Posts

7 Doa untuk Korban Bencana Alam

Oleh Aryanto Wijaya

Alam dan bencana bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, alam memberikan kita berkah. Namun, di sisi lainnya, terkadang alam bergejolak hingga menimbulkan bencana bagi orang-orang yang tinggal di dekatnya.

Ketika ada saudara-saudari kita yang terdampak bencana alam, kita mungkin tidak bisa memberikan pertolongan secara langsung kepada mereka. Akan tetapi, sebagai orang percaya, kita tentu tahu bahwa salah satu upaya yang bisa turut kita berikan adalah melalui dukungan doa.

Teruntuk korban bencana alam, kami mengingat kalian, dan menyebut nama kalian di dalam doa kami. Mari kita berdoa memohon tujuh hal berikut ini kepada Tuhan untuk mereka yang menjadi korban bencana alam.

1. Berdoa memohon kedamaian

Murid-murid Yesus ketakutan ketika perahu yang mereka tumpangi diterjang badai. Mereka lupa bahwa di perahu tersebut juga terdapat Yesus, Seorang yang berkuasa untuk mengatasi badai. Sama seperti murid-murid Yesus, seringkali kita sebagai manusia lebih berfokus kepada badai yang menerpa daripada kepada Tuhan yang sesungguhnya memegang kendali atas badai. Oleh karena itu, marilah kita berdoa agar para korban bencana tersebut tidak dikuasai oleh ketakutan, melainkan dilingkupi oleh damai sejahtera.

Bapa, kami berdoa supaya para korban bencana alam dapat ditenangkan hatinya. Biarlah damai sejahtera-Mu yang melampaui segala akal boleh melenyapkan ketakutan mereka dan membuat mereka bersandar pada pertolongan-Mu saja.

2. Berdoa memohon kecukupan

Bencana alam seringkali mengakibatkan para korbannya kehilangan harta benda dan sumber daya. Dapat dibayangkan betapa sulitnya jika kita harus hidup tanpa persediaan sandang, pangan, dan papan. Oleh karena itu, marilah berdoa supaya Tuhan dapat mencukupkan kebutuhan para korban bencana tersebut.

Bapa, kami berdoa supaya para korban bencana tersebut dapat terpenuhi kebutuhannya. Engkau mengerti dan tentu menyediakan apa yang sejatinya mereka butuhkan. Biarlah mereka tidak khawatir akan apa yang hendak mereka makan, minum, ataupun pakai. Akan tetapi, biarlah mereka percaya sepenuhnya kepada-Mu bahwa Engkau sungguh peduli terhadap mereka.

3. Berdoa memohon bala bantuan

Para korban bencana alam membutuhkan orang lain. Mereka membutuhkan tim medis untuk menangani luka-luka fisik, tim SAR untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak, juga petugas keamanan untuk memastikan mereka mendapatkan tempat perlindungan yang tepat. Marilah berdoa supaya Tuhan boleh menolong orang-orang yang bertugas tersebut.

Bapa, kami berdoa supaya Engkau menolong orang-orang yang diberikan tanggung jawab untuk memastikan keselamatan para korban bencana. Beri mereka perlindungan dari marabahaya dan juga keberanian untuk bisa menolong para korban.

4. Berdoa memohon hikmat

Ketika bencana terjadi, orang-orang di sana harus bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Dari mana evakuasi akan dilakukan? Ke mana para korban harus diungsikan? Mau dibawa ke manakah korban-korban yang terluka? Dan sebagainya. Oleh karena itu marilah kita berdoa agar tim penyelamat dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

Bapa, kami berdoa supaya para korban dan tim penyelamat diberikan hikmat dan keberanian untuk menyelamatkan mereka yang terjebak dalam bahaya. Berikan mereka kekuatan dan perlindungan.

5. Berdoa memohon hati yang mau tetap percaya

Bencana yang terjadi tak jarang menorehkan luka secara fisik dan psikis kepada para korbannya. Selain kehilangan harta benda, mereka pun mungkin saja kehilangan sanak saudara ataupun orang-orang yang mereka kasihi. Oleh karena itu, marilah kita berdoa supaya di dalam masa-masa sulit tersebut, mereka tetap mampu mempercayai Tuhan dan rancangan-Nya yang baik.

Bapa, kami berdoa supaya mereka yang kehilangan orang-orang yang dikasihi dapat dikuatkan dan diteguhkan hatinya. Tolong mereka supaya dapat melihat maksud baik yang Engkau rancangkan di balik bencana yang saat ini menimpa.

6. Berdoa memohon pemulihan

Setelah bencana terjadi, para korban harus kembali meniti jalan hidupnya. Dari segala luka dan kehancuran yang bencana alam tinggalkan, mereka harus bangkit untuk menata kehidupan mereka seperti sedia kala.

Bapa, kami berdoa supaya Engkau boleh memulihkan kehidupan mereka dengan memberikan sukacita yang sempat terhilang karena bencana. Kami percaya Engkau sanggup memenuhi apa yang mereka butuhkan, baik itu tempat tinggal, pakaian, makanan, dan tentunya kedamaian hati.

7. Berdoa memohon perlindungan

“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, seklaipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang geloranya,” (Mazmur 46:2-4). Seperti pemazmur yang memuji Allah karena perlindungan yang disediakan-Nya, marilah kita juga berdoa agar para korban bencana dapat bersandar dan berlindung sepenuhnya kepada Allah.

Bapa, kami berdoa kiranya agar Engkau menjadi tempat perlindungan yang teguh, dan sumber pertolongan satu-satunya tatkala masalah melanda. Biarlah mereka boleh mengenal Engkau secara pribadi agar mereka tahu bahwa sesungguhnya Engkau selalu ada untuk mereka.


Tulisan ini diadaptasi dari artikel 7 Prayers For Those Battered by Natural Disaster

Baca Juga:

Pergumulanku untuk Melepaskan Diri dari Jeratan Dosa Seksual

Aku adalah seorang perempuan berusia 20 tahun yang memiliki riwayat jatuh ke dalam dosa seksual sejak SMP. Bermula dari pelecehan yang dilakukan oleh pacarku, aku jadi terjebak dalam dosa seksual. Namun, Tuhan menolongku untuk lepas dari dosa ini. Inilah kisahku.

Keadilan dan Belas Kasihan

Sabtu, 21 Maret 2015

Keadilan dan Belas Kasihan

Baca: Nahum 1:1-9

1:1 Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh.

1:2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.

1:3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.

1:4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.

1:5 Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya.

1:6 Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.

1:7 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya

1:8 dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.

1:9 Apakah maksudmu menentang TUHAN? Ia akan menghabisi sama sekali; kesengsaraan tidak akan timbul dua kali!

TUHAN itu baik; . . . tempat pengungsian pada waktu kesusahan. —Nahum 1:7

Keadilan dan Belas Kasihan

Ketika seorang terdakwa berdiri di hadapan hakim, nasibnya bergantung pada keputusan pengadilan. Jika ia tidak bersalah, pengadilan menjadi tempat perlindungan baginya. Namun jika ia bersalah, kita berharap pengadilan akan menjatuhkan hukuman.

Dalam kitab Nahum, kita melihat Allah sebagai tempat perlindungan sekaligus hakim. Tertulis demikian, “TUHAN itu baik, Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan” (1:7). Namun dikatakan juga bahwa “Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau- Nya ke dalam gelap” (1:8). Lebih dari 100 tahun sebelumnya, Niniwe pernah bertobat setelah Yunus memberitakan pengampunan Allah, dan bangsa itu diselamatkan (Yunus 3:10). Namun pada masa Nabi Nahum, Niniwe “merancang kejahatan terhadap TUHAN” (Nah. 1:11). Di pasal 3, Nahum menggambarkan secara rinci kehancuran Niniwe.

Banyak orang hanya mengenal satu sisi dari perbuatan Allah terhadap umat manusia tanpa mengenal sisi yang lainnya. Mereka berpikir bahwa Allah itu suci dan semata-mata ingin menghukum kita, atau bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan semata-mata ingin menunjukkan kebaikan. Yang benar adalah Allah itu hakim sekaligus tempat perlindungan. Petrus menulis bahwa Yesus “menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1Ptr. 2:23). Hasilnya, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (ay.24).

Seluruh kebenaran tentang Allah merupakan kabar baik! Dia adalah hakim, tetapi karena Yesus, kita dapat datang kepada Allah sebagai tempat perlindungan kita. —Dave Branon

Tuhan, jangan biarkan kami merendahkan-Mu dengan melihat satu sisi saja dari peran-Mu dalam kehidupan kami. Tolong kami untuk menikmati kasih dan kebaikan-Mu sekaligus menyadari betapa Engkau sangat membenci dosa.

Keadilan dan belas kasihan Allah bertemu di kayu salib.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 7-9; Lukas 1:21-38

Pintu Kucing

Senin, 9 Maret 2015

Pintu Kucing

Baca: Yohanes 10:1-10

10:1 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

10:6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.

10:8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. —Yohanes 10:9

Pintu Kucing

Saya dan Jay, suami saya, memiliki anggota keluarga baru—seekor kucing berumur 2 bulan, bernama Jasper. Untuk menjaga keamanan anak kucing itu, kami harus meninggalkan beberapa kebiasaan lama, seperti membiarkan pintu terbuka. Akan tetapi, karena kucing gemar memanjat, kami masih menemui satu masalah. Anak kucing sudah tahu bahwa dunia terlihat lebih baik jika dilihat dari ketinggian. Setiap kali Jasper berada di lantai bawah bersama saya, ia berkeras naik ke lantai atas. Saya pun harus menyiasati cara untuk membatasi Jasper dan menjaganya di tempat yang aman di dekat saya. Pintu yang berguna untuk melindungi anak-anak dan anjing tidak berlaku bagi kucing.

Dilema pintu kucing ini mengingatkan saya akan sebuah kiasan yang digunakan Yesus untuk menggambarkan diri-Nya: “Akulah pintu untuk domba” (Yoh. 10:7 BIS). Kandang domba di Timur Tengah merupakan suatu tempat tertutup dengan sebuah celah sebagai pintu keluar-masuk bagi domba. Di malam hari, saat domba aman di dalam kandang, gembala berbaring di celah tersebut sehingga baik domba maupun pemangsa tidak akan dapat melewati dirinya.

Meskipun ingin menjaga Jasper, saya tidak mau menjadi pintu baginya, karena saya punya kegiatan lain. Namun, itulah karya Yesus Kristus bagi kita. Dia menempatkan diri-Nya di antara kita dan musuh jiwa kita, si Iblis, demi melindungi kita dari ancaman. —Julie Ackerman Link

Terima kasih, Yesus, karena Engkaulah pintuku. Melalui Engkau, aku memiliki keselamatan, dan oleh kuasa-Mu, aku aman dari ancaman bagi jiwaku. Lingkupilah aku dengan perlindungan-Mu. Aku percaya kepada-Mu.

Semakin dekat kita dengan sang Gembala, semakin menjauhlah serigala.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 8-10; Markus 11:19-33

Photo credit: peter.lubeck / Foter / CC BY-NC-SA

Tak Dapat Dihentikan

Rabu, 30 Januari 2013

Tak Dapat Dihentikan

Baca: Bilangan 22:10-34

Kemudian Tuhan menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat Tuhan dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, . . . —Bilangan 22:31

Segala cara akan kutempuh. Tak ada yang bisa menghentikanku untuk melakukannya.” Saya sering mendengar orang menunjukkan sikap seperti itu ketika mendapatkan satu gagasan atau melihat satu kesempatan yang kelihatan baik dan menguntungkan. Mereka mengerahkan segala daya upaya mereka untuk mencapainya.

Untuk membuktikan bobroknya pemikiran seperti itu, saya akan menggunakan seekor keledai untuk menjelaskannya—keledai milik seorang pria bernama Bileam.

Bileam ditawari satu tugas yang menguntungkan dari seorang raja negeri tetangga, dan ia minta izin Allah untuk menerima tawaran ini (Bil. 22). Ketika Allah tidak mengizinkannya, wakil raja mengajukan tawaran yang lebih tinggi. Berpikir bahwa Allah mungkin akan berubah pikiran, Bileam kembali bertanya. Allah memberikan izin bagi Bileam untuk menerima tawaran tersebut tetapi dengan sejumlah syarat yang ketat. Allah mengetahui hati Bileam dan tidak berkenan kepadanya, sehingga Dia mengutus malaikat-Nya untuk menghalangi jalannya. Bileam tidak dapat melihat kehadiran malaikat itu, tetapi keledainya yang dapat melihat malaikat itu. Ketika keledainya menolak untuk maju, Bileam menjadi marah kepada keledai itu karena sudah menghambat perjalanannya.

Cerita Bileam mengajar kita bahwa tidak semua hambatan harus diatasi. Sebagian hambatan ditempatkan Allah untuk mencegah kita melakukan hal-hal yang bodoh. Ketika rencana kita terhalang, jangan langsung beranggapan bahwa Iblis yang sedang berusaha menghentikan kita. Mungkin saja itu cara Allah untuk melindungi kita. —JAL

Kiranya hikmat-Mu akan memimpinku selalu,
Karena aku tak berani mempercayai diriku sendiri;
Pimpin aku, Tuhan, dalam kelembutan kasih-Mu,
Jangan biarkan aku berjalan sendiri. —Reed

Allah selalu melindungi kita—bahkan pada saat kita tak menyadari bahwa kita membutuhkannya.