Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Abba, Bapa

Minggu, 19 Juni 2016

Abba, Bapa

Baca: Roma 8:12-17

8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.

8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediamanNya yang kudus. —Mazmur 68:6

Abba, Bapa

Di selembar kartu ucapan Hari Ayah, digambarkan seorang ayah dengan satu tangan terjulur menggerakkan mesin pemotong rumput di depannya, sementara tangan lainnya dengan terampil menarik gerobak anak-anak di belakangnya. Di gerobak itu, duduk putri kecilnya yang begitu girang karena dapat berkeliling di halaman rumah yang bising karena bunyi mesin. Mungkin saja itu bukan keputusan yang bijak, tetapi siapa bilang pria tidak bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus?

Jika kamu mempunyai seorang ayah yang baik, adegan semacam itu dapat menggugah kenangan yang indah. Namun bagi kebanyakan orang, sebutan “Ayah” tidak memberi kesan seindah itu. Siapa yang dapat kita andalkan jika ayah kita telah pergi, atau ia tidak seperti yang kita harapkan, bahkan pernah melukai kita?

Sebagai ayah, Raja Daud tentu mempunyai kelemahan, tetapi ia memahami sifat kebapaan dari Allah. Ia menulis, “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus. Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara” (Mzm. 68:6-7). Rasul Paulus memperluas gagasan itu: “Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.” Kemudian, dengan menggunakan kata dalam bahasa Aram untuk ayah—istilah yang digunakan anak-anak untuk memanggil ayah mereka—Paulus menambahkan, “Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Rm. 8:15). Kata itu juga yang digunakan Yesus saat berdoa kepada Bapa-Nya di tengah penderitaan berat yang dialami-Nya pada malam Dia dikhianati (Mrk. 14:36).

Sungguh suatu hak istimewa bagi kita untuk datang kepada Allah dengan menyebut-Nya “Abba” seperti yang digunakan oleh Yesus! Abba, Bapa kita, menyambut siapa saja yang mau berpaling kepada-Nya untuk menjadi anggota keluarga-Nya. —Tim Gustafson

Bapa Surgawi, aku ingin menjadi bagian dari keluarga-Mu. Aku percaya Anak-Mu yang tunggal mati demi dosa-dosaku. Ampunilah dan tolonglah aku.

Ayah yang baik memancarkan kasih Bapa Surgawi.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 12-13; Kisah Para Rasul 4:23-37

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Mendambakan Kasih Seorang Ayah

Mengampuni seorang ayah yang telah menggoreskan luka dalam keluarga bukanlah sesuatu yang mudah. Namun Allah bekerja dalam segala sesuatu, dan sanggup mendatangkan kebaikan melalui situasi yang penuh luka. Yuk temukan kesaksian selengkapnya di dalam artikel ini.

Kalah atau Menang?

Sabtu, 18 Juni 2016

Kalah atau Menang?

Baca: 1 Yohanes 5:1-13

5:1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.

5:2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

5:5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

5:8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.

5:9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. —1 Yohanes 5:4

Kalah atau Menang?

Setiap tahun pada tanggal 18 Juni di Belgia diadakan peringatan atas pertempuran besar Waterloo. Pada 18 Juni 1815, tentara Prancis yang dipimpin Napoleon ditaklukkan oleh kekuatan sekutu yang dipimpin oleh Duke of Wellington. Sejak saat itu, ungkapan “mengalami momen Waterloo” mempunyai arti “dikalahkan oleh seseorang yang lebih kuat atau ditumbangkan oleh masalah yang terlalu sulit”.

Demikan juga dengan kehidupan rohani kita. Ada orang-orang yang merasa bahwa kegagalan total tidak mungkin dihindari dan setiap orang, cepat atau lambat, pasti akan “mengalami momen Waterloo”. Namun Yohanes menolak pandangan pesimis itu ketika ia menulis kepada para pengikut Yesus: “Semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1Yoh 5:4).

Yohanes menjalin tema kemenangan rohani itu di sepanjang suratnya yang pertama, di mana ia mendorong kita untuk tidak mengasihi segala sesuatu yang ada di dunia ini dan yang akan segera lenyap (2:15-17). Sebaliknya, kita harus mengasihi dan melakukan kehendak Allah, “dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal” (2:25).

