Pengharapan dalam Duka

Minggu, 29 Juli 2018

Pengharapan dalam Duka

Baca: Lukas 24:13-32

24:13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,

24:14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.

24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.

24:16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.

24:17 Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

24:18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”

24:19 Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.

24:20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.

24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.

24:22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,

24:23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.

24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.”

24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!

24:26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”

24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

24:28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.

24:29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.

24:30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.

24:31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

24:32 Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. —Lukas 24:31

Pengharapan dalam Duka

Ketika saya berumur sembilan belas tahun, salah seorang teman dekat saya meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan kemudian, saya terus diliputi dukacita. Kepedihan yang saya rasakan karena kehilangan seorang teman yang masih muda dan luar biasa itu telah mengaburkan pandangan saya. Adakalanya saya tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekeliling saya. Saya begitu dibutakan oleh duka dan derita hingga saya tidak lagi bisa melihat Tuhan.

Dalam Lukas 24, dua murid yang sedang bingung dan patah semangat setelah kematian Yesus tidak menyadari bahwa mereka sedang berjalan bersama Guru mereka yang telah bangkit. Mereka bahkan tidak sadar juga di saat Yesus menjelaskan dari Kitab Suci tentang alasan Sang Juruselamat yang dijanjikan itu harus mati dan bangkit kembali. Ketika Dia mengambil dan memecahkan roti, barulah mereka tersadar bahwa itulah Yesus (ay.30-31). Walaupun para pengikut Yesus telah menyaksikan kematian yang paling mengerikan ketika Dia mati, Allah menunjukkan bagaimana mereka dapat kembali memiliki pengharapan melalui kebangkitan Yesus dari antara orang mati.

Seperti kedua murid tersebut, kita mungkin sedang diliputi rasa bingung dan dukacita yang besar. Meski demikian, kita dapat memperoleh pengharapan dan dihibur oleh kenyataan bahwa Yesus hidup dan masih berkarya di tengah dunia ini—dan juga di dalam diri kita. Meskipun kita masih mengalami derita dan duka, kita bisa menerima Kristus yang akan berjalan bersama kita di tengah dukacita tersebut. Sebagai Terang Dunia (Yoh. 8:12), Dia membawa sinar pengharapan yang sanggup mengenyahkan kabut yang melingkupi kita. —Amy Boucher Pye

Tuhan Allah, terima kasih karena Engkau telah menjadi terang di dalam kegelapan. Berikanlah aku pengharapan saat aku sedih dan bingung, dan mampukanlah aku untuk melihat kemuliaan-Mu.

Meski berduka, kita memiliki pengharapan di dalam Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 49-50; Roma 1

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Ferren Manuela

Bagikan Konten Ini
16 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *