoa. Kita belajar menantikan pertolongan Allah di masa-masa sulit dengan datang kepada-Nya melalui doa. Kita belajar menyerahkan segala ketakutan dan kekhawatiran kita ke dalam tangan-Nya melalui doa. Di dalam doa juga, kita membuka ruang untuk mengalami pertolongan Tuhan yang sering kali tidak terlihat oleh mata jasmani, tetapi dapat kita rasakan melalui mata batiniah. Dengan berdoa, kita dibawa untuk semakin mengenal Allah, Yang Mahakudus dan rancangan-Nya bagi kita.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Belajar Mengasihi Mereka yang Tak Seiman

Tinggal dalam lingkungan homogen membuatku takut dengan orang yang berbeda iman. Di tempat kerja, aku merasa takut didiskriminasi. Tapi, kutahu ini pandangan yang salah dan Tuhan menolongku untuk mengubahnya.

Pertolongan dari Surga

Minggu, 12 Agustus 2018

Pertolongan dari Surga

Baca: Yosua 10:6-15

10:6 Lalu orang-orang Gibeon itu menyuruh orang kepada Yosua, ke tempat perkemahan di Gilgal, mengatakan: “Jangan menarik tanganmu dari pada hamba-hambamu ini. Datanglah dengan segera kepada kami, lepaskanlah kami dan bantulah kami, sebab semua raja orang Amori, yang diam di pegunungan, telah bergabung melawan kami.”

10:7 Lalu Yosua bergerak maju dari Gilgal, dia dan seluruh tentara yang bersama-sama dengan dia, semuanya pahlawan yang gagah perkasa.

10:8 Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorangpun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau.”

10:9 Lalu Yosua menyerang mereka dengan tiba-tiba, setelah semalam-malaman bergerak maju dari Gilgal.

10:10 Dan TUHAN mengacaukan mereka di depan orang Israel, sehingga Yosua menimbulkan kekalahan yang besar di antara mereka dekat Gibeon, mengejar mereka ke arah pendakian Bet-Horon dan memukul mereka mundur sampai dekat Azeka dan Makeda.

10:11 Sedang mereka melarikan diri di depan orang Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka TUHAN melempari mereka dengan batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati. Yang mati kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang Israel dengan pedang.

10:12 Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: “Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!”

10:13 Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh.

10:14 Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.

10:15 Kemudian Yosua dan seluruh orang Israel yang menyertainya pulang kembali ke tempat perkemahan di Gilgal.

Sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan. —Yosua 10:14

Pertolongan dari Surga

SOS adalah sinyal kode Morse yang diciptakan pada tahun 1905 karena para pelaut membutuhkan cara untuk mengindikasikan adanya kesulitan yang ekstrem. Kode itu menjadi tenar pada tahun 1910 saat dipakai oleh sebuah kapal yang sedang tenggelam, Steamship Kentucky, sehingga seluruh penumpang kapal yang berjumlah 46 orang itu berhasil diselamatkan.

Meskipun pesan SOS merupakan penemuan di zaman modern, seruan untuk minta tolong sudah ada sejak permulaan zaman. Kita sering mendengarnya dalam kisah Perjanjian Lama tentang Yosua yang menghadapi pertentangan dari orang sebangsanya (Yos. 9:18) dan medan yang sulit (3:15-17) selama lebih dari 14 tahun. Pada saat itu, orang Israel perlahan-lahan menaklukkan dan menduduki tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sepanjang perjuangan itu, “Tuhan menyertai Yosua” (6:27).

Dalam Yosua 10, orang Israel turun tangan membantu orang Gibeon, sekutu Israel yang sedang diserang oleh lima raja. Yosua tahu bahwa ia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk mengalahkan banyaknya musuh yang kuat (ay.12). Allah merespons dengan mengirimkan hujan batu, bahkan menghentikan matahari di tengah langit guna memberi Israel lebih banyak waktu untuk mengalahkan musuh. Yosua 10:14 mencatat, “Sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan!”

Jika kamu sedang berada dalam situasi yang sulit, kamu dapat mengirimkan pesan SOS kepada Allah. Pertolongan yang kita terima akan berbeda dari bantuan yang diterima Yosua, tetapi bisa saja pertolongan itu berupa pekerjaan tak terduga, dokter yang penuh pengertian, atau damai sejahtera di tengah duka. Kiranya kamu dikuatkan saat melihat cara-cara Allah dalam merespons seruanmu yang meminta agar Dia menolong dan berperang bagimu. —Lisa Samra

Bapa, terima kasih karena Engkau telah menyertaiku dalam perjalanan yang sulit ini dan mendengarkanku saat aku berseru kepada-Mu.

Saat berseru kepada Allah untuk meminta pertolongan-Nya, yakinlah bahwa Dia akan menyertai kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 84-86; Roma 12

Artikel Terkait:

Dipulihkan Karena Doa

Mengatasi Tantangan

Senin, 30 Juli 2018

Mengatasi Tantangan

Baca: Nehemia 6:1-9, 15

6:1 Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh kami yang lain mendengar, bahwa aku telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum kupasang pintunya,

6:2 maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepadaku dengan pesan: “Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!” Tetapi mereka berniat mencelakakan aku.

6:3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: “Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”

6:4 Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku berikan jawaban yang sama kepada mereka.

6:5 Lalu dengan cara yang sama untuk kelima kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang terbuka.

6:6 Dalam surat itu tertulis: “Ada desas-desus di antara bangsa-bangsa dan Gasymu membenarkannya, bahwa engkau dan orang-orang Yahudi berniat untuk memberontak, dan oleh sebab itu membangun kembali tembok. Lagipula, menurut kabar itu, engkau mau menjadi raja mereka.

6:7 Bahkan engkau telah menunjuk nabi-nabi yang harus memberitakan tentang dirimu di Yerusalem, demikian: Ada seorang raja di Yehuda! Sekarang, berita seperti itu akan didengar raja. Oleh sebab itu, mari, kita sama-sama berunding!”

6:8 Tetapi aku mengirim orang kepadanya dengan balasan: “Hal seperti yang kausebut itu tidak pernah ada. Itu isapan jempolmu belaka!”

6:9 Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya: “Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan.” Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga.

6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.

Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari. —Nehemia 6:15

Mengatasi Tantangan

Saya dan beberapa teman berkumpul tiap bulan untuk saling mengingatkan tentang hal-hal yang ingin kami capai masing-masing. Teman saya, Mary, ingin melapis ulang kursi-kursi ruang makannya sebelum akhir tahun. Pada pertemuan bulan November, dengan bercanda ia melaporkan kemajuan yang dialaminya di bulan Oktober: “Butuh waktu sepuluh bulan dan dua jam untuk memperbaiki kursi-kursiku.” Setelah berbulan-bulan gagal mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan, atau sulit menemukan waktu luang di sela-sela pekerjaan yang padat atau mengasuh anak balitanya, proyek tersebut ternyata hanya membutuhkan waktu dua jam jika dikerjakan dengan sepenuh hati.

Tuhan memanggil Nehemia mengerjakan proyek yang jauh lebih besar: memulihkan Yerusalem setelah temboknya runtuh selama 150 tahun (Neh. 2:3-5,12). Ketika ia memimpin bangsanya bekerja, mereka diolok-olok, diserang, diganggu, dan digoda untuk berbuat dosa (4:3,8; 6:10-12). Namun, Allah memampukan mereka berdiri teguh dan bertekad baja sehingga tugas yang sulit itu diselesaikan hanya dalam waktu 52 hari.

Mengatasi tantangan sesulit itu membutuhkan lebih dari hasrat atau tekad diri yang kuat. Nehemia digerakkan oleh pemahaman bahwa Allah telah menunjuknya untuk melakukan tugas itu. Kesadaran akan tujuan itu menguatkan orang lain untuk mengikuti kepemimpinannya, meski mereka mendapat perlawanan yang luar biasa. Ketika Allah menugaskan kita—baik untuk memulihkan hubungan yang retak atau memberi kesaksian tentang apa yang telah diperbuat-Nya dalam hidup kita—Dia akan memberi kita apa pun keterampilan dan kekuatan yang diperlukan untuk terus melakukan apa yang Dia minta, apa pun tantangan yang mungkin menghadang kita. —Kirsten Holmberg

Ya Tuhan, perlengkapi aku dengan kuasa-Mu agar aku bertekun hingga menyelesaikan tugas-tugas yang Engkau berikan kepadaku. Kiranya jerih lelahku memuliakan-Mu.

Tuhan memperlengkapi kita untuk mengatasi rintangan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan-Nya untuk kita lakukan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 51-53; Roma 2

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Ferren Manuela

Lihat ke Atas!

Senin, 15 Juni 2015

Lihat ke Atas!

Baca: Mazmur 121:1-8

121:1 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?

121:2 Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

121:3 Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.

121:4 Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.

121:5 Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.

121:6 Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.

121:7 TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.

121:8 TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. —Mazmur 121:2

Lihat ke Atas!

Di sebuah taman dekat rumah kami, ada jalan setapak yang suka saya lalui. Di sepanjang salah satu bagiannya, bisa terlihat pemandangan yang sangat indah berupa batuan pasir merah di Garden of the Gods (Taman Para Dewa) dengan latar belakang Puncak Pikes yang megah setinggi 4,300 m. Namun, sesekali saya berjalan melintasi bagian taman itu dengan pikiran yang penuh dengan masalah sembari tertunduk memandangi jalan setapak yang lebar itu. Jika tak ada orang lain di situ, adakalanya saya berhenti dan berseru kepada diri sendiri, “David, lihat ke atas!”

Sekumpulan mazmur yang dikenal sebagai “Nyanyian Ziarah” (Mzm. 120–134) biasa dinyanyikan oleh umat Israel ketika mereka menempuh perjalanan naik ke Yerusalem untuk menghadiri tiga hari raya tahunan di sana. Mazmur 121 dimulai dengan, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?” (ay.1). Jawabannya, “Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (ay.2). Pencipta kita bukanlah Allah yang jauh dan tidak acuh, melainkan Sahabat yang selalu menyertai kita, selalu mengetahui segala keadaan kita (ay.3-7), membimbing dan menjaga sepanjang perjalanan hidup kita “dari sekarang sampai selama-lamanya” (ay.8).

Di sepanjang jalan hidup kita, alangkah perlunya kita tetap memusatkan pandangan kita kepada Allah, sumber pertolongan kita. Ketika kita merasa kewalahan dan putus asa, sudah sepantasnya kita berseru kepada diri sendiri, “Lihat ke atas!” —David McCasland

Aku memandang-Mu, ya Bapa, karena Engkaulah satu-satunya yang sanggup menolongku. Terima kasih untuk sukacita dan ujian dalam hidupku saat ini. Aku bersyukur aku tak pernah berjalan sendiri.

Arahkanlah pandanganmu kepada Allah, sumber pertolonganmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 1–3; Kisah Para Rasul 2:1-21

Terjebak dalam Lumpur

Sabtu, 23 Mei 2015

Terjebak dalam Lumpur

Baca: Mazmur 40:2-6

40:2 Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.

40:3 Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku,

40:4 Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.

40:5 Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!

40:6 Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.

Ia mengangkat aku dari . . . lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu. —Mazmur 40:3

Terjebak dalam Lumpur

Kami benar-benar terjebak! Ketika saya sedang menaruh rangkaian bunga di atas makam orangtua saya, suami saya menepikan mobil agar mobil lain bisa lewat. Hujan telah turun selama berminggu-minggu sehingga area parkir menjadi sangat basah. Ketika kami hendak meninggalkan tempat itu, kami baru menyadari bahwa mobil kami terjebak dalam lumpur. Semakin kencang roda berputar, semakin terbenam pula mobil kami ke dalam lumpur.

Mobil itu butuh untuk didorong, tetapi suami saya memiliki cedera bahu, dan saya baru saja keluar dari rumah sakit. Kami butuh pertolongan! Di kejauhan, saya melihat dua pemuda dan mereka menanggapi dengan ceria lambaian tangan dan teriakan saya. Berkat kekuatan mereka berdua, mobil kami dapat kembali ke jalan.

Mazmur 40 menceritakan tentang kesetiaan Allah ketika Daud memohon pertolongan. “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa” (ay.2-3). Entah yang dimaksudkannya adalah sebuah lubang yang sesungguhnya atau suatu keadaan yang sangat sulit, Daud tahu bahwa ia selalu dapat berseru kepada Allah untuk membebaskannya.

Allah juga akan menolong ketika kita berseru kepada-Nya. Adakalanya Dia tuRut campur secara langsung, tetapi lebih sering Dia bekerja melalui sesama kita. Ketika kita mengakui kebutuhan kita kepada-Nya—dan mungkin juga kepada orang lain—kita percaya bahwa Dia setia. —Marion Stroud

Aku memuji-Mu, Bapa di surga, karena Engkau sanggup membebaskanku dari lubang sedalam apa pun. Tolong aku untuk menerima pertolongan orang lain dan siap sedia untuk menawarkan pertolonganku bagi mereka yang membutuhkan.

Harapan dari Allah diperoleh melalui uluran tangan orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 19-21; Yohanes 8:1-27

Sekarang, Pergilah!

Kamis, 23 April 2015

KomikStrip-WarungSaTeKaMu-20150423-Sekarang-Pergilah

Baca: Keluaran 4:10-17

4:10 Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."

4:11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?

4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."

4:13 Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."

4:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

4:15 Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.

4:16 Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.

4:17 Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat."quot;

Sekarang, pergilah, Aku akan menolong engkau berbicara dan mengajarkan apa yang harus kaukatakan. —Keluaran 4:12 BIS

Sekarang, Pergilah!

Lebih dari 10.000 penginjil dan pemimpin Kristen hadir dalam ruang auditorium raksasa di Amsterdam pada tahun 1986 untuk mendengarkan ceramah penginjil besar Billy Graham. Saya hadir di sana juga dan mendengarkannya mengisahkan sejumlah pengalamannya. Saya terkejut, ketika ia berkata, “Yakinlah, setiap kali saya berdiri di hadapan jemaat Allah untuk berkhotbah, saya gemetar dan lutut saya lemas!”

Yang benar saja! pikir saya. Bagaimana mungkin seorang pengkhotbah besar yang telah memukau jutaan orang dengan khotbah-khotbahnya yang luar biasa terlihat gemetaran dan lututnya lemas? Lalu Graham menjelaskan bahwa bukan takut dan demam panggung yang dirasakannya, melainkan kegentaran dan ketidaklayakan yang kuat karena merasa tidak sanggup mengemban tugas besar yang Allah percayakan kepadanya. Ia pun dikuatkan ketika ia bersandar kepada Allah dan bukan pada kefasihannya berbicara.

Musa merasa tidak sanggup ketika Allah mengirim dirinya untuk membawa bangsa Israel yang telah diperbudak selama 400 tahun keluar dari Mesir. Musa memohon kepada Tuhan agar Dia mengutus orang lain, dengan alasan ia tidak pandai bicara (lihat Kel. 4:10,13).

Kita mungkin memiliki ketakutan serupa ketika Allah memanggil kita untuk melakukan sesuatu bagi-Nya. Namun penguatan yang diberikan- Nya kepada Musa juga dapat menguatkan kita. “Sekarang, pergilah, Aku akan menolong engkau berbicara dan mengajarkan apa yang harus kaukatakan” (ay.12 BIS).

Ini seperti yang dikatakan Billy Graham pada hari itu, “Ketika Allah memanggilmu, janganlah takut sampai gemetar dan lemas lututmu, karena Dia akan menyertaimu!” —Lawrence Darmani

Apakah tugas yang Allah limpahkan kepadamu untuk dilakukan hari ini?
Bersandarlah kepada-Nya dengan memohon pertolongan-Nya.

Ke mana pun Allah mengirim kita, Dia akan menyertai kita.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 16-18; Lukas 17:20-37

Mengalahkan Cheetah

Sabtu, 18 April 2015

Mengalahkan Cheetah

Baca: Yesaya 40:6-11, 28-31

40:6 Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang.

40:7 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.

40:8 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."

40:9 Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"

40:10 Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.

40:11 Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, . . . . tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru. —Yesaya 40:7,31

Mengalahkan Cheetah

Cheetah Afrika yang hebat diketahui bisa berlari hingga kecepatan 112 km/jam dalam waktu singkat, tetapi tidak mampu mempertahankan kecepatan itu untuk jarak yang jauh. Lewat tayangan kantor berita Inggris, BBC, dilaporkan bahwa empat penduduk dari desa di timur laut Kenya ternyata mampu mengalahkan dua ekor cheetah dalam lomba lari sejauh 6,5 km.

Kedua cheetah besar itu sebelumnya telah memangsa kambing dari desa mereka. Jadi keempat pria itu menyusun rencana untuk menghentikannya. Suatu hari, mereka telah menunggu hingga hari sedang panas-panasnya, lalu mereka mengejar kucing-kucing besar itu. Mereka berhasil mengejar kedua cheetah yang sudah tidak lagi mampu berlari itu. Kedua cheetah yang kelelahan tersebut dapat ditangkap dengan baik dan diserahkan pada dinas perlindungan satwa Kenya untuk dipindahkan.

Dapatkah kita melihat bayangan diri kita pada cheetah tersebut? Kekuatan kita mungkin awalnya mengesankan, tetapi itu tidak bertahan lama. Nabi Yesaya mengingatkan bahwa kita ini laksana bunga di padang yang segera layu di bawah panasnya matahari (40:6-8).

Namun ketika kita tidak berdaya itulah, Allah menawarkan penghiburan bagi kita. Kejutan akan dialami oleh mereka yang menantikan Tuhan. Pada waktu dan cara yang ditentukan-Nya, Dia dapat memperbarui kekuatan kita. Oleh Roh-Nya, Dia memampukan kita untuk terbang bagai rajawali dengan “kekuatan sayapnya” atau “berlari dan tidak menjadi lesu, . . . berjalan dan tidak menjadi lelah” (ay.31). —Mart DeHaan

Tuhan, ampuni kami karena sering mengandalkan kekuatan kami yang tidak bertahan lama. Tolong kami untuk melihat bahwa semua karunia yang baik itu berasal dari-Mu, dan bahwa Engkaulah sumber kekuatan, harapan, dan sukacita yang tidak pernah mengecewakan.

Ketika kita mendekat kepada Allah, pikiran kita disegarkan dan kekuatan kita diperbarui.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 3-5; Lukas 14:25-35

Kuatkanlah Aku

Senin, 26 Januari 2015

Kuatkanlah Aku

Baca: Nehemia 6:1-9,15

6:1 Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh kami yang lain mendengar, bahwa aku telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum kupasang pintunya,

6:2 maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepadaku dengan pesan: "Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!" Tetapi mereka berniat mencelakakan aku.

6:3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: "Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!"

6:4 Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku berikan jawaban yang sama kepada mereka.

6:5 Lalu dengan cara yang sama untuk kelima kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang terbuka.

6:6 Dalam surat itu tertulis: "Ada desas-desus di antara bangsa-bangsa dan Gasymu membenarkannya, bahwa engkau dan orang-orang Yahudi berniat untuk memberontak, dan oleh sebab itu membangun kembali tembok. Lagipula, menurut kabar itu, engkau mau menjadi raja mereka.

6:7 Bahkan engkau telah menunjuk nabi-nabi yang harus memberitakan tentang dirimu di Yerusalem, demikian: Ada seorang raja di Yehuda! Sekarang, berita seperti itu akan didengar raja. Oleh sebab itu, mari, kita sama-sama berunding!"

6:8 Tetapi aku mengirim orang kepadanya dengan balasan: "Hal seperti yang kausebut itu tidak pernah ada. Itu isapan jempolmu belaka!"

6:9 Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya: "Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan." Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga.

6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.

Aku berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah aku!” —Nehemia 6:9 BIS

Kuatkanlah Aku

Perdana Menteri pertama Singapura, Lee Kuan Yew, adalah tokoh yang dipuji karena telah membawa Singapura hingga menjadi seperti sekarang ini. Di bawah kepemimpinannya, Singapura bertumbuh menjadi kaya dan makmur serta menjadi salah satu negara yang paling maju di Asia. Ketika ditanya apakah ia pernah merasa ingin menyerah ketika dihadapkan pada kritik dan tantangan selama bertahun-tahun melayani masyarakat, ia pun menjawab, “Semua ini adalah komitmen seumur hidup.”

Nehemia, yang memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem, juga menolak untuk menyerah. Ia menghadapi penghinaan dan intimidasi dari musuh-musuh di sekelilingnya serta ketidakadilan dari bangsanya sendiri (Neh. 4-5). Para musuhnya bahkan secara tidak langsung menuduh bahwa Nehemia mempunyai kepentingan pribadi (6:6-7). Nehemia mencari pertolongan Allah sembari mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan diri.

Meski menghadapi banyak tantangan, tembok Yerusalem selesai dikerjakan dalam 52 hari (6:15). Namun pekerjaan Nehemia belumlah selesai. Ia mendorong bangsa Israel untuk mempelajari Kitab Suci, beribadah, dan memelihara hukum Allah. Setelah menyelesaikan 12 tahun jabatannya sebagai gubernur (5:14 BIS), ia datang kembali untuk memastikan bahwa perubahan yang dibawanya terus berlanjut (13:6). Nehemia berkomitmen seumur hidup untuk memimpin bangsanya.

Kita semua menghadapi beragam tantangan dan kesulitan dalam hidup. Namun sama seperti Allah menolong Nehemia, Dia juga akan menguatkan kita (6:9) di sepanjang hidup kita dalam tugas apa pun yang dipercayakan-Nya kepada kita. —CPH

Ya Tuhan, terkadang aku mudah menjadi kecewa ketika aku
menghadapi kritik atau tantangan. Tolong aku untuk bertahan
dan berikanlah kepadaku kekuatan untuk tetap setia dan taat
pada panggilan yang Engkau mau untuk kulakukan.

Tantangan hidup tidaklah untuk menghancurkan kita, melainkan untuk menuntun kita kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15, Matius 17

Photo credit: Sharon Drummond / Foter / CC BY-NC-SA

Layak Untuk Diperjuangkan

Rabu, 14 Januari 2015

Layak Untuk Diperjuangkan

Baca: 2 Korintus 11:24-33

11:24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,

11:25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.

11:26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.

11:27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,

11:28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.

11:29 Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?

11:30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.

11:31 Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta.

11:32 Di Damsyik wali negeri raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku.

11:33 Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.

Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. —2 Korintus 11:30

Layak Untuk Diperjuangkan

Aku tak bisa melakukannya,” kata Robert yang putus asa sembari melempar pensilnya. “Ini terlalu sulit!” Membaca, menulis, dan mengeja seakan mustahil bagi seorang penderita disleksia (gangguan pada penglihatan dan pendengaran karena kelainan saraf pada otak sehingga anak mengalami kesulitan membaca) seperti anak kami yang berusia 9 tahun. Akhirnya kami ditawari sebuah solusi yang baik, tetapi berat untuk dijalankan. Kami harus melakukan latihan membaca dan mengeja bersamanya selama 20 menit setiap malam—tanpa kecuali. Adakalanya kami merasa enggan melakukannya, dan adakalanya kami merasa putus asa melihat minimnya perkembangan yang dihasilkan. Namun kami sudah berketetapan untuk mendidik Robert agar dapat memiliki kemampuan membaca sesuai usianya, jadi kami terus berjuang melakukannya.

Setelah 2,5 tahun, segala air mata dan perjuangan kami terbayar sudah. Robert pun dapat membaca dan mengeja. Dan kami semua belajar untuk bertahan dengan sabar.

Rasul Paulus menderita beragam kesukaran dalam usahanya memberitakan kabar baik tentang Yesus kepada siapa saja yang belum pernah mendengar kabar itu. Ia rela didera, disesah, dipenjara, dan disalah mengerti orang, bahkan harus menghadapi kematian (2Kor. 11:25). Namun sukacita dari melihat banyaknya orang yang menerima pemberitaannya membuat semua perjuangannya itu terbayar lunas.

Jika kamu merasa bahwa tugas yang diberikan Allah kepadamu terlalu berat, ingatlah bahwa dalam perjalanan iman, pasti terselip suatu hikmah rohani dan sukacita yang mungkin awalnya tak terlihat. Allah akan menolongmu menemukan berkat tersebut. —MS

Adakalanya kita belajar bahwa kesukaran
Merupakan berkat yang tersamar,
Kesungguhan kerja dan iman kepada Allah
Memang terbukti tidak sia-sia. —Hess

Perjalanan yang ditempuh sama pentingnya dengan tempat yang ingin dituju.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 33-35, Matius 10:1-20