Meskipun adakalanya kita mengalami pasang-surut dalam hidup ini, bahkan mungkin sesekali tumbang dan kalah, yakinlah bahwa kemenangan mutlak akan kita raih dalam Kristus ketika kita mengandalkan kuasa-Nya. —David McCasland

Tuhan Yesus, kemenangan-Mu yang mutlak atas dunia yang berdosa ini sudah terjamin, dan Engkau meminta kami untuk mengalami kemenangan itusetiap hari. Oleh anugerah-Mu, mampukanlah kami untuk mengalahkan dunia lewat iman dan ketaatan kami kepada-Mu.

Untuk mengatasi masalah, percayalah kepada Allah saat kamu melaluinya.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 10-11; Kisah Para Rasul 4:1-22

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Kegagalan yang Membawaku Kembali Kepada Tuhan

Habis sudah impian Chronika Febrianti untuk diliput sebagai orang sukses. Optimisme yang tadinya membakar semangatnya kini berganti dengan rasa ingin menyerah. Adakah pelajaran yang bisa diambil dari kegagalannya ini? Bagaimana dia bisa bangkit kembali?

Pembacaan Secara Maraton

Jumat, 17 Juni 2016

Pembacaan Secara Maraton

Baca: Nehemia 8:2-9

8:2 maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.

8:3 Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.

8:4 Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.

8:5 Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.

8:6) Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.

8:7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.

8:8 Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.

8:9 Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.

Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. —Nehemia 8:9

Pembacaan Secara Maraton

Ketika matahari terbit di hari pertama pada bulan ketujuh tahun 444 SM, Ezra mulai membacakan Taurat Musa (yang kini kita kenal sebagai 5 kitab pertama dari Alkitab). Dengan berdiri di atas mimbar di hadapan penduduk Yerusalem, ia membacakan seluruh isi kitab itu selama enam jam berturut-turut.

Para pria, wanita, dan anak-anak telah berkumpul di depan pintu gerbang kota yang disebut sebagai Gerbang Air untuk merayakan hari raya peniupan serunai—salah satu dari hari raya yang ditentukan Allah untuk mereka rayakan. Sembari mereka mendengarkan, ada empat reaksi yang timbul.

Mereka bangkit berdiri untuk menghormati kitab Taurat (Neh. 8:6). Mereka memuji Allah dengan mengangkat tangan sambil berkata, “Amin, amin!” Mereka berlutut dan sujud menyembah (ay.7). Kemudian mereka mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Kitab Suci dibacakan dan diterangkan kepada mereka (ay.9). Sungguh hari yang luar biasa, ketika kitab “yang diberikan Tuhan kepada Israel” (ay.2) itu dibacakan dengan lantang di dalam lingkup tembok Yerusalem yang baru saja dibangun kembali!

Pembacaan yang dilakukan Ezra secara maraton mengingatkan kita bahwa firman Allah tetap berlaku bagi kita sebagai sumber pujian, penyembahan, dan pengajaran. Ketika kita membuka Alkitab dan mempelajari lebih banyak lagi tentang Kristus, marilah kita memuji Allah, menyembah-Nya, dan mencari tahu apa yang hendak Dia katakan kepada kita saat ini. —Dave Branon

Tuhan, terima kasih untuk Alkitab yang luar biasa. Terima kasih karena Engkau mengilhami penulisannya lewat para penulis yang Kau pilih. Terima kasih karena Engkau telah melestarikannya dari zaman ke zaman sehingga kami dapat membaca tentang umat-Mu dan menerima kabar baik tentang kasih-Mu.

Alkitab dipelajari tidak hanya untuk dipahami, melainkan juga untuk diterapkan dalam hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 7-9; Kisah Para Rasul 3

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

3 Alasan Orang Kristen Harus Mendalami Imannya dengan Serius

Orang Kristen sudah sepatutnya menjadi orang yang bersemangat secara intelektual di dunia ini, karena Allah mau kita mengasihi-Nya dengan segenap hati dan segenap akal budi kita. Itu berarti kita juga perlu untuk mempelajari iman kita dengan serius. Setidaknya ada tiga alasan untuk melakukannya. Yuk temukan di dalam artikel ini.

Mengikuti Petunjuk

Kamis, 16 Juni 2016

Mengikuti Petunjuk

Baca: Hakim-Hakim 2:7-19

2:7 Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.

2:8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;

2:9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.

2:10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.

2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.

2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.

2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.

2:16 Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu.

2:17 Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut.

2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.

2:19 Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Setiap kali apabila Tuhan membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka Tuhan menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh. —Hakim-Hakim 2:18

Mengikuti Petunjuk

Dalam keluarga kami, buku petunjuk produk telah menjadi sumber frustasi bagi saya dan olok-olok bagi keluarga saya. Ketika saya dan Cheryl baru menikah, usaha saya untuk melakukan perbaikan-perbaikan kecil di rumah selalu berakhir berantakan. Saya pernah mencoba untuk memperbaiki pancuran air, tetapi yang terjadi adalah air terus mengucur dan mengaliri dinding. Kegagalan saya berlanjut setelah kami mempunyai anak—salah satunya ketika saya coba meyakinkan Cheryl bahwa saya tidak butuh petunjuk untuk merakit mainan anak yang saya anggap sederhana. Salah besar!

Perlahan-lahan, saya pun jera dan mulai mengikuti petunjuk yang diberikan dengan saksama, dan segala sesuatu pun berjalan semestinya. Sayangnya, semakin sering saya berhasil, semakin saya merasa percaya diri, hingga kemudian saya kembali mengabaikan petunjuk yang ada. Hasilnya dapat diramalkan: semua jadi berantakan!

Bangsa Israel kuno bergumul dengan kecenderungan yang sama: mereka melupakan Allah dan mengabaikan perintah-Nya yang melarang mereka menyembah Baal serta allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka (Hak. 2:12). Tindakan mereka mendatangkan bencana, hingga Allah berbelaskasihan dan membangkitkan hakim-hakim untuk menyelamatkan bangsa itu dan membawa mereka kembali kepada-Nya (Hak. 2:18).

Ada maksud Allah atas semua perintah yang diberikan-Nya kepada kita agar kita tetap mengasihi-Nya. Hanya dengan menyadari kasih dan kehadiran-Nya setiap hari, kita akan sanggup melawan godaan untuk menjalani hidup kita menurut kehendak kita sendiri. Alangkah luar biasanya karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita melalui firman-Nya dan hadirat-Nya! —Randy Kilgore

Tuhan, jagalah aku agar tetap dekat pada-Mu hari ini. Ingatkan aku bahwa Engkau selalu hadir lewat firman-Mu, dalam doa, dan pimpinan Roh Kudus.

Kita mempunyai hak teristimewa untuk menikmati hadirat Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 4-6; Kisah Para Rasul 2:22-47

Artikel Terkait:

Haruskah Kita Mengikuti Kata Hati?

Banyak orang menasihati Kezia untuk mengikuti kata hati agar bahagia. Ia pun melakukannya. Namun, kenyataannya, kata hati justru membawanya menuju jurang kehancuran. Ia mulai bertanya, benarkah kata hati dapat dipercaya?

Komunikasi yang Dimengerti

Rabu, 15 Juni 2016

Komunikasi yang Dimengerti

Baca: Kisah Para Rasul 2:1-12

2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.

2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;

2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.

2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.

2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:

2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,

2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,

2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.”

2:12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?”

Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasulrasul itu berkatakata dalam bahasa mereka sendiri. —Kisah Para Rasul 2:6

Komunikasi yang Dimengerti

Saat berjalan-jalan di lingkungan tempat tinggal saya di London Utara, saya bisa mendengar orang-orang berbicara dalam berbagai bahasa, di antaranya Polandia, Jepang, Hindi, Kroasia, dan Italia. Keanekaragaman itu terasa begitu indah, meskipun saya sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakan. Ketika masuk ke kedai kopi milik orang Rusia atau pasar orang Polandia dan mendengar beragam aksen di sana, saya pun membayangkan alangkah luar biasanya ketika dahulu pada hari Pentakosta ada orangorang dari berbagai bangsa yang mengerti semua yang diucapkan oleh para rasul.

