Sebuah Nama Baru

Jumat, 13 Oktober 2017

Sebuah Nama Baru

Baca: Yohanes 1:35-42

1:35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.

1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!”

1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.

1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?”

1:39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.

1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.

1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).”

1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” —Yohanes 1:42

Sebuah Nama Baru

Dalam artikel yang ditulisnya, Mark Labberton berbicara tentang pengaruh sebuah nama atau sebutan. Ia berkata, “Saya masih dapat merasakan dampak dari seorang teman musikus yang suatu hari menyebut saya ‘berjiwa musikal’. Tak seorang pun pernah menyebut saya seperti itu. Saya tidak bisa memainkan alat musik. Saya juga bukan seorang penyanyi. Namun . . . saya langsung merasa dikenal dan dikasihi. [Ia] memperhatikan, menegaskan, dan menghargai jati diri saya yang terdalam.”

Mungkin itulah yang dirasakan Simon ketika Tuhan Yesus memberinya nama baru. Setelah Andreas yakin bahwa Yesus adalah Mesias, ia bergegas mencari saudaranya, Simon, dan membawanya kepada Yesus (Yoh. 1:41-42). Yesus memandang Simon hingga kedalaman jiwanya dan menegaskan serta menghargai jati diri Simon yang terdalam. Tentu Yesus juga melihat kegagalan dan ketidaksabaran yang di kemudian hari akan membawa Simon kepada berbagai masalah. Namun lebih dari itu, Yesus melihat potensi Simon untuk menjadi seorang pemimpin bagi jemaat-Nya. Yesus menamainya Kefas—bahasa Aram untuk Petrus—yakni batu karang (Yoh. 1:42; lihat Mat. 16:18).

Demikian juga dengan kita. Allah melihat segala kesombongan, kemarahan, dan kurangnya kasih kita kepada sesama, tetapi Dia juga mengenal siapa diri kita di dalam Kristus. Allah menyebut kita sebagai umat yang telah dibenarkan dan diperdamaikan (Rm. 5:9-10); diampuni, dikuduskan, dan dikasihi (Kol. 2:13, 3:12); yang telah dipilih dan yang setia (Why. 17:14). Ingatlah bagaimana Allah memandang dirimu dan kiranya kebenaran itu yang menentukan jati dirimu. —Marvin Williams

Tuhan, terima kasih karena Engkau mengenalku sepenuhnya, dan Engkau tetap mengasihiku. Tolonglah aku melihat sesamaku seperti Engkau melihatku.

Tak seorang pun dapat mencuri jati dirimu di dalam Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 41-42; 1 Tesalonika 1

Bagikan Konten Ini
36 replies
  1. Ferry Sus
    Ferry Sus says:

    Tuhan, Engkau yg lebih tau apa yg terbaik untuk ku, kiranya hanya melalui Penyertaan dan Ajaran-Mu lah Iman ku dpt bertumbuh. terima kasih karena Engkau menjadi terang dalam kehidupanku yg gelap ini, Terpujilah Engkau, Tuhan.. Amin

  2. Henny Surbakti
    Henny Surbakti says:

    Trimakasih Yesus atas pengenalan-Mu yg luar biasa bagiku… mampukan ku utk dpt mengasihi sesamaku.

  3. maria
    maria says:

    setelah membaca renungan ini, saya teringat lagu ‘Kau mengenal hatiku’…
    Terima kasih Tuhan.. Engkau mengenal kami secara pribadi… tiada Tuhan seperti Engkau..

  4. Dan
    Dan says:

    Alasan Tuhan Yesus mengganti nama Simon menjadi Kefas karena Simon dipersiapkan untuk memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang bersunat yaitu bangsa Israel. Kefas yg artinya batu karang seperti batu karang jugalah kefas akan memberitakan firman Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Kalau dibilang itu nama baru? Nama itu digunakan pada tempatnya, misalnya ketika Simon melayani di Yerusalem maka dia dikenal dengan nama Kefas. Sedangkan ketika Simon berada di tengah-tengah orang Yunani bangsa non israel maka namanya sering disebut Simon Petrus. Tuhan Yesus ingin mendekatkan firman dengan bahasa dalam hal ini nama supaya mudah diterima bangsa Israel. Jadi Tuhan Yesus menyadari adat, budaya serta bahasa harus dirangkul untuk memudahkan bangsa pilihanNya Israel menerima keselamatan. Tuhan Yesus berkata hormatilah orangtuamu, semua bisa berjalan beriringan selama tujuan adat, budaya serta bahasa itu untuk memuliakan Tuhan Yesus. Saya hanya memberi penjelasan supaya saudara-saudari mudah mengerti firman Tuhan, tentang nama yg diubah juga terdapat di penggunaan nama Tuhan. Misalnya di Eropa nama Tuhan berubah jadi God ataupun Lord. Kalau saat Tuhan Yesus disalibkan, Tuhan disebut dengan Eloi atau Eli dalam bahasa Aram, sedangkan di Indonesia Tuhan disebut dengan Allah supaya mudah diterima yg akar bahasa Indonesia berasal dari Melayu yg banyak dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan di Gereja di Jawa menyebutkan Gusti Allah begitu juga Gereja Batak menyebutkan Debata Jahowa. Intinya bagaimana nama yg mudah diterima sehingga ajaran Kristus bisa sampai di tengah-tengah anak-anakNya yg mengasihiNya. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *