Ayat Alkitab Favoritku

Proyek ini dibuat oleh WarungSaTeKaMu Creative Community pada saat acara Artists Gathering tanggal 11 Juni 2017.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Amsal 17:17)
Kontribusi oleh Claudia Rachel

Bagiku, lingkaran pertemanan yang baik sangat dibutuhkan oleh anak Tuhan. Lingkaran pertemanan ini kubutuhkan untuk memberiku dukungan dan masukan-masukan yang sesuai dengan firman Tuhan. Aku menyadari bahwa kita harus mempunyai sekaligus menjadi seorang sahabat. Aku melihat bahwa ada orang-orang yang merasa terintimidasi oleh orang-orang percaya. Mereka malah pergi meninggalkan Tuhan agar bisa bergaul dengan orang-orang yang dilabeli “keren”. Mereka melihat anak Tuhan tidaklah keren karena aktivitasnya hanya berdoa dan memuji Tuhan. Ini mengingatkanku pada bagian Alkitab yang mengatakan bahwa pergaulan yang buruk bisa merusak kebiasaan yang baik. Padahal anak Tuhan itu keren karena tetap mengikuti firman-Nya di tengah segala tantangan.

Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)
Kontribusi oleh Novia Jonatan

Ada yang pernah mengatakan bahwa ketika kita melakukan sesuatu yang kita nikmati, kita akan merasakan sesuatu mengalir dari dalam diri kita, yaitu sukacita. Aku percaya bahwa Tuhan adalah kasih, maka segala sesuatu yang kulakukan harus kulakukan dengan kasih. Dan apa yang kuperbuat itu menjadi salah satu bentuk syukur atas semua anugerah dan berkat yang diberikan-Nya.

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Korintus 12:9)
Kontribusi oleh Julio Mesak

Ayat ini sangat berarti buatku karena aku menyadari bahwa diriku mempunyai banyak kekurangan. Hal ini mengingatkanku bahwa aku membutuhkan Tuhan, karena di dalam Tuhanlah aku dapat disempurnakan.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)
Kontribusi oleh Robby Kurniawan

Hidup ini penuh dengan suka duka yang tidak disangka-sangka. Ketika sedang senang, aku diingatkan untuk tidak melupakan Tuhan, tetapi justru ingat dan bersyukur pada Tuhan. Ketika sedang susah, ayat ini selalu mengingatkanku untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupku. No matter what kind of situation, pray and ask Him, He will give us strength.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)
Kontribusi oleh Priska Sitepu

Pertama kali aku menemukan ayat ini di sekolah minggu dan kemudian langsung kuhafal untuk menjadi ayat favorit. Sejak itu, ayat ini telah menjadi pegangan hidupku hingga saat ini. Ayat inilah yang selalu menguatkanku dalam melewati masa-masa yang berat.

TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? (Mazmur 27:1)
Kontribusi oleh Tora Tobing

Ini adalah ayat yang mengingatkanku bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku. Dalam perjalanan hidupku sebagai orang percaya, aku telah merasakan bahwa Tuhan selalu ada menyertaiku baik saat aku berada di atas maupun di bawah. Kepastian bahwa Tuhan akan menepati janji-janji-Nya di dalam Mazmur 27 ini menenangkanku.

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:12)
Kontribusi oleh Oei Kristina

Ayat ini muncul di bahan renungan per-hari yang kubaca tepat satu hari sebelum pemilihan tempat internship. Saat itu aku harus “bertanding” dengan dokter-dokter muda se-Indonesia agar dapat login di sebuah server pemerintah untuk melakukan pemilihan tersebut. Teman-temanku banyak yang menyewa warnet terbaik dan lain sebagainya. Sedangkan aku hanya mengandalkan wifi di rumah saudara. Pada hari H, eng ing eng… Aku tidak bisa login ke website pemilihan internship. Di tengah-tengah kepanikan, salah satu teman menelepon dan mengatakan bahwa ia sudah berhasil memilih! Akhirnya ia membantuku untuk memilih tempat internship dan kami menjadi partner di tempat internship yang sama. Di tengah-tengah kepanikan, di situ ada ketenangan, karena ada janji yang sudah diberikan Allah padaku melalui ayat yang kubaca tepat satu hari sebelum pemilihan internship.

Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! (Yesaya 55:6)
Kontribusi oleh Septianto Nugroho

Pernah ada masa di mana aku menjadi malas sekali pergi ke gereja. Setelah sekian lama tidak pergi, akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Pada hari itu, ayat Yesaya 55:6 inilah yang menjadi nats khotbahnya. Ayat ini langsung menegur dan mengingatkanku untuk selalu mencari Tuhan di dalam hidupku.

Panen dan Ucapan Syukur

Kamis, 23 November 2017

Panen dan Ucapan Syukur

Baca: Kejadian 8:15-9:3

8:15 Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh:

8:16 “Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu;

8:17 segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.”

8:18 Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya.

8:19 Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu.

8:20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

8:21 Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.

8:22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.”

9:1 Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.

9:2 Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.

9:3 Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.

Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu. —Keluaran 23:16 BIS

Panen dan Ucapan Syukur

Beribu-ribu tahun lalu, Allah berfirman langsung kepada Musa dan menetapkan sebuah perayaan baru untuk umat-Nya. Musa mencatat bahwa Allah berfirman, “Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu” (Kel. 23:16 BIS).

Pada masa sekarang, berbagai negara di dunia melakukan perayaan yang serupa untuk merayakan panen. Di Ghana, rakyat merayakan Festival Yam sebagai perayaan panen. Di Brazil, Dia de Acao de Gracas merupakan hari pengucapan syukur untuk panen yang menghasilkan makanan bagi mereka. Di Tiongkok, ada yang disebut Festival Musim Gugur (Kue Bulan). Di Amerika Serikat dan Kanada, orang merayakan Thanksgiving (Hari Pengucapan Syukur).

Untuk memahami tujuan sesungguhnya dari perayaan panen, mari kita menengok kisah Nuh tepat setelah air bah reda. Allah mengingatkan Nuh dan keluarganya—dan juga kita—tentang pemeliharaan-Nya atas kehidupan dan pertumbuhan kita di bumi ini. Bumi akan mempunyai musim-musim yang berganti, siang dan malam, serta “musim menabur dan menuai” (Kej. 8:22). Ucapan syukur kita untuk panen yang menghasilkan makanan bagi kita sudah sepatutnya ditujukan hanya kepada Allah.

Di mana pun kamu tinggal dan bagaimana pun cara kamu merayakan panen, sediakanlah waktu hari ini untuk mengucap syukur kepada Allah. Marilah kita melakukannya, karena tanpa rancangan-Nya yang agung dan kreatif, kita tidak mungkin akan dapat merayakan panen. —Dave Branon

Ya Allah, Pencipta kami, terima kasih untuk cara-Mu yang menakjubkan dalam menghiasi dunia ini—dengan musim-musim yang berganti, dengan waktu panen, dengan semua yang kami butuhkan untuk hidup. Terimalah ucapan syukur kami.

Ucapan syukur adalah ungkapan yang meluap dari hati yang bersukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 20-21; Yakobus 5

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Rabu, 22 November 2017

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Baca: Mazmur 98

98:1 Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.

98:2 TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.

98:3 Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.

98:4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!

98:5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,

98:6 dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!

98:7 Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!

98:8 Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama

98:9 di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Pujilah Tuhan dengan nyanyian dan sorak gembira. —Mazmur 98:4 BIS

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Dahulu ketika saya sedang mencari gereja yang dapat saya hadiri secara teratur, seorang teman mengundang saya untuk beribadah di gerejanya. Suatu kali, pemimpin pujian memimpin jemaat menyanyikan lagu yang sangat saya sukai. Saya pun menyanyikan lagu itu dengan penuh semangat.

Setelah bernyanyi, suami teman saya menengok ke arah saya dan berkata, “Keras sekali suaramu.” Ia tidak bermaksud memuji saya! Setelah itu, saya mulai menahan diri untuk memastikan saya menyanyi lebih lembut daripada orang-orang di sekitar saya. Saya pun selalu berpikir apakah orang-orang di sekitar saya terganggu oleh nyanyian saya.

Namun pada suatu Minggu, saya mendengar nyanyian seorang wanita di bangku sebelah saya. Ia terlihat menyembah Tuhan dengan sepenuh hati dan tanpa rasa canggung. Sikapnya mengingatkan saya pada penyembahan spontan dan penuh semangat yang diperlihatkan Daud dalam hidupnya. Di Mazmur 98, Daud bahkan menyebutkan bahwa “seluruh bumi” sepatutnya memuji Tuhan “dengan nyanyian dan sorak gembira” (ay.4 BIS).

Mazmur 98:1 menyebutkan alasan kita memuji Tuhan dengan penuh sukacita, yaitu karena “[Allah] telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib.” Di sepanjang mazmurnya, Daud menceritakan perbuatan-perbuatan ajaib itu: kesetiaan dan keadilan Allah bagi semua bangsa, rahmat-Nya, dan keselamatan-Nya. Merenungkan tentang siapa Allah dan apa yang telah diperbuat-Nya dapat membuat hati kita melimpah dengan pujian.

“Perbuatan ajaib” apa yang telah Allah lakukan dalam hidupmu? Hari ini adalah waktu yang tepat untuk mengingat segala karya-Nya yang menakjubkan dan bersyukur kepada-Nya. Angkatlah suaramu dan pujilah Dia! —Linda Washington

Tuhan, kami bersyukur untuk diri-Mu dan untuk semua karya-Mu.

Ibadah mengalihkan fokus kita dari diri sendiri pada objek yang selayaknya disembah, yaitu Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 18-19; Yakobus 4

Artikel Terkait:

Mencukupkan Diri

Biji Helikopter

Selasa, 21 November 2017

Biji Helikopter

Baca: Yohanes 12:23-33

12:23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.

12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

12:25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.

12:26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

12:28 Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Maka terdengarlah suara dari sorga: “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!”

12:29 Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: “Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.”

12:30 Jawab Yesus: “Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.

12:31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;

12:32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”

12:33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. —Yohanes 12:24

Biji Helikopter

Sewaktu anak-anak kami masih kecil, mereka senang sekali berusaha menangkap “biji helikopter” yang berjatuhan dari pohon-pohon maple perak milik tetangga kami. Bentuk bijinya mirip dengan sepasang sayap. Pada akhir musim semi, biji-biji maple yang berguguran biasanya berputar-putar mirip baling-baling helikopter sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Biji itu tidak dirancang untuk terbang, melainkan untuk jatuh ke tanah dan tumbuh menjadi pohon.

Sebelum Yesus disalib, Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:23-24).

Meskipun Yesus ingin ditinggikan sebagai Mesias oleh murid-murid-Nya, Dia justru datang untuk menyerahkan nyawa-Nya supaya dosa-dosa kita diampuni dan hidup kita diubah oleh iman kita kepada-Nya. Sebagai pengikut Yesus, kita mendengar Dia berkata, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” (ay.25-26).

Biji helikopter dari pohon maple dapat membawa kita untuk merenungkan keajaiban Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang rela mati supaya kita dapat hidup untuk Dia. —David C. McCasland

Tuhan Yesus, kami sungguh kagum akan kasih-Mu. Berilah kami anugerah untuk melayani-Mu hari ini seperti kerinduan kami.

Yesus memanggil kita untuk menyerahkan hidup kita dan melayani-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 16-17; Yakobus 3

Kisahku sebagai Korban Bullying yang Berharga di Mata Allah

Oleh Suparlan Lingga

“Emang dipikirnya dia itu siapa?”
“Sombong benar orang itu.”
“Kata-katanya sungguh menyakitkan hatiku, ingin rasanya kusumpal dan kurobek mulutnya itu.”
“Ah, kenapa orang-orang itu suka memandang remeh diriku, aku harap mereka lenyap dari muka bumi ini!”

Beberapa ungkapan di atas menggambarkan kondisi dan perasaan hatiku ketika dulu masih belum mengenal Allah secara pribadi. Ketika masih SMA, aku sering merasa marah, kecewa, dan dendam dengan perkataan dan perilaku teman sekelasku yang suka merundung (bully) dan mengolok-olok orang lain.

Tidak bisa dipungkiri bahwa praktik perundungan, mengolok-olok, meremehkan, dan sebagainya memang kerap terjadi di berbagai sekolah, tak terkecuali sekolahku. Berhadapan setiap hari dengan orang-orang yang suka merundung tersebut rasanya selalu membuatku ingin marah, kesal, dan juga kecewa. Aku tidak suka dengan realitas hidup seperti ini.

Namun, sebenarnya yang menjadi persoalan utama bukanlah orang-orang yang mengolok-olokku itu, melainkan caraku menyikapi mereka. Untuk membalas perilaku mereka, aku merasa perlu menonjolkan eksistensi diri agar mereka tidak memandang rendah diriku, bahkan kalau bisa supaya mereka takut kepadaku. Aku menantang siapa saja yang kuanggap meremehkanku, bahkan mengajak mereka berkelahi secara fisik. Aku juga bergabung dengan kelompok atau geng siswa yang dianggap nakal. Kupikir, dengan cara ini aku bisa menunjukkan siapa diriku.

Selanjutnya, di sekolah pun aku menjadi anak yang bandel. Aku mulai ikut-ikutan bolos dengan teman-teman satu geng, malas belajar, dan sering tidak mengerjakan tugas. Beberapa kali wali kelasku memberikan peringatan, bahkan sampai membuat surat panggilan untuk orangtua, tapi surat itu tidak pernah kusampaikan. Nilai raporku pun menjadi buruk. Puncaknya, aku tidak bisa mengikuti ujian caturwulan karena belum membayar uang sekolah. Uang yang seharusnya kubayarkan ke sekolah malah kupakai jalan-jalan dan berjudi. Akhirnya, keluargaku memutuskan untuk memindahkanku dari sekolah tersebut.

Meski sebenarnya aku menolak, namun aku tidak memiliki pilihan lain dan aku pun menuruti keputusan keluargaku yang memindahkanku ke sebuah kota kecil. Namun, siapa sangka bahwa kepindahanku inilah yang justru membawaku kepada pengalaman baru. Kebetulan, di kota itu aku tinggal di sebuah keluarga Kristen yang taat. Mereka mengajakku beribadah ke gereja, berdoa bersama, dan saat teduh setiap pagi. Awalnya, aku melakukannya dengan setengah hati dan cenderung ingin menolak. Namun, mereka tetap mengajakku dengan lembut hingga lama-kelamaan aku mulai tergugah dan mengikuti ajakan mereka. Di sini aku mulai belajar untuk membaca dan memahami Alkitab dengan sungguh-sungguh. Aku juga mulai ikut persekutuan anak muda yang membantu imanku terus bertumbuh dalam Kristus. Kepindahan ke kota kecil inilah yang memberiku kesempatan untuk mengenal dan menerima Kristus dalam hidupku.

Hal paling mendasar yang kurasakan ketika mengenal Kristus secara pribadi adalah perubahan cara pandangku terhadap diriku sendiri. Aku diingatkan bahwa Alalh sangat mengasihiku. Aku adalah ciptaan-Nya yang berharga, seperti tertulis demikian: “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu” (Yesaya 43:4). Allah telah menunjukkan kasih-Nya secara nyata kepadaku melalui pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosaku.

Mengetahui kebenaran bahwa Allah begitu mengasihiku membuatku tidak perlu cepat marah dan dendam ketika diperlakukan tidak baik oleh siapapun. Aku tidak perlu merasa berkecil hati atau cepat tersinggung ketika merasa ada orang yang menganggap remeh diriku. Aku juga belajar bahwa segala kemarahan, sakit hati, kekecewaan, dan dendam yang kurasakan sebelumnya merupakan salah satu wujud dari egoku sendiri.

Dengan cara pandang yang baru ini, maka aku bisa membuat perubahan dalam menjalani hidupku. Ketika ada orang yang memperlakukanku dengan tidak baik, aku tidak akan segera marah, melainkan mencoba mengendalikan diri dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai bagian dari pembelajaran hidupku. Ketika ada orang lain yang memandang remeh diriku, aku tidak langsung berkecil hati ataupun sakit hati. Dengan memohon hikmat Allah, aku belajar untuk lebih bijak ketika menghadapi berbagai perlakuan yang kurang menyenangkan.

Puji Tuhan, dengan perubahan-perubahan inilah akhirnya aku bisa melanjutkan sekolahku dengan baik. Allah menolongku untuk menjadi seorang siswa yang bersemangat. Dan, karena pertolongan-Nya pula aku bisa meninggalkan pergaulan dan kebiasaanku yang buruk. Akhirnya, aku bisa menyelesaikan SMA dengan nilai yang bagus dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Setelah lulus kuliah, aku bekerja selama beberapa tahun dan melanjutkan kembali studi pasca-sarjanaku di Amerika Serikat.

Ini semua karena kebaikan Allah semata. Aku percaya dan mengimani bahwa diriku berharga di hadapan-Nya. Hidup kita berharga bagi Allah.

Baca Juga:

Dilemaku Ketika Aku Divonis Menderita Penyakit Kista

Setahun lalu, sebuah penyakit kista coklat bernama endometriosis yang dikhawatirkan oleh banyak perempuan muncul di rahimku. Dokter menganjurkanku untuk operasi dan berkat kasih karunia Tuhan, operasi tersebut berjalan lancar. Akan tetapi, setahun berselang, penyakit itu kambuh kembali dan sudah melengket pada usus dan saluran kemihku.

