Arti Sebuah Keluarga

Setiap orang menginginkan relasi dalam keluarga yang harmonis dan ideal. Tetapi pada kenyataannya, keluarga terbentuk dari pribadi-pribadi yang tidak sempurna. Kadang ada konflik, salah paham, dan emosi yang tidak terkontrol. Dalam relasi-relasi yang sulit itulah, kita belajar menjadi seperti Yesus yang sabar, pengertian, pemaaf, dan berinisiatif untuk memperbaiki hubungan. Tuhan, terima kasih untuk keluarga yang Kau berikan padaku. Biarlah melalui keluargaku, aku belajar untuk mengenal dan meneladani-Mu setiap hari.

Melalui Salib

Kamis, 19 Juli 2018

Melalui Salib

Baca: 2 Korintus 4:8-18

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

[Tiada yang] akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. —Roma 8:39

Melalui Salib

Rekan kerja saya, Tom, memiliki salib kaca berukuran 20 x 30,5 cm di atas mejanya. Phil, seorang teman yang juga penyintas kanker seperti Tom, memberikan salib itu untuk membantu Tom melihat segala sesuatu “melalui salib”. Salib kaca tersebut selalu mengingatkannya pada kasih dan tujuan Allah yang baik atas hidupnya.

Pemikiran itu sepatutnya menantang semua orang yang percaya kepada Yesus, terutama di dalam masa-masa sulit yang kita hadapi. Dalam keadaan yang sulit, perhatian kita memang lebih mudah terpusat pada masalah daripada kasih Allah.

Kehidupan Rasul Paulus jelas merupakan contoh kehidupan yang memiliki sudut pandang salib. Ia menggambarkan dirinya di saat-saat ia mengalami penderitaan ketika “dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, . . . dihempaskan, namun tidak binasa” (2Kor. 4:9). Ia percaya bahwa di saat-saat yang sulit, Allah sedang “mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan” (ay.17-18).

“Memperhatikan . . . yang tidak kelihatan” tidak berarti bahwa kita mengecilkan persoalan yang ada. Dalam tafsirannya terhadap perikop itu, Paul Barnett menjelaskan, “Di satu sisi, kita harus mempunyai keyakinan yang didasarkan pada kepastian akan tujuan Allah bagi [kita] . . . Di sisi lain, kita sungguh menyadari bahwa kita mengeluh dengan pengharapan yang bercampur dengan penderitaan.”

Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Kasih-Nya teramat dalam dan rela berkorban. Ketika kita melihat kehidupan ini “melalui salib”, kita menyaksikan kasih dan kesetiaan-Nya. Iman kita kepada-Nya pun makin bertumbuh. —Anne Cetas

Bapa, ajarlah kami tentang diri-Mu. Kuatkan kepercayaan kami kepada-Mu. Penuhilah pikiran kami dengan sudut pandang-Mu.

Lihatlah segala sesuatu melalui salib.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23-25; Kisah Para Rasul 21:18-40