Posts

Kamu Berharga di Mata Tuhan

Ilustrasi oleh: Laura Roesyella (@roesyella)

Jadikanlah keunikan kepribadianmu sebagai suatu hal yang memperkaya dirimu dan juga caramu berelasi. Tuhan mau agar kita dapat menyatakan kasih-Nya kepada dunia ini secara kreatif melalui keberagaman kita dalam berinteraksi dengan orang lain.

Apa jenis kepribadianmu?

Yuk bagikan sedikit ceritamu tentang bagaimana kepribadianmu menolongmu untuk berelasi dengan orang-orang.
Bagikan juga hal ini kepada temanmu dan ajaklah mereka untuk mensyukuri karya Tuhan dalam diri mereka.

Kamu juga bisa membagikan ini melalui instagram story kamu!
Download template di sini.

Sungguh, Allah Kita Mahaagung!

Oleh Fransiska Simbolon, Jakarta

Saat aku menyelesaikan studi pascasarjanaku di Taiwan, ada satu mata kuliah yang awalnya kuanggap menyebalkan. Mata kuliah itu bernama Genome, isinya banyak membahas tentang genetika. Jika di jenjang sarjana dulu aku belajar tentang genetika, tentu mata kuliah ini tidak sulit untuk kuikuti. Namun, aku tetap berusaha sebisaku hingga pada akhirnya mata kuliah ini menjadi sesuatu yang berkesan.

Suatu hari, kami belajar tentang Human Genome Project, atau Proyek Genom Manusia. Jika dijelaskan secara sederhana, genom adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki oleh suatu sel atau organisme. Jika kita mengingat kembali pelajaran Biologi yang didapat di bangku sekolah dulu, tubuh kita ini terdiri dari miliaran sel-sel kecil yang punya fungsi dan peranannya masing-masing.

Nah, Proyek Genom Manusia sendiri adalah sebuah proyek penelitian internasional yang digagas untuk memecahkan keseluruhan kode genetik manusia. Proyek ini membutuhkan dana fantastis, 2,7 miliar dolar dan melibatkan 20 pusat penelitian dan universitas ternama dari negara-negara maju. Sejak dimulai pada tahun 1990, proyek ini baru selesai di tahun 2013. Hasil akhirnya, sekitar 3 miliar pasang basa DNA manusia berhasil diteliti dan dipetakan data-datanya. Sekarang para ilmuwan di seluruh dunia punya akses untuk mengembangkan Ilmu Kedokteran. Mereka bisa mengembangkan alat diagnosis yang lebih efektif dan merancang perawatan baru yang lebih sesuai.

Wow. Aku berdecak kagum. Para peneliti membutuhkan waktu 13 tahun untuk memecahkan keseluruhan informasi genetik manusia yang rumit. Tapi kemudian kusadari bahwa ada sesuatu yang jauh lebih mengagumkan. Sedari awal, kode-kode genetik itu telah tercetak di dalam gen kita, dan telah ada pula sejak manusia pertama dijadikan. Bahkan, sebelum manusia diciptakan, kode-kode rumit itu telah ada dalam pikiran Allah, Sang Pencipta yang pemikiran-Nya tidak terselami (Mazmur 139:16-17). Hanya, baru di abad ini saja manusia menemukan kerumitannya dan berusaha memahaminya.

Ilmu genetika dan kode-kode rumit itu hanyalah setetes kecil dari samudera keagungan Allah yang begitu luas untuk diselami manusia. Dan, satu hal penting lainnya adalah, setiap manusia itu berharga di mata-Nya, seperti firman-Nya yang mengatakan: “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yesaya 43:4). Miliaran sel kecil tak kasat mata yang menyusun tubuh kita inilah yang menjadi salah satu bukti bahwa Allah menciptakan manusia dengan begitu cermat dan Dia menganggap kita ciptaan-Nya yang berharga dan mulia.

Memahami bahwa setiap manusia berharga di mata Allah membuatku mengerti bagaimana seharusnya aku memperlakukan sesamaku dalam kehidupan sehari-hari. Allah yang menciptakanku telah begitu mengasihiku. Dia, Sang Pencipta, Perancang Agung, dan Inisiator Kehidupan peduli dengan setiap detail kehidupan kita. Oleh karena itu, aku pun mau meneruskan kasih-Nya dengan mengasihi orang lain.

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!”

Mazmur 139:13-17.

Baca Juga:

Memprioritaskan Tuhan di Tengah Waktu Dunia yang Terbatas

Sebagai orang Kristen yang katanya sudah lahir baru, aku mendapati kalau terkadang diriku masih suka sekenanya saja dengan Tuhan dan melalui peristiwa teror yang terjadi di hari Minggu lalu, aku belajar untuk menghidupi imanku dengan sungguh-sungguh.

Kamu Berharga di Mata Tuhan

Oleh Marlena V.Lee, Jakarta

Pernahkah kamu bertanya-tanya tentang apakah yang membuatmu begitu spesial buat Tuhan? Adakah waktu-waktu di mana kamu bertanya, “Apakah aku benar-benar berharga di mata Tuhan? Mengapa?”

Kalau aku, ketika aku merasa lemah dan hancur hati, kerap aku menemukan diriku menanyakan hal tersebut. Bukannya aku meragukan Tuhan, hanya saja aku meragukan apakah diriku sendiri ini layak untuk dicintai atau tidak. Apa yang Tuhan lihat dariku, sehingga Dia menyerahkan segalanya—bahkan nyawa-Nya sendiri—untuk seseorang yang penuh kesalahan dan kelemahan sepertiku?

Pertanyaan itu selalu timbul tenggelam di hatiku, sampai suatu hari Tuhan menyadarkanku lewat suatu peristiwa sederhana. Saat itu, aku baru saja keluar dari mal dan sedang berlari ke halte bus. Tapi, aku menyadari ada sesuatu yang kurang. Gelangku hilang. Segera saja perasaan sebal menyenggol hatiku, sebab gelang itu adalah gelang yang aku buat sendiri. Tapi, karena saat itu aku sedang terburu-buru, jadi aku tidak berniat untuk kembali ke mal dan mencari gelang itu. Lagipula, gelang itu juga punya banyak kekurangan dan dengan hilangnya gelang itu, kupikir aku bisa membuat lagi yang baru dan menyempurnakan desainnya. Aku pun melanjutkan perjalananku.

Namun, entah mengapa, aku tiba-tiba teringat pada proses ketika aku membuat gelang itu. Aku ingat saat merencanakan bagaimana desainnya. Aku juga ingat saat mempertimbangkan batu manik-manik mana dan bahan lainnya yang sebaiknya kugunakan. Bahkan, perasaan menyenangkan ketika melihat rancangan gelangku mulai terbentuk pun kurasakan kembali. Langkahku terhenti. Meski banyak kekurangan, tapi proses pembuatan gelang itu tidaklah mudah dan aku pun mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Mungkin seharusnya aku mencoba mencari gelang itu.

Kembalilah aku ke dalam mal. Aku mencari di supermarket, toko roti, dan terus menelusuri jalan-jalan yang sempat kulalui. Sementara itu, kepingan demi kepingan ingatan saat aku membuat gelang itu terus mendatangi benakku. Semakin lama, jantungku jadi berdebar semakin kencang. Keinginanku untuk menemukan gelang itu kian menguat. Saat tiba di toko buku—tempat terakhir yang kuingat kalau gelangku masih ada—aku hampir panik karena tidak menemukan gelang itu di sana. Aku pun bertanya pada karyawan di sana.

“Maaf, gelang itu mahal?” tanyanya dengan ekspresi khawatir. Mungkin karena suaraku yang sedikit bergetar.

Saat aku mengatakan kalau gelang itu hanya terbuat dari mote dan renda, ia terlihat heran. Namun ia tetap tersenyum dan memintaku menunggu sambil bertanya pada rekan-rekannya.

Detik demi detik berlalu. Hatiku semakin tidak karuan. Bagaimana kalau gelang itu hilang? Tidak sesaat pun pikiran bahwa aku dapat membuat gelang itu kembali terlintas di benakku. Aku harus mendapatkannya kembali. Harus!

Saat karyawan toko buku itu kembali dengan gelangku di tangannya, aku menerimanya dengan tangan gemetar. Impitan di hatiku pun terlepas. Aku langsung menggenggamnya dekat di dadaku dan bersyukur. Saat itulah kusadari betapa berharganya bagiku benda tidak sempurna yang kubuat itu.

Melalui kejadian ini, Tuhan membuatku sadar, kalau aku bisa menganggap benda mati yang kubuat sebegitu berharganya, terlebih lagi Dia menganggapku berharga di hati-Nya. Benar, bisa saja Tuhan menciptakan versi diriku yang lebih sempurna, tetapi Dia bukanlah manusia yang membuat kesalahan. Dialah Tuhan, yang telah menenun kita dengan hati-hati dalam kandungan ibu kita (Mazmur 139:13). Bahkan, sebelum kita terlahir ke dunia ini, Dia sudah mengenal dan melayakkan kita (Yeremia 1:5).

Sobat, tidak peduli apa yang kamu rasakan tentang dirimu sendiri, tidak peduli seberapa tidak sempurnanya kamu, kenyataan bahwa Tuhan menciptakanmu itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan dan bukti mengapa Dia begitu mengasihimu. Meski kamu merasa dirimu bukanlah apa-apa, hidupmu seolah dipenuhi kesalahan serta kegagalan, orang-orang di sekelilingmu menolakmu, atau bahkan kamu putus asa terhadap dirimu sendiri, ketahuilah satu hal ini: kamu teramat sangat berharga di mata Tuhan.

“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yesaya 43:4a).

Kamu begitu berharga, sampai-sampai Pencipta alam semesta ini merelakan Anak-Nya yang tunggal untuk turun ke dunia demi mencarimu dan mati di kayu salib bagimu. Seperti gembala yang menemukan dombanya yang terhilang, atau wanita yang menemukan kembali dirhamnya dan kemudian memanggil sahabat-sahabat serta tetangganya untuk bersukacita bersama, demikianlah sukacita yang meliputi surga ketika Tuhan mendapatkanmu kembali dalam pelukan-Nya (Lukas 15:4-10). Percayalah dan ketahuilah, terlepas dari apa pun yang kamu rasakan tentang dirimu sendiri, kamu sungguh berharga.

Baca Juga:

Belajar dari Nehemia: Sudahkah Doa Menjadi Respons Pertamamu?

Ketika menerima suatu informasi yang entah baik atau buruk, respons pertamaku adalah segera menghubungi temanku. Namun, kisah Nehemia menegurku.