Mengapa Mission Trip Tidak Selalu jadi Program yang Tepat?

Mengapa-Mission-Trip-Tidak-Selalu-jadi-Program-yang-Tepat

Oleh Adriel Yeo, Singapura
Ilustrasi oleh Marie Toh, Singapura
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Why Short-term Mission Trips May Not Always Be A Good Idea

Pernahkah kamu mengikuti kegiatan mission trip yang diadakan oleh gerejamu? Secara umum, biasanya ada tiga alasan yang mendasari diadakannya kegiatan mission trip itu, yaitu:

  1. Gerejamu berencana mengadakan sebuah perjalanan misi ke luar daerah dan kamu begitu antusias untuk mengikuti kegiatan itu. Ketika tiba di sana, panitia acara akan mengajak tiap peserta untuk pergi ke gereja yang sebelumnya telah dihubungi oleh mereka. Lalu, di sana para peserta akan memulai pelayanan baru sesuai dengan kebutuhan gereja lokal itu.
  2. Sebelumnya kamu sudah mendengar kabar tentang gereja dan daerah yang akan kamu kunjungi nanti. Mungkin daerah itu miskin dan memiliki fasilitas publik yang terbatas. Jadi, kamu dan peserta mission trip lainnya berencana untuk mendukung mereka dengan melakukan penggalangan dana.
  3. Kamu adalah seorang ketua remaja di gerejamu dan kamu ingin supaya teman-temanmu bisa belajar banyak lewat perjalanan mission trip ini.

Apakah kamu sendiri pernah mengikuti mission trip itu? Atau, mungkin kamu mengenal orang lain yang pernah mengikuti kegiatan serupa?

Aku tidak meragukan bahwa mission trip itu sesungguhnya adalah baik. Akan tetapi, terkadang mission trip yang kita bayangkan itu tidak selalu berjalan sempurna. Ada hal-hal yang membuat perjalanan misi itu jadi kurang efektif. Dari tiga alasan yang aku coba paparkan di atas, aku melihat bahwa terkadang di samping manfaat yang diberikan, mission trip singkat bisa saja tidak berjalan efektif karena tiga hal berikut:

1) Kita melakukan pekerjaan yang tidak berkelanjutan

Mission trip yang kita lakukan biasanya hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Keterbatasan waktu itu seringkali menjadikan pelayanan yang kita lakukan pada akhirnya terhenti begitu saja. Coba kita lihat kembali alasan nomor satu. Sebuah pelayanan yang baru tentu tidak hanya membutuhkan uang, tapi harus ada orang-orang juga yang menjalankannya. Setelah mission trip yang biasanya hanya berlangsung paling lama dua minggu itu usai, lantas siapakah orang dari gereja lokal yang akan meneruskan pelayanan itu? Apakah pendetanya? Seringkali pendeta di gereja-gereja lokal itu sudah memiliki banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya. Jadi, siapakah yang akan meneruskan pelayanan itu? Apakah kita hanya sekadar memberikan pekerjaan tambahan kepada gereja lokal tanpa menyiasati bagaimana caranya pelayanan itu akan berlanjut?

Selain itu, ada hal lain yang membuat pelayanan baru itu terkadang tidak berjalan semