Posts

Bebas dalam Batasan

Sabtu, 26 Januari 2019

Bebas dalam Batasan

Baca: Mazmur 119:33-48

119:33 Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.

119:34 Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.

119:35 Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.

119:36 Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba.

119:37 Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!

119:38 Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.

119:39 Lalukanlah celaku yang menggetarkan aku, karena hukum-hukum-Mu adalah baik.

119:40 Sesungguhnya aku rindu kepada titah-titah-Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu!

119:41 Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu,

119:42 supaya aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada firman-Mu.

119:43 Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.

119:44 Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.

119:45 Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu.

119:46 Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu.

119:47 Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu.

119:48 Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.

Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. —Mazmur 119:35

Bebas dalam Batasan

Suatu hari di musim dingin, anak-anak saya merengek untuk main seluncuran salju. Suhu saat itu hampir mencapai minus tujuh belas derajat Celcius. Kepingan-kepingan salju menerpa jendela kami. Saya mempertimbangkan sejenak permohonan mereka, lalu mengizinkan mereka—dengan syarat mereka harus berpakaian tebal, tidak boleh berjauhan, dan tidak boleh lebih dari 15 menit.

Karena kasih, saya membuat aturan itu supaya anak-anak saya bisa bebas bermain tanpa kedinginan dan membeku di luar. Saya pikir, penulis Mazmur 119 mengenali maksud yang sama dalam diri Allah ketika ia menuliskan dua ayat yang berurutan tetapi yang seakan bertentangan: “Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya” lalu “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu” (ay.44-45). Mengapa pemazmur menghubungkan kelegaan dengan kehidupan rohani yang menaati hukum-hukum Allah?

Dengan mengikuti instruksi Allah yang penuh hikmat, kita dapat terhindar dari konsekuensi yang mengikuti pilihan buruk yang akan kita sesali di kemudian hari. Tanpa beban rasa bersalah atau kepedihan, kita menjadi lebih lega dan bebas menikmati hidup kita. Allah tidak ingin mengendalikan kita dengan berbagai aturan tentang apa yang boleh atau tidak boleh kita lakukan; sebaliknya, Dia memberikan tuntunan sebagai bukti kasih-Nya kepada kita.

Saya senang menyaksikan anak-anak saya berseluncur menuruni bukit dengan riang gembira. Mereka bebas bermain dalam batasan yang saya berikan. Paradoks menarik itu juga berlaku dalam hubungan kita dengan Allah—hal itulah yang membuat kita dan pemazmur berkata, “Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya” (ay.35). —Jennifer Benson Schuldt

Ya Tuhan, ajarku menyukai perintah-perintah-Mu seperti pengalaman pemazmur. Aku ingin memuliakan Engkau lewat pilihan-pilihan yang kuambil setiap hari.

Ketika hati dipenuhi kasih, kita akan taat kepada Allah dengan rela.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15; Matius 17

Sudut Pandang yang Luas

Jumat, 25 Januari 2019

Sudut Pandang yang Luas

Baca: 1 Petrus 2:1-10

2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”

2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. —1 Petrus 2:9

Sudut Pandang yang Luas

Dalam liputan upacara pelantikan presiden Amerika Serikat pertama yang berasal dari keturunan Afrika-Amerika, kamera televisi menyorot kerumunan warga dari hampir dua juta orang yang berkumpul untuk menyaksikan langsung peristiwa bersejarah tersebut. Koresponden CBS News, Bob Schieffer, berkata, “Aspek terbaik dari acara ini adalah sudut pengambilan gambarnya yang luas.” Tak ada cara lain yang lebih baik untuk menyorot kumpulan orang yang membentang dari Monumen Lincoln Memorial sampai ke Gedung Capitol.

Kitab Suci menampilkan sekilas pandang sebuah kumpulan yang jauh lebih besar, yang disatukan oleh iman kepada Yesus Kristus: “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1Ptr. 2:9).

Itu bukanlah gambaran tentang segelintir orang yang memiliki hak istimewa, tetapi tentang sejumlah besar orang dari “tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Why. 5:9) yang telah mengalami penebusan. Hari ini kita tersebar di seluruh muka bumi, dan banyak dari kita yang masih mengalami penganiayaan serta pengucilan karena kesetiaan mereka kepada Yesus. Namun, melalui lensa firman Allah yang memberikan sudut pandang yang luas, kita melihat saudara-saudari seiman dari berbagai penjuru dunia yang bersama kita memuliakan Allah yang telah menebus dan menjadikan kita milik-Nya.

Marilah kita semua memuji Allah yang telah membawa kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib! —David C. McCasland

Tuhan, Engkau layak menerima segala pujian! Kami, umat-Mu, kagum akan Engkau.

Pujian apa yang akan kamu berikan kepada Allah?

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Hal Besar

Kamis, 24 Januari 2019

Hal Besar

Baca: Yesaya 58:6-9

58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,

58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!

58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.

58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,

Berpuasa yang Kukehendaki, ialah . . . supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk. —Yesaya 58:6

Hal Besar

Seorang kerabat membutuhkan bantuan untuk membayar sewa bulanannya. Keluarga yang dimintai bantuan itu sebenarnya keberatan—apalagi mereka sendiri mempunyai pengeluaran tak terduga pada akhir tahun. Namun demikian, dalam ucapan syukur atas pemeliharaan Allah, mereka menguras tabungan untuk memberikan bantuan. Mereka pun merasa bahagia karena kerabat yang mereka tolong sangat berterima kasih atas bantuan itu.

Kerabat itu memberikan sepucuk kartu terima kasih yang bertuliskan, “Sekali lagi kalian telah begitu bermurah hati, bahkan mungkin tidak menganggapnya sebagai hal yang besar.”

Namun, bagi Allah, menolong orang lain adalah hal besar. Nabi Yesaya menekankan hal tersebut kepada bangsa Israel. Bangsa itu berpuasa, tetapi masih saja berselisih dan berkelahi. Yesaya mengatakan, seharusnya mereka berusaha memerdekakan orang yang tertindas, meringankan beban orang lain, berbagi kepada yang lapar dan yang tidak memiliki pakaian, memberi tumpangan kepada yang membutuhkan tempat tinggal, dan tidak menolak saudara mereka yang memerlukan pertolongan (Yes. 58:6-7).

Pengorbanan seperti itu, kata Yesaya, tak hanya memancarkan terang Allah, tetapi juga memulihkan luka batin kita (ay.8). Ketika keluarga tadi menolong kerabatnya, mereka dihadapkan pada keadaan mereka sendiri dan bertekad untuk mengatur keuangan mereka dengan lebih baik di tahun mendatang. Inilah janji Allah kepada orang yang murah hati, “Aku akan menyertaimu untuk menyelamatkan kamu. Kehadiran-Ku akan melindungi kamu dari segala penjuru” (ay.8 bis). Pada akhirnya, dengan membantu kerabat, mereka sendiri lebih diberkati. Bagaimana dengan Allah sendiri? Dia telah memberikan segala-galanya dalam kasih. —Patricia Raybon

Tuhan, ajarlah kami bermurah hati dan tolong kami untuk memberi seperti diri-Mu.

Allah memberikan segala-galanya. Marilah mengikuti teladan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 9-11; Matius 15:21-39

Nyanyian Alam Semesta

Senin, 21 Januari 2019

Nyanyian Alam Semesta

Baca: Mazmur 19:1-7

19:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.19:2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

19:3 hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

19:4 Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;

19:5 tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

19:6 yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

19:7 Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

19:8 Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. —Mazmur 19:2

Nyanyian Alam Semesta

Dengan ilmu astronomi akustik, para ilmuwan dapat meneliti dan mendengar bunyi luar angkasa. Mereka menemukan bahwa gerakan orbit bintang ternyata menghasilkan suara seperti irama musik pada langit di malam hari. Seperti bunyi ikan paus bungkuk, resonansi bintang itu terletak pada frekuensi atau gelombang yang tidak terdengar oleh telinga manusia. Namun, alunan musik dari bintang dan ikan paus serta mahkluk-makhluk lainnya menciptakan simfoni yang mengumandangkan kebesaran Allah.

Mazmur 19:1-5 berkata, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”

Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menyingkapkan bahwa di dalam Yesus “telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, . . . segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol. 1:16). Seluruh alam semesta menanggapi dengan memuji Penciptanya. Kiranya kita bersama alam ciptaan turut memuji kebesaran Allah, Pribadi yang “menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal” (Yes. 40:12). —Remi Oyedele

Agunglah Engkau, ya Allah! Bukalah mataku untuk melihat Engkau dalam kemegahan ciptaan-Mu dan buka hatiku untuk mempersembahkan pujian yang layak Kau terima.

Baiklah [kita] semua memuji nama Tuhan, sebab semuanya dijadikan atas perintah-Nya. —Mazmur 148:5 BIS

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 1-3; Matius 14:1-21

Indahnya Cinta

Sabtu, 19 Januari 2019

Indahnya Cinta

Baca: Amsal 5

5:1 Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,

5:2 supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.

5:3 Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak,

5:4 tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua.

5:5 Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati.

5:6 Ia tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya.

5:7 Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku.

5:8 Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,

5:9 supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam;

5:10 supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal

5:11 dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa,

5:12 lalu engkau akan berkata: “Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;

5:13 mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?

5:14 Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan.”

5:15 Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.

5:16 Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?

5:17 Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.

5:18 Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:

5:19 rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.

5:20 Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing?

5:21 Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.

5:22 Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.

5:23 Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.

Hendaklah engkau berbahagia dengan istrimu sendiri. —Amsal 5:18 BIS

Indahnya Cinta

“Jarabe Tapatio” adalah tarian asal Meksiko yang merayakan cinta. Dalam tarian berirama cepat ini, sang pria menaruh topi sombrero miliknya di atas lantai. Lalu, di akhir tarian, sang wanita akan mengambil topi itu dan keduanya pun bersembunyi dan berciuman di balik topi sebagai penegasan atas cinta mereka berdua.

Tarian itu mengingatkan saya akan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Dalam Amsal 5, setelah muncul peringatan tentang bahaya percabulan, kita membaca bahwa pernikahan itu bersifat eksklusif. “Sebab itu, setialah kepada istrimu sendiri dan berikanlah cintamu kepada dia saja” (ay.15 BIS). Meski ada sepuluh pasangan yang menari Jarabe di atas panggung, setiap orang berfokus hanya pada pasangannya sendiri. Demikian juga haruslah kita bersukacita dalam komitmen yang teguh dan bulat kepada pasangan kita (ay.18 BIS).

Kisah cinta kita juga tak luput dari perhatian. Para penari yang menikmati tarian bersama pasangannya sadar bahwa ada orang yang menyaksikan mereka. Begitu pula dengan kehidupan kita, “Tuhan melihat segala-galanya yang dilakukan oleh manusia. Ke mana pun manusia pergi Tuhan mengawasinya” (ay.21 BIS). Allah ingin melindungi pernikahan kita, karena itulah Dia senantiasa memperhatikan kita. Kiranya kita menyenangkan hati Allah dengan saling setia kepada pasangan.

Seperti tarian Jarabe, hidup juga memiliki ritme yang harus diikuti. Jika kita mengikuti irama Sang Pencipta dengan berlaku setia kepada-Nya—baik sudah menikah maupun belum—kita akan menerima berkat dan sukacita. —Keila Ochoa

Tuhan, Engkau mengenal segala jalanku. Tolong aku untuk menghormati-Mu dalam hubunganku dengan sesama.

Kesetiaan menghasilkan sukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 46-48; Matius 13:1-30

Artikel Terkait:

Keluarga Ya Kayak Gini …

Keagungan Terbesar

Minggu, 6 Januari 2019

Keagungan Terbesar

Baca: Yohanes 17:1-5, 20-24

17:1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.

17:2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.

17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

17:4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

17:24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. —Lukas 2:1

Keagungan Terbesar

Kaisar Agustus dikenang sebagai kaisar Romawi yang pertama dan terbesar. Dengan kelihaian politik dan kekuatan militernya, ia mengalahkan musuh, memperluas wilayah kekaisaran, dan mengubah kota Roma dari lingkungan kumuh menjadi penuh kemewahan dengan patung-patung dan kuil-kuil dari marmer. Warga Romawi memuja Agustus sebagai dewa agung dan penyelamat umat manusia. Menjelang akhir pemerintahannya pada tahun ke-40, kata-kata terakhirnya yang dikenal secara resmi adalah, “Aku membangun Roma dari kota bertanah liat menjadi kota penuh marmer.” Namun, menurut sang istri, kata-kata terakhir Agustus yang sebenarnya adalah, “Sudahkah aku menjadi kaisar yang baik? Jika ya, rayakanlah saat aku mangkat.”

Agustus tidak sadar bahwa ia telah menjadi pemeran pendukung dalam cerita yang lebih besar. Pada masa pemerintahannya, lahirlah seorang anak tukang kayu yang menyingkapkan sesuatu yang jauh lebih agung daripada kemenangan militer, bangunan kuil, arena, maupun istana Romawi (Luk. 2:1).

Namun, siapa yang dapat memahami kemuliaan yang Yesus doakan pada malam ketika orang sebangsa-Nya menuntut Dia disalibkan oleh para algojo Romawi? (Yoh. 17:4-5). Adakah yang dapat memperkirakan keajaiban tersembunyi di balik pengorbanan yang akan selamanya dipuja di dalam surga dan di atas bumi?

Itulah kisah yang benar-benar menakjubkan. Mulanya, kita adalah manusia malang yang saling mencelakakan demi mengejar mimpi-mimpi bodoh, tetapi Dia telah mengubahkan dan menyatukan kita untuk mengenal serta memuja keagungan salib-Nya. —Mart DeHaan

Bapa di surga, kemegahan segala sesuatu akan berlalu, tetapi tolonglah kami untuk melihat kasih-Mu yang bertahan selamanya.

Keagungan salib adalah keagungan yang dibutuhkan oleh semua orang.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 16-17; Matius 5:27-48

Berjalan dalam Terang

Jumat, 4 Januari 2019

Berjalan dalam Terang

Baca: Ibrani 12:18-24

12:18 Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai,

12:19 kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,

12:20 sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.”

12:21 Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.”

12:22 Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,

12:23 dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,

12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. —Yohanes 1:4

Berjalan dalam Terang

Kegelapan meliputi desa kami di tengah hutan setelah bulan menghilang ditutupi awan. Kilat membelah langit, diikuti hujan badai dan guntur menggelegar. Saat masih anak-anak, saya sering terbangun ketakutan sambil membayangkan semua jenis monster mengerikan yang siap menerkam saya! Namun, saat fajar menyingsing, bunyi-bunyi itu lenyap, matahari terbit, dan ketenangan muncul kembali seiring kicauan burung-burung menyambut sinar mentari. Begitu tajam kontras antara kegelapan malam yang mencekam dan terang pagi yang penuh keceriaan.

Penulis surat Ibrani mengingat masa-masa ketika bangsa Israel begitu takut dan gemetar sewaktu gelap disertai guruh meliputi Gunung Sinai (Kel. 20:18-19). Bagi mereka, kehadiran Allah terasa gelap dan menakutkan, bahkan ketika Dia mengaruniakan Hukum Taurat dengan penuh kasih. Hal itu terjadi, karena sebagai umat yang berdosa, orang Israel tak sanggup memenuhi standar Allah. Dosa menyebabkan mereka berjalan dalam kegelapan dan ketakutan (Ibr. 12:18-21).

Namun, “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1Yoh. 1:5). Dalam Ibrani 12, Gunung Sinai menjadi lambang kekudusan Allah dan hidup lama kita yang penuh pemberontakan, sedangkan keelokan Bukit Sion melambangkan kasih karunia Allah dan hidup baru dari orang percaya dalam Yesus, “Pengantara perjanjian baru” (ay.22-24).

Siapa saja yang mengikut Yesus “tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Di dalam Dia, kita dapat meninggalkan kelamnya hidup lama dan merayakan sukacita berjalan dalam terang dan Kerajaan-Nya. —Lawrence Darmani

Terima kasih, Tuhan Yesus, karena Engkau telah membawaku keluar dari kegelapan kepada terang-Mu yang ajaib. Tolong aku untuk menghindari kegelapan dan terus berjalan dalam terang hingga tiba di kekekalan.

Bagaimana hidupmu diubahkan sejak percaya pada Yesus? Dalam hal apa saja kamu ingin lebih bertumbuh dalam iman?

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 10-12; Matius 4

Hari yang Biasa Saja?

Rabu, 26 Desember 2018

Hari yang Biasa Saja?

Baca: Kisah Para Rasul 3:17-26

3:17 Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.

3:18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita.

3:19 Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan,

3:20 agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.

3:21 Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.

3:22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.

3:23 Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.

3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini.

3:25 Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

3:26 Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.”

 

Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus. —Kisah Para Rasul 3:13

Hari yang Biasa Saja?

