Posts

Saat Pikiranku Terjerat Fantasi Seksual

Oleh Steviani*, Sulawesi Selatan

Ketika aku menulis artikel ini, aku sedang mengevaluasi diriku. Saat aku menoleh ke belakang, aku mendapati kalau hidup yang kujalani dulu bukanlah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Meski sejak kecil aku sudah ikut sekolah Minggu dan diajar untuk percaya kepada Yesus, tapi itu tidak menjamin bahwa aku bisa mengendalikan diriku dari dosa.

Sepuluh tahun lalu aku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Sejak saat itu aku berusaha menghidupi iman percayaku dengan sungguh-sungguh. Aku berdoa, membaca firman Tuhan, juga melayani di gereja. Tapi, ada satu hal dalam hidupku yang sulit aku kendalikan: pikiranku.

Pikiranku begitu mudah tertuju kepada hal-hal yang berbau seksual. Saat aku sedang sendirian, atau ketika ada temanku datang dan mereka menyinggung sedikit saja tentang seks, imajinasiku langsung berkembang. Waktu SMA dulu aku pernah belajar tentang seksualitas dalam pelajaran Biologi, tapi imajinasi yang ada dalam pikiranku bukanlah imajinasi tentang seks yang ilmiah. Pikiranku berisikan fantasi-fantasi seksual.

Mungkin berimajinasi tentang sesuatu yang berbau pornografi terlihat tidak ‘membahayakan’ jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seks bebas. Akan tetapi aku ingat bahwa dalam kitab Matius 5:28 Yesus pernah berkata kalau “memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” Dari ayat ini, aku mendapati bahwa fantasi seksualku itu merupakan sesuatu yang menjijikkan di hadapan Tuhan.

Meski aku tahu bahwa apa yang kulakukan ini tidak menyenangkan Tuhan, tapi aku merasa sulit sekali untuk melepaskan diriku dari fantasi seksual yang muncul di pikiranku. Berulang kali aku membiarkan diriku jatuh ke dalam kedagingan, memuaskan nafsu di dalam pikiranku. Lama-lama aku lelah. Aku berusaha sekuat tenaga, tapi tetap saja aku jatuh. Aku takut apabila kejatuhanku dalam dosa fantasi seks ini dapat menyeretku kepada perbuatan-perbuatan yang tidak kuinginkan. Hingga suatu ketika, aku mendapati sebuah ayat dari 1 Petrus 1:14-16 yang berkata demikian:

“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”

Ayat ini menyentakku. Sebagai anak Tuhan, firman-Nya dengan jelas berkata kalau aku tidak boleh hidup menuruti hawa nafsuku. Tapi aku malah membiarkan hawa nafsu itu menguasai pikiranku dengan anggapan kalau fantasi burukku itu masih jauh lebih baik daripada aku melakukan dosa seksual langsung secara fisik. Namun, kembali Allah menegurku. Gary Inrig dalam bukunya yang berjudul “Pursue Desire” berkata: dosa selalu meyakinkan kita untuk bertindak demi kebaikan kita, sekalipun itu berarti melawan firman Allah. Aku pun tersadar kalau selama ini aku tidak melibatkan Tuhan sungguh-sungguh dalam perjuangan ini. Aku membiarkan dosa mengakar dalam diriku hingga lama-lama aku semakin berkompromi dengan dosa ini.

Dosa tetaplah dosa. Yesus menegaskan bahwa perzinahan bahkan sudah dilakukan ketika hawa nafsu itu baru muncul di pikiran, dan bila aku membiarkan pikiranku terus menerus berimajinasi tentang seks, maka artinya aku tidak benar-benar mengindahkan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan mengabaikan pengorbanan-Nya di kayu salib.

Saat itu aku berdoa, memohon ampun, dan meminta supaya Tuhan memimpin langkahku untuk keluar dari jeratan dosa ini. Aku sadar bahwa aku adalah manusia yang lemah, mudah jatuh ke dalam dosa. Aku butuh pegangan yang kuat, yaitu Allah sendiri. Salah satu strategi yang kulakukan adalah belajar mengisi pikiranku dengan hal-hal yang positif, seperti yang Rasul Paulus katakan:

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8).

Ketika teman-temanku mulai berbicara sesuatu yang berhubungan seks, aku menjauhkan diri sejenak dari obrolan mereka. Kalau aku sedang sendiri, aku berusaha tidak melamun dan menyibukkan diriku dengan aktivitas lainnya seperti membaca buku, Alkitab ataupun berdoa.

Sekarang, aku tidak lagi mudah terjatuh ke dalam dosa tersebut. Semua karena anugerah-Nya. Ketika aku mengakui dosa-dosaku, menyesal, dan berkomitmen untuk bertobat di hadapan-Nya, maka Allah akan memampukanku untuk melakukannya.

*Bukan nama sebenarnya

Baca Juga:

Sungguh, Allah Kita Mahaagung!

Suatu hari, kami belajar tentang Human Genome Project, atau Proyek Genom Manusia. Para peneliti membutuhkan waktu 13 tahun untuk memecahkan keseluruhan informasi genetik manusia yang rumit. Tapi kemudian kusadari bahwa ada sesuatu yang jauh lebih mengagumkan.