Pada hari itu, para peziarah berkumpul di Yerusalem untuk memperingati hari raya panen. Roh Kudus turun ke atas para murid sehingga ketika mereka berkata-kata, para pendengar dari berbagai belahan dunia itu dapat memahaminya dalam bahasa mereka masing-masing (Kis. 2:5-6). Sungguh suatu mukjizat ketika orang-orang yang datang dari berbagai tempat itu dapat memahami pujian kepada Allah dalam bahasa mereka sendiri! Alhasil, ada banyak dari mereka yang terdorong untuk mengetahui lebih banyak tentang Yesus.

Mungkin kita tidak bisa berbicara dalam banyak bahasa atau mengerti bermacam-macam bahasa, tetapi kita tahu bahwa Roh Kudus memperlengkapi kita untuk melayani sesama kita lewat cara-cara yang lain. Yang luar biasa, kita menjadi perpanjangan tangan, kaki, bahkan mulut Allah untuk menggenapi misi-Nya. Hari ini, bagaimana kita dapat menjangkau seseorang yang berbeda dari kita dengan pertolongan Roh Kudus? —Amy Boucher Pye

Tuhan, beri kami mata seperti mata-Mu untuk melihat jiwa-jiwa. Beri kami telinga untuk mendengarkan mereka; beri kami hati untuk berbagi kasih-Mu.

Kasih adalah bahasa yang dimengerti semua orang.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 1-3; Kisah Para Rasul 2:1-21

Artikel Terkait:

Ketika Saudara Seiman Mengganggumu

Di mana terdapat relasi, di sana selalu ada gesekan—bahkan juga relasi di dalam gereja. Mungkin kita juga pernah menjadi marah atau kecewa karena beberapa hal yang saudara/saudari seiman kita lakukan. Bagaimana seharusnya kita menanggapi hal tersebut? Temukan 5 tips yang dibagikan Joshua di dalam artikel ini.

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Selasa, 14 Juni 2016

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Baca: Kejadian 12:1-4; 17:1-2

12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;

12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

12:4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

17:1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.

17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.”

Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. —1 Korintus 10:13

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Mendengarkan kesaksian orang-orang tentang karya luar biasa yang Allah perbuat dalam hidup mereka dapat membuat kita terusik. Meskipun kita mungkin ikut bersyukur ketika mendengar Allah menjawab doa-doa orang lain, bisa jadi kita sendiri bertanya-tanya mengapa Allah belum melakukan sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita akhir-akhir ini.

Mudah untuk membayangkan andai saja Allah melakukan hal-hal yang ajaib bagi kita seperti yang dilakukan-Nya bagi Abraham, kita pun akan lebih termotivasi untuk menjadi hamba-Nya yang setia. Namun kita harus ingat bahwa Allah menampakkan diri kepada Abraham setiap 12 hingga 14 tahun sekali, sedangkan sebagian besar dari hidup Abraham dijalani dengan biasa-biasa saja (lihat Kej. 12:1-4; 15:1-6; 16:16-17:12).

Allah biasanya berkarya di belakang layar dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat dari ayat kita hari ini, “Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar” (1Kor. 10:13). Setiap hari Allah bekerja melindungi kita dari serangan gencar si Iblis yang mengancam untuk membuat kita tak berdaya dan takLuk. Ketika pencobaan datang, Allah menyediakan jalan keluar agar kita dapat melepaskan diri.

Sebelum kita terlelap di malam hari, patutlah kita berhenti sejenak untuk bersyukur kepada Allah atas segala hal luar biasa yang telah dilakukan-Nya bagi kita di tengah hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu, daripada merindukan Allah melakukan sesuatu yang spektakuler bagimu, bersyukurlah kepada-Nya! Karena sebenarnya Dia telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagimu. —Jow Stowell

Tuhan, tolong aku untuk selalu menyadari bahwa kuasa dan kehadiran-Mu menyertaiku bahkan dalam hidupku sehari-hari. Aku bersyukur akan karya luar biasa yang tidak kusadari telah Kaulakukan bagiku.