Dalam cerita Christmas Every Day karangan William Dean Howells, dikisahkan seorang gadis kecil yang harapannya terkabul, yaitu Natal sepanjang tahun. Namun, pada hari ketiga, keceriaan Natal mulai menipis. Tak lama kemudian, semua orang sudah muak melihat permen. Kalkun menjadi langka dan dijual dengan harga selangit. Kado tak lagi diterima dengan gembira karena sudah bertumpuk di mana-mana. Orang saling membentak dengan jengkel. Tahun itu terasa panjang dan menjemukan.

Untungnya, cerita Howell hanya sebuah kisah satir. Namun, alangkah luar biasanya ketika sang tokoh utama Natal tak pernah membuat kita jemu meskipun Dia terus-menerus muncul di sepanjang Alkitab.

Setelah Yesus naik ke surga, Rasul Petrus memberitakan kepada orang banyak di Bait Allah Yerusalem bahwa Yesuslah yang dinubuatkan Musa ketika ia berkata, “Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku” (Kis. 3:22, Ul. 18:18). Janji Allah kepada Abraham, “Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati,” sesungguhnya mengacu kepada Yesus (Kis. 3:25; Kej. 22:18). Petrus menegaskan, “Semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini,” yaitu kedatangan Mesias (Kis. 3:24).

Setelah perayaan Natal selesai, kita bisa menjaga semangatnya terus hidup. Dengan melihat Kristus dalam seluruh cerita Alkitab, kita pun menyadari betapa Natal itu lebih dari sekadar hari yang biasa saja. —Tim Gustafson

Bapa, terima kasih karena Engkau telah mengaruniakan Anak-Mu dan mewahyukan kisah-Nya pada lembaran-lembaran Alkitab.

Meski kemeriahan Natal telah usai, jagalah agar semangatnya tidak pudar.

Bacaan Alkitab Setahun: Hagai 1-2; Wahyu 17

Salju Musim Dingin

Selasa, 25 Desember 2018

Salju Musim Dingin

Baca: Yesaya 42:1-4

42:1 Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

42:2 Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.

42:3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.

42:4 Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

 

Ia tak akan berteriak atau berseru dengan nyaring, suaranya tak akan terdengar di jalan. Buluh yang terkulai tak akan dipatahkannya. —Yesaya 42:2-3a BIS

Salju Musim Dingin

Saat bangun pagi di musim dingin, saya sering mendapati alam yang berselimut salju dengan suasana yang hening dan damai. Tak seperti hujan petir musim semi yang menggelegar di malam hari, salju turun dengan lemah lembut.

Dalam lagu Winter Snow Song, Audrey Assad bernyanyi tentang Yesus yang bisa saja datang ke dunia dengan kedahsyatan bak puting beliung, tetapi Dia justru datang dengan tenang dan perlahan seperti salju musim dingin yang turun dengan lembut pada malam hari di luar sana.

Kedatangan Yesus diam-diam mengejutkan banyak orang. Alih-alih dilahirkan di istana, Dia lahir di tempat yang tak terduga dan sederhana di luar Betlehem. Dia pun tidur di satu-satunya tempat yang tersedia, sebuah palungan (luk. 2:7). Bukannya dilayani oleh para bangsawan dan pejabat pemerintah, Yesus disambut oleh para gembala sederhana (ay.15-16). Orangtua Yesus pun hanya mampu mempersembahkan korban sederhana berupa dua ekor burung ketika mereka menyerahkan-Nya di Bait Allah (ay.24).

Kedatangan Yesus yang sederhana telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dengan mengatakan bahwa Sang Juruselamat “tak akan berteriak atau berseru dengan nyaring” (yes. 42:2 bis). Dia juga takkan hadir dengan kekuatan yang akan mematahkan buluh yang terkulai atau memadamkan sumbu yang pudar nyalanya (ay.3). Sebaliknya, Dia datang dengan lembut untuk merangkul kita dan menawarkan perdamaian dengan Allah—damai yang masih tersedia bagi siapa pun yang mempercayai kisah agung tentang Sang Juruselamat yang lahir di palungan. —Lisa Samra

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela meninggalkan kemuliaan-Mu dan datang ke dunia untuk menawarkan damai bagi kami.

Tenang di malam sunyi, t’rang surga berseri; demikianlah karunia bagimu diberi. —Hai Kota Mungil Betlehem (Kidung jemaat 094)

Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3; Wahyu 16

Artikel Terkait:

Kisah Orang Majus Keempat