3 Langkah yang Kulakukan untuk Lebih Efektif dalam Membaca Alkitab

Oleh Agnes Lee, Singapura
Foto oleh Ian Tan
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Knowing The Bible Is Not Enough

Meskipun aku sudah menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun, aku tidak selalu membaca Alkitabku. Selama beberapa waktu yang lama, aku mendengar firman Tuhan hanya di gereja saat hari Minggu. Bahkan, aku seperti orang yang disebutkan dalam Yakobus 1:24—hidupku tidak berubah. Aku masih hidup menurut kedaginganku. Aku tampak Kristen di luar, tetapi di dalam hatiku, aku tidak tertuju kepada Tuhan. Aku memanjakan diriku dalam kehidupan dosaku tanpa memiliki hati yang mau bertobat.

Hingga suatu ketika aku mengalami masa-masa gelap dalam hidupku beberapa tahun lalu. Satu-satunya hal yang menguatkanku selama masa itu adalah firman Tuhan, dan aku sadar betapa aku membutuhkan firman Tuhan dalam hidupku. Sejak saat itu, aku belajar beberapa hal tentang Alkitab, juga tentang bagaimana membacanya secara efektif. Mungkin hal-hal di bawah ini bisa membantumu.

1. Aku meluangkan waktuku

Meluangkan waktu teduh untuk membaca Alkitab itu sangat penting buatku, karena aku ingin supaya aku bisa fokus menikmati firman Tuhan tanpa gangguan. Kebiasaan ini dimulai saat aku sedang melalui masa-masa kelam. Firman Tuhanlah yang memberiku kekuatan untuk melewati masa-masa itu, dan aku sadar betapa aku butuh firman-Nya dan betapa itu menyegarkanku. Seperti Yesus yang menarik diri sejenak ke tempat sepi dan berdoa (Lukas 5:16), aku mencoba meluangkan waktu di tengah kesibukanku, supaya aku bisa berdua saja dengan Bapa Surgawi. Setiap hari, firman Tuhan memberiku kekuatan yang aku butuhkan.

2. Mintalah pertolongan Tuhan

Juga, aku tidak berani menganggap remeh firman Tuhan. Kita semua tahu bahwa Alkitab adalah tulisan-tulisan yang diilhamkan oleh Allah dan baik untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16-17), tapi kadang aku tidak memiliki hikmat yang kubutuhkan untuk mengerti dan mempraktikkan apa yang aku baca. Maka, dengan rendah hati aku mencari pertolongan Roh Kudus. Allah kita adalah Allah yang murah hati dan selalu siap memberikan kita hikmat setiap kali kita memintanya (Yakobus 1:5).

Sebagai contoh, ketika aku menemukan ayat dari Efesus 1:14, aku sulit untuk mengerti apa maksud dari ayat ini. Ayat ini berkata, “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Tapi, ada bagian lain di Alkitab yang memberitahu kita bahwa bukan setiap orang yang berseru “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 7:21). Jadi, bagaimana bisa Roh Kudus menjamin keselamatanku?

Aku menceritakan kebingunganku ini kepada kakak pembimbing rohani yang kupercaya, yang Tuhan pakai untuk menjawab pertanyaanku. Kakak pembimbingku itu menjelaskan bahwa Roh Kudus menolong kita untuk mengerti dan berjalan di jalan Tuhan ketika kita mengerjakan keselamatan kita. Roh Kudus menjamin keselamatan kita ketika kita tidak mengeraskan hati kita dan membiarkan Dia bekerja di dalam hati kita.

3. Izinkan Tuhan untuk menyadarkanku akan dosa-dosaku

Saat aku membaca firman Tuhan, aku mengingatkan diriku untuk mengundang Tuhan menyelidiki hatiku. Ketika aku meletakkan hatiku di hadapan Tuhan, Dia menolongku melihat bagaimana kebenaran-Nya yang menakjubkan itu bisa diterapkan dalam kehidupanku. Ada waktu-waktu ketika Roh Kudus menunjukkan kepadaku bagaimana caranya aku bertobat dari caraku yang keliru.

Beberapa tahun yang lalu, aku mengatakan sesuatu yang membuat temanku kecewa. Saat renungan pagi, aku menemukan ayat dari Matius 5:18, “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.” Ayat ini membuatku merefleksikan kembali apa yang sudah kulakukan, bahwa kata-kata yang kuucapkan bisa mencemariku. Aku sadar kalau apa yang telah kukatakan kepada temanku itu tidak memuliakan Tuhan, dan itu menunjukkan betapa egoisnya hatiku, dan betapa aku tidak peka terhadap temanku. Aku perlu meminta maaf kepadanya dan merekatkan hatiku kembali pada Tuhan.

Firman Tuhan itu seperti pedang bermata dua buatku, menilai pikiran dan sikap hatiku (Ibrani 4:12). Ketika aku membaca Alkitab dengan rendah hati, aku mengizinkan firman-Nya untuk menyadarkanku akan dosa-dosaku. Melalui inilah Tuhan sedang membentukku menjadi seorang yang unik, yang Dia rancangkan untukku. Meskipun aku tidak bisa menjadi benar-benar sempurna sampai hari aku bertemu muka dengan muka dengan Tuhan, aku tahu bahwa sekarang Tuhan sedang berproses untuk membentuk kita seturut gambar-Nya, seperti apa yang tertulis dalam 2 Korintus 3:18, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”

Sekadar mengetahui Alkitab saja tidaklah cukup. Meskipun aku sudah mendengar banyak khotbah di hari Minggu, aku tidak mengizinkan firman yang kudengar itu mengubah Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.hidupku. Hanya ketika aku membaca Alkitab dengan rendah hati dan penyesalan diri, firman Tuhan akan menuntunku kembali kepada Tuhan. Tuhan selalu siap mengampuni kita jika kita mengakui dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9). Dengan mengetahui hal ini, kita mengakui bahwa firman Tuhan itu seperti sebuah karunia, dan pembacaan Alkitab yang efektif akan secara konsisten mengarahkan kita kembali kepada Tuhan.

Marilah kita menjadi pelaku firman dan bukan sekadar pendengar (Yakobus 1:22). Kiranya kita menjadi orang-orang yang berkenan di hati Tuhan, yang mengerjakan keselamatan kita karena sesungguhnya kita hanyalah pendatang di dunia ini. Kelak, kita akan hidup sebagai murid Kristus yang sejati.

Baca Juga:

Bukan Cuma Soal Nilai, Inilah yang Kupelajari dari Proses Skripsiku yang Panjang

Aku adalah seorang yang terobsesi ingin memiliki nilai sempurna. Aku pun melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, hingga suatu ketika sebuah masalah datang dan bermula dari situlah cara pandangku berubah.

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Adenita Cynthia Sihombing
    Adenita Cynthia Sihombing says:

    Matius 15: 18 seharusnya “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.”

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *