Mengobati Kekhawatiran
Selasa, 12 Desember 2017
Baca: Filipi 4:1-9
4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!
4:2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.
4:3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!
4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. —Filipi 4:6
Kami sangat bersemangat saat akan pindah ke tempat yang baru, mengikuti pekerjaan suami saya. Namun, segala ketidakpastian dan kesulitan yang terbayang sempat membuat saya khawatir. Saya khawatir soal menyortir dan mengepak barang. Mencari tempat tinggal. Mencari pekerjaan baru untuk saya juga. Bagaimana melakukan perjalanan di kota yang baru dan akankah saya merasa kerasan di sana. Semua itu . . . sangat merisaukan. Saat memikirkan tentang segala hal yang “harus” saya kerjakan, kata-kata yang ditulis Rasul Paulus muncul di benak saya: Jangan khawatir, berdoalah (Flp. 4:6-7).
Paulus tentu juga pernah merasa khawatir di tengah ketidakpastian dan kesulitan. Ia pernah mengalami karam kapal. Ia pernah dipukuli. Ia pernah dipenjara. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menguatkan para sahabatnya yang juga menghadapi ketidakpastian dan mengatakan kepada mereka, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (ay.6).
Perkataan Paulus sangat menguatkan saya. Hidup ini tidak mungkin lepas dari ketidakpastian—baik itu berupa keputusan besar yang mempengaruhi hidup, masalah keluarga, kesehatan yang memburuk, atau kesulitan keuangan. Saya terus belajar untuk memahami bahwa Allah peduli. Dia mengundang kita untuk melepaskan kekhawatiran kita akan segala hal yang tidak pasti dengan menyerahkan semua itu kepada-Nya. Saat kita melakukannya, Allah yang Mahatahu menjanjikan bahwa damai sejahtera-Nya “yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran [kita] dalam Kristus Yesus” (ay.7). —Karen Wolfe
Tuhan, alangkah indahnya menyadari bahwa kami tak perlu khawatir akan apa pun. Ingatkan kami bahwa kami boleh datang dan membawa segala hal kepada-Mu. Kami bersyukur untuk diri-Mu dan karya-Mu dalam hidup kami.
Kepedulian Allah sungguh menenangkan jiwa.
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 9-11 dan Wahyu 3