Masa-Masa yang Melelahkan

Senin, 20 November 2017

Masa-Masa yang Melelahkan

Baca: Yohanes 14:15-27

14:15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

14:18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.

14:19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.

14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.

14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”

14:22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”

14:23 Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

14:25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;

14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu.—Yohanes 14:27

Masa-Masa yang Melelahkan

Di halaman belakang rumah kami, ada pohon ceri yang dahulu menjulang gagah tetapi sekarang hampir mati. Saya memanggil ahli tanaman untuk memeriksa pohon itu. Ia mengatakan bahwa pohon itu “terlalu stres” dan membutuhkan pemeliharaan khusus segera. “Bukan cuma kamu,” gumam istri saya, Carolyn, pada pohon itu sembari berlalu. Masa-masa itu memang terasa begitu melelahkan baginya.

Kita semua pernah menghadapi masa-masa yang menggelisahkan. Kita khawatir melihat moralitas yang makin merosot atau mencemaskan anak-anak kita, pernikahan kita, usaha kita, keuangan kita, kesehatan dan kesejahteraan diri kita. Meski demikian, Tuhan Yesus menjamin bahwa bagaimana pun sulitnya situasi kita, kita dapat merasa damai. Yesus berkata, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yoh. 14:27).

Hari-hari Yesus juga dipenuhi kesulitan dan tekanan: Dia dikelilingi musuh dan disalah mengerti oleh keluarga dan sahabat-sahabat-Nya. Dia sering tidak punya tempat untuk beristirahat. Namun, tidak terlihat ada kecemasan atau keresahan di dalam sikap-Nya. Yesus mempunyai ketenangan batin. Itulah damai sejahtera yang telah diberikan-Nya kepada kita. Itulah kebebasan dari kecemasan akan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Damai sejahtera-Nya dinyatakan bagi kita.

Dalam situasi apa pun, baik yang serius atau yang sepele, kita dapat berdoa kepada Yesus. Dalam hadirat-Nya, kita boleh mengungkapkan segala kekhawatiran dan kecemasan kita kepada-Nya. Rasul Paulus meyakinkan kita bahwa damai sejahtera Allah akan “memelihara hati dan pikiran [kita] dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:7). Bahkan di tengah masa-masa yang melelahkan dan membuat stres, kita tetap dapat menerima damai sejahtera-Nya. —David Roper

Ya Tuhan, terima kasih karena aku dapat datang kepada-Mu apa adanya dan damai sejahtera-Mu akan memelihara hati dan pikiranku.

Di tengah masalah yang berkecamuk, kita selalu dapat menerima damai sejahtera di dalam Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 14-15; Yakobus 2

Artikel Terkait:

Mengapa Aku Tetap Berharap

Melihat Mahakarya

Minggu, 19 November 2017

Melihat Mahakarya

Baca: Mazmur 139:11-18

139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”

139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. —Mazmur 139:13

Melihat Mahakarya

Ayah saya bekerja sebagai pembuat tempat anak panah yang dirancang khusus sesuai pesanan para pemanah. Ia mengukir gambar satwa liar dengan detail rumit di atas potongan kulit, sebelum menjahit potongan-potongan tersebut menjadi satu.

Saat mengunjunginya, saya memperhatikan cara ayah membuat karya seninya. Dengan hati-hati tangannya menekan potongan kulit yang halus dengan pisau yang tajam untuk menggurat beragam tekstur. Lalu ia mencelupkan kain ke dalam cat merah tua dan memoles potongan kulit itu dengan sapuan yang rata untuk mempertegas keindahan karyanya.

Pada saat mengagumi keahlian karya seni ayah, saya menyadari betapa seringnya saya lupa mengakui dan menghargai kreativitas Bapa Surgawi yang diwujudkan-Nya dalam diri orang lain dan bahkan dalam diri saya sendiri. Saya diingatkan tentang mahakarya-Nya melalui penegasan Raja Daud, bahwa Allah membentuk “buah pinggang” kita dan bahwa kita diciptakan dengan “dahsyat dan ajaib” (Mzm. 139:13-14).

Kita dapat memuji Pencipta kita dengan yakin karena kita tahu “ajaib apa yang [Allah] buat” (ay.14). Dan kita diyakinkan untuk lebih menghormati diri sendiri dan orang lain, terutama ketika kita mengingat bahwa Sang Pencipta alam semesta ini mengenal kita seutuhnya dan telah merancang hari-hari kita “sebelum ada satupun dari padanya” (ay.15-16).

Seperti potongan kulit lembut yang diukir ayah saya dengan ahli, setiap dari kita juga berharga dan indah karena diciptakan Allah sebagai pribadi yang unik dan satu-satunya. Masing-masing dari kita telah diciptakan Allah secara khusus sebagai mahakarya yang dikasihi-Nya demi mencerminkan keagungan-Nya kepada dunia. —Xochitl Dixon

Bapa, terima kasih karena Engkau menciptakan kami dengan kasih yang sempurna. Tolong kami untuk melihat diri kami dan orang lain sebagai mahakarya-Mu yang unik.

Allah dengan ahli menciptakan setiap dari kita dengan keunikan dan tujuan kita masing-masing.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 11-13; Yakobus 1

Artikel Terkait:

Bukan Sebuah Keanehan Alam

Petak Umpet

Sabtu, 18 November 2017

Petak Umpet

Baca: Yehezkiel 8

8:1 Pada tahun keenam, dalam bulan yang keenam, pada tanggal lima bulan itu, waktu aku duduk di rumahku berhadap-hadapan dengan para tua-tua Yehuda, kekuasaan Tuhan ALLAH meliputi aku di sana,

8:2 dan aku menerima penglihatan: Sungguh, ada kelihatan yang menyerupai seorang laki-laki, dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah kelihatan seperti api dan dari pinggangnya ke atas kelihatan seperti cahaya, seperti suasa mengkilat.

8:3 Dia mengulurkan sesuatu yang berbentuk tangan dan dipegang-Nya jambul kepalaku. Lalu Roh itu mengangkat aku ke antara langit dan bumi dan membawa aku dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke Yerusalem dekat pintu gerbang pelataran dalam yang menghadap ke utara, di mana terdapat berhala cemburuan, yang menimbulkan cemburu itu.

8:4 Lihat, di sana tampak kemuliaan Allah Israel, seperti penglihatan yang kulihat di lembah itu.

8:5 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, lihatlah ke utara!” Aku melihat ke utara, sungguh, di sebelah utara gerbang mezbah, dekat jalan masuk, terdapat berhala cemburuan tadi.

8:6 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat, yaitu perbuatan-perbuatan kekejian yang besar-besar, yang dilakukan oleh kaum Israel di sini, sehingga Aku harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Ku? Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi.”

8:7 Dan dibawa-Nya aku ke pintu pelataran, aku melihat, sungguh, ada sebuah lobang di dalam temboknya.

8:8 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, perbesarlah lobang yang di tembok itu!” Sesudah aku memperbesar lobang itu, lihat, ada sebuah pintu.

8:9 Firman-Nya kepadaku: “Masuklah dan lihatlah perbuatan-perbuatan kekejian yang jahat, yang mereka lakukan di sini.”

8:10 Lalu aku masuk dan melihat, sungguh, segala gambar-gambar binatang melata dan binatang-binatang lain yang menjijikkan dan segala berhala-berhala kaum Israel terukir pada tembok sekelilingnya.

8:11 Dan di hadapannya berdiri tujuh puluh orang tua-tua kaum Israel, dengan Yaazanya bin Safan di tengah-tengah mereka dan masing-masing memegang bokor ukupannya di tangannya, dan keharuman dari asap ukupan itu naik ke atas.

8:12 Firman-Nya kepadaku: “Kaulihatkah, hai anak manusia, apa yang dilakukan oleh tua-tua kaum Israel di dalam kegelapan, masing-masing di dalam kamar tempat ukiran-ukiran mereka? Sebab mereka berkata: TUHAN tidak melihat kita; TUHAN sudah meninggalkan tanah ini.”

8:13 Ditambahkan-Nya lagi: “Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi yang mereka lakukan.”

8:14 Lalu dibawa-Nya aku dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah utara, sungguh, di sana ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus.

8:15 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat? Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi dari pada ini.”

8:16 Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.

8:17 Lalu firman-Nya kepadaku: “Kaulihatkah itu, hai anak manusia? Perkara kecilkah itu bagi kaum Yehuda untuk melakukan perbuatan-perbuatan kekejian yang mereka lakukan di sini, bahwa mereka memenuhi tanah ini dengan kekerasan dan dengan itu terus menyakiti hati-Ku? Sungguh, mereka berkelakuan tak senonoh di hadapan-Ku.