Allah selalu memegang kendali di belakang layar, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari yang “biasa-biasa” saja.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 9-10; Kisah Para Rasul 1

Artikel Terkait:

“Tuhan Yesus, Terima Kasih Untuk Segalanya”

Walaupun hari ini terlihat “biasa-biasa” saja, kita tetap harus mengucap syukur kepada Allah. Mengucap syukur dalam setiap hal yang kita alami dan juga mengaku dosa kita di hadapan-Nya.

Ulangi Perkataan Saya

Senin, 13 Juni 2016

Ulangi Perkataan Saya

Baca: Mazmur 141

141:1 Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu!

141:2 Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

141:3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!

141:4 Jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan; dan jangan aku mengecap sedap-sedapan mereka.

141:5 Biarlah orang benar memalu dan menghukum aku, itulah kasih; tetapi janganlah minyak orang fasik menghiasi kepalaku! Sungguh aku terus berdoa menentang kejahatan-kejahatan mereka.

141:6 Apabila mereka diserahkan kepada hakim-hakimnya, maka mereka akan mendengar, bahwa perkataan-perkataanku menyenangkan.

141:7 Seperti batu yang dibelah dan dihancurkan di tanah, demikianlah akan berhamburan tulang-tulang mereka di mulut dunia orang mati.

141:8 Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!

141:9 Lindungilah aku terhadap katupan jerat yang mereka pasang terhadap aku, dan dari perangkap orang-orang yang melakukan kejahatan.

141:10 Orang-orang fasik akan jatuh serentak ke dalam jala mereka, tetapi aku melangkah lalu.

Ya Tuhan, jagalah mulutku dan awasilah bibirku! —Mazmur 141:3 BIS

Ulangi Perkataan Saya

Ketika Rebecca berdiri di atas panggung untuk berbicara dalam sebuah konferensi, kalimat pertama yang diucapkannya melalui mikrofon bergema ke seluruh ruangan. Ia merasa kurang nyaman saat mendengar kembali ucapannya sendiri, tetapi ia harus menyesuaikan diri dengan kelemahan perangkat suara yang ada dan mencoba untuk tidak menghiraukan gema yang terdengar setiap kali ia mengucapkan sesuatu.

Bayangkan jika kita harus mendengar ulang setiap kata yang kita ucapkan! Alangkah indahnya kalau ucapan yang kita dengar kembali adalah kata-kata seperti “Aku mengasihimu” atau “Maafkan kesalahanku” atau “Terima kasih, Tuhan” atau “Aku mendoakanmu”. Akan tetapi, tidak semua kata-kata yang kita ucapkan seindah, selembut, atau sebaik itu. Bagaimana dengan kemarahan meluap-luap atau komentar merendahkan yang pernah kita ucapkan? Tentu tidak seorang pun ingin mendengar kata-kata yang amat kita sesalkan itu.

Seperti Daud sang pemazmur, kita rindu ucapan kita dikendalikan oleh Tuhan. Ia berdoa, “Ya Tuhan, jagalah mulutku dan awasilah bibirku.” (Mzm. 141:3 BIS). Syukurlah, Tuhan mau melakukannya. Dia dapat menolong kita untuk mengendalikan ucapan kita. Ia sanggup menjaga mulut dan bibir kita.

Sementara kita belajar untuk memperhatikan dengan cermat segala ucapan yang keluar dari mulut kita dan mendoakan perkataan yang hendak kita ucapkan, Tuhan akan mengajar kita dengan sabar dan memampukan kita untuk mempunyai pengendalian diri. Lebih dari semua itu, Dia mengampuni ketika kita gagal dan Dia senang ketika melihat kita mau bergantung kepada-Nya. —Anne Cetas

Cobalah mengingat-ingat perkataan yang baru-baru ini pernah kamu ucapkan tetapi yang kemudian kamu sesali. Mintalah kepada Tuhan agar Dia menolongmu untuk menjauhi kata-kata yang tidak pantas.

Penguasaan lidah adalah bagian dari pengendalian diri.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 6-8; Yohanes 21

Artikel Terkait:

5 Tips Menghentikan Kebiasaan Bergosip

Bergosip mungkin adalah hal yang sangat menyenangkan bagi kita. Namun, tentunya kita tahu bahwa kebiasaan bergosip ini tidaklah baik. Masalahnya kadang kita sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk ini. Gracea membagikan 5 tips yang telah menolongnya untuk menghentikan kebiasan bergosip. Yuk temukan 5 tips tersebut dalam artikel ini.

Air Mata dan Tawa

Minggu, 12 Juni 2016

Air Mata dan Tawa

Baca: Ezra 3:7-13

3:7 Lalu mereka memberikan uang kepada tukang batu dan tukang kayu, sedang kepada orang Sidon dan Tirus makanan dan minuman dan minyak, supaya orang-orang itu membawa kayu aras dari Libanon sampai ke laut dekat Yafo, seperti yang telah diizinkan kepada mereka oleh Koresh, raja negeri Persia.

3:8 Pada tahun yang kedua sesudah mereka sampai ke rumah Allah di Yerusalem, dalam bulan yang kedua, maka Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yozadak beserta saudara-saudara mereka yang lain, yakni para imam dan orang-orang Lewi, dan semua orang yang pulang ke Yerusalem dari tempat tawanan memulai pekerjaan itu. Mereka menugaskan orang-orang Lewi yang berumur dua puluh tahun ke atas untuk mengawasi pekerjaan membangun rumah TUHAN.

3:9 Lalu Yesua serta anak-anak dan saudara-saudaranya dan Kadmiel serta anak-anaknya, orang-orang Yehuda bersama-sama bertindak mengawasi orang-orang yang melakukan pekerjaan membangun rumah Allah. Demikian juga bani Henadad, anak-anak dan saudara-saudara mereka, orang-orang Lewi itu.

3:10 Pada waktu dasar bait suci TUHAN diletakkan oleh tukang-tukang bangunan, maka tampillah para imam dengan memakai pakaian jabatan dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan membawa ceracap, untuk memuji-muji TUHAN, menurut petunjuk Daud, raja Israel.

3:11 Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: “Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!” Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.

3:12 Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.

3:13 Orang tidak dapat lagi membedakan mana bunyi sorak-sorai kegirangan dan mana bunyi tangis rakyat, karena rakyat bersorak-sorai dengan suara yang nyaring, sehingga bunyinya kedengaran sampai jauh.

Orang tidak dapat lagi membedakan mana bunyi sorak-sorai kegirangan dan mana bunyi tangis rakyat. —Ezra 3:13

Air Mata dan Tawa

Tahun lalu di sebuah acara retret, saya bertemu dengan beberapa teman yang sudah lama tidak berjumpa. Kami tertawa bersama karena dapat bertemu kembali, tetapi saya juga menangis karena menyadari bahwa saya begitu merindukan mereka.

Pada hari terakhir kebersamaan kami, kami merayakan Perjamuan Kudus. Kembali kami bergembira sekaligus berurai air mata! Saya bersukacita atas anugerah Allah yang telah memberi saya hidup kekal dan juga hari-hari indah yang baru saya lalui bersama para sahabat. Namun saya kembali menangis karena menyadari besarnya harga yang telah Yesus bayar untuk menebus saya dari dosa.

Saya teringat akan Ezra dan suatu hari yang indah di Yerusalem. Orang Israel baru kembali dari pembuangan dan mereka baru saja menyelesaikan pembangunan kembali dasar Bait Suci bagi Tuhan. Mereka bernyanyi dengan gembira, tetapi sejumlah imam yang berusia lanjut menangis (Ezr. 3:10-12). Agaknya mereka teringat pada bait Allah yang pernah didirikan Salomo dan Kejayaannya di masa lampau. Mungkinkah sebenarnya mereka berduka atas dosa-dosa mereka yang telah menyebabkan mereka dibuang?

Terkadang ketika melihat Allah berkarya, kita merasakan beragam perasaan, seperti sukacita saat melihat keajaiban Allah dan dukacita saat teringat pada dosa-dosa kita dan kebutuhan kita akan penebusan-Nya.

Bangsa Israel bersorak-sorai dan menangis, hingga suara mereka terdengar sampai jauh (ay.13). Kiranya perasaan kita menjadi ungkapan dari kasih dan penyembahan kita kepada Tuhan, dan kiranya ungkapan perasaan itu juga menyentuh jiwa-jiwa di sekitar kita. —Keila Ochoa

Tuhan, Engkau menerima dukacita dan sukacita kami, setiap air mata dan tawa kami. Kami membawa seluruh perasaan kami seutuhnya kepada-Mu. Kami rindu memuji-Mu dengan segenap keberadaan kami.

Baik air mata maupun senyum sama-sama memberikan pujian bagi Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 3-5; Yohanes 20

Artikel Terkait:

CerpenKaMu: Penyembahan Puja

“…menyembah Tuhan itu bukanlah sesuatu yang bisa direka-reka dari luar … Penyembahan adalah respons yang keluar dari hati.” Begitulah yang diceritakan Yohana Utami dalam cerita pendek ini. Sebuah cerpen yang menceritakan kehadiran Tuhan melalui setiap penyembahan yang dilakukan.
Bagaimana dia dikuatkan Tuhan melalui setiap penyembahan yang dia lakukan? Yuk baca cerita lengkapnya didalam artikel ini.

Anugerah yang Mutlak

Sabtu, 11 Juni 2016

Anugerah yang Mutlak

Baca: Matius 5:43-48

5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?

5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. —Matius 5:48

Anugerah yang Mutlak

Bertahun-tahun saya menganggap Khotbah di Bukit (Mat. 5-7) sebagai standar perilaku manusia yang tidak mungkin dicapai siapa pun. Saya telah salah paham. Yesus menyampaikan perkataan tersebut bukanlah untuk membuat kita frustrasi, melainkan untuk memberi tahu kita tentang diri Allah yang sebenarnya.

Mengapa kita mengasihi musuh kita? Karena Bapa kita yang penuh kasih menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan yang baik. Mengapa kita mengumpulkan harta di surga? Karena Bapa tinggal di sana dan akan memberikan upah yang berlimpah kepada kita. Mengapa harus bebas dari takut dan khawatir? Karena Allah yang mendandani bunga bakung dan rumput di ladang telah berjanji untuk memelihara kita. Mengapa kita berdoa? Jika bapa di dunia memberikan roti atau ikan kepada anaknya, bukankah Bapa di surga akan terlebih lagi memberikan yang baik kepada mereka yang memintanya?

Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit (Mat. 5-7) tidak hanya untuk menjelaskan standar Allah yang harus selalu kita coba capai, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini tidak ada seorang pun dari kita yang akan dapat mencapai standar yang sempurna itu.

Di hadapan Allah, kita semua sama kedudukannya: pembunuh dan pemarah, orang yang berzina dan yang dikuasai nafsu, mereka yang mencuri dan yang mengingini milik orang lain. Kita semua tidak berdaya, dan itulah satu-satunya keadaan yang paling tepat bagi seseorang yang ingin mengenal Allah. Karena telah gagal mencapai standar Allah yang sempurna, kita tidak dapat mengandalkan apa pun kecuali bersandar pada anugerah-Nya yang mutlak. —Philip Yancey

Ya Tuhan, aku berdosa dan butuh pengampunan-Mu. Aku percaya Engkau mati di kayu salib untuk menebus hukuman dosaku. Engkau melakukan apa yang tak bisa kulakukan bagi diriku, dan dengan rela aku mau menerima kasih karunia-Mu. Tolong aku untuk hidup menyenangkan-Mu.

Hanya Allah yang dapat mengubah jiwa yang berdosa menjadi mahakarya kasih karunia.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 1-2; Yohanes 19:23-42

Artikel Terkait:

Apakah Kita Lebih Baik Daripada Duo Bali Nine?

Masih ingatkah kamu dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan kepada Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada tanggal 29 April 2015? Ya, dua orang yang populer dengan sebutan “duo Bali Nine” itu menjalani 10 tahun terakhir mereka di penjara sembari menunggu hukuman dilaksanakan. Namun, tak disangka, mereka malah menemukan Tuhan ketika masa-masa penantian hukuman tersebut. Hidup mereka diubahkan. Bagaimana Tuhan mengubah hidup mereka? Apa yang bisa kita pelajari? Apakah kita lebih baik dari mereka?