8:18 Oleh karena itu Aku akan membalas di dalam kemurkaan-Ku. Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan mendengarkan mereka.”

Rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. —1 Petrus 1:3

Petak Umpet

“Tidak kelihatan!”

Ketika anak-anak bermain “petak umpet”, mereka terkadang merasa telah bersembunyi hanya dengan menutup mata mereka. Jika ia tidak dapat melihat teman-temannya, ia pikir teman-temannya juga tidak dapat melihatnya.

Sikap itu mungkin kelihatan konyol bagi orang dewasa, tetapi adakalanya kita juga melakukan hal yang sama dengan Allah. Ketika ingin melakukan sesuatu yang kita tahu tidak benar, kita cenderung bersembunyi dari Allah dan tetap melakukan yang kita inginkan itu.

Nabi Yehezkiel menemukan kebenaran itu melalui penglihatan dari Allah mengenai umat Israel yang dibuang di Babel. Allah berkata, “Kaulihatkah, hai anak manusia, apa yang dilakukan oleh tua-tua kaum Israel di dalam kegelapan, masing-masing di dalam kamar tempat ukiran-ukiran mereka? Sebab mereka berkata: Tuhan tidak melihat kita” (Yeh. 8:12).

Namun, Allah melihat semuanya, dan penglihatan itu menjadi buktinya. Meskipun mereka telah berdosa, Allah memberikan pengharapan kepada umat-Nya yang bertobat melalui janji: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu” (Yeh. 36:26).

Demi kita, Allah menghadapi kehancuran dan pemberontakan dosa dengan kasih-Nya yang lembut di kayu salib dan membayar lunas utang dosa kita. Melalui Yesus Kristus, Allah tidak hanya memberi kita awal yang baru, tetapi Dia juga bekerja di dalam diri kita untuk mengubah hati kita saat kita mengikut-Nya. Sungguh Allah itu baik! Ketika kita terhilang dan bersembunyi di dalam keberdosaan kita, Allah mendekat kepada kita melalui Yesus, yang “datang untuk mencari dan menyelamatkan” kita (Luk. 19:10; Rm. 5:8). —James Banks

Tuhan, terima kasih atas kebaikan-Mu bagiku. Tolong aku mencari wajah-Mu dan mengikut-Mu dengan setia hari ini.

Allah mengenal kita sepenuhnya . . . dan tetap mengasihi kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 8-10; Ibrani 13

Dilemaku Ketika Aku Divonis Menderita Penyakit Kista

Oleh Noviani Yunita Sari, Malang

Setahun lalu, sebuah penyakit kista coklat bernama endometriosis yang dikhawatirkan oleh banyak perempuan muncul di rahimku. Dokter menganjurkanku untuk operasi dan berkat kasih karunia Tuhan, operasi tersebut berjalan lancar.

Akan tetapi, satu tahun berselang sejak operasi itu, sebuah kabar mengejutkan kembali datang. Pada tanggal 16 September 2017, kista itu muncul kembali dan ternyata sudah melengket pada saluran kemih dan juga ususku sehingga dokter tidak menganjurkan pengobatan dengan tindakan operasi lagi. Satu-satunya jalan yang dianjurkan oleh dokter spesialis kandungan adalah dengan menikah, karena apabila nanti aku hamil dan melahirkan anak, kista itu akan luruh bersamaan dengan keluarnya bayi dari rahim. Tidak hanya satu dokter, melainkan ada empat dokter spesialis yang menganjurkanku demikian.

Kondisi ini membuatku terjebak dalam dilema. Di satu sisi, meski aku sudah memiliki kekasih, aku belum siap untuk menikah. Usiaku baru 22 tahun dan aku masih ingin melanjutkan studiku di salah satu sekolah teologia di Malang dan menjadi pelayan Tuhan. Lalu, peraturan kampusku juga tidak mengizinkan mahasiswanya menikah selama masa studi. Tapi, di sisi lainnya, beberapa kerabat, keluarga, dan bahkan dosenku mendesak aku untuk menuruti anjuran dokter tersebut dengan alasan demi kesehatanku.

Desakan untuk menikah membuatku merasa frustrasi dan bertanya-tanya: “Apakah aku harus menikah dan meninggalkan studi yang sedang kutempuh? Jika tidak, mengapa Tuhan mengizinkan penyakit ini ada dalam diriku?”

Aku belum siap, demikian juga dengan kekasihku karena dia merasa belum mapan secara ekonomi. Jikalau pun kami sampai menikah, kurasa pernikahan ini hanyalah sebuah pernikahan yang terpaksa. Namun, keluargaku tetap merasa bahwa ini adalah jalan yang terbaik sehingga mereka pun mendiskusikan rencana pernikahan ini dengan keluarga kekasihku. Bahkan, ketika mengetahui perihal penyakitku, pihak kampus pun berjanji memberikan dispensasi khusus buatku untuk tetap bisa melanjutkan studi walau sudah menikah.

Akhirnya, dalam kondisiku yang frustrasi, aku sempat terpikir untuk menuruti saja desakan keluargaku. Namun, pada suatu pagi saat aku merenungkan firman Tuhan, ada satu ayat yang sangat menegur dan mengingatkanku. “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Amsal 19:21).

Akan tetapi, aku bersyukur karena di tengah kondisi dilematis dan sebelum rencana pernikahan itu benar-benar dilaksanakan, ayahku memberiku nasihat. “Untuk mengambil keputusan, tanya Tuhan! Mintalah hikmat dari Tuhan untuk mengambil keputusan itu. Dan, tetaplah percaya bahwa setiap rencana Tuhan itu indah. Dia tidak akan membuat rancangan kecelakaan untuk anak-anak-Nya. Jika kamu telah berdoa sungguh-sungguh dan tetap harus mengambil jalan untuk menikah, yakinlah bahwa itu pun ada dalam kendali Tuhan.”

Perkataan ayahku membuat hatiku yang semula penuh kekhawatiran menjadi lebih tenang. Aku belajar untuk percaya bahwa Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu dalam kehidupanku sehingga aku tidak perlu lagi merasa takut ataupun khawatir. Sejak saat itu, selama satu minggu berdoa dengan sungguh-sungguh, juga berpuasa supaya aku dapat mengambil keputusan yang terbaik.

Satu minggu berlalu dan aku kembali kembali ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi penyakitku. Saat itu aku hanya bisa pasrah pada Tuhan. Apapun hasil pemeriksaan hari ini, aku mau menerimanya dengan lapang dada dan tetap percaya bahwa inilah yang terbaik yang Tuhan izinkan terjadi kepadaku.

Namun, saat aku masuk ke ruangan USG, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Dokter yang memeriksaku berkata dengan terkejut, “Loh? Ini kok?” Jantungku berdegup kencang. Ada apa lagi denganku, aku bertanya pada dokter. Dengan tatapan heran, dokter itu menjawab, “Ini…ini hilang. Kistanya hilang! Rahimmu bersih dan semuanya baik-baik saja!” Perkataan dokter ini membuat air mataku menetes dan aku hanya bisa berucap, “Tuhan, terima kasih! Engkau sungguh luar biasa!”

Singkat cerita, setelah melakukan rangkaian pemeriksaan lainnya, penyakit kista yang bercokol di dalam rahimku dinyatakan telah hilang sepenuhnya. Dari peristiwa ini, aku sadar bahwa jalan Tuhan tidak dapat diselami oleh pikiran manusia. Empat dokter spesialis kandungan telah mengatakan bahwa jalan kesembuhanku hanya dengan menikah dan melahirkan anak. Namun, Tuhan memiliki rencana lain. Dia memberikanku kesembuhan.

Aku percaya bahwa jalan pikiran Allah seringkali tidak bisa kita pahami. Ketika Allah memberikanku mukjizat kesembuhan, aku percaya Dia melakukannya seturut hikmat dan kebaikan-Nya. Akan tetapi, apabila kala itu Allah tidak memberikanku kesembuhan, aku tetap percaya bahwa Allah tetap berlaku baik untukku dan Dia akan menyertaiku untuk mengatasi pergumulan yang kuhadapi.

Melalui pengalaman ini, aku belajar untuk senantiasa mengandalkan Allah dalam setiap keputusan yang kuambil dan tetap percaya bahwa Allah merancangkan masa depan yang baik untukku.

Apakah yang menjadi pergumulanmu hari ini? Janganlah takut dan khawatir. Mari kita datang kepada Tuhan dan menyerahkan segalanya hanya kepada-Nya supaya keputusan apapun yang kita ambil boleh menjadi sesuatu yang berkenan kepada-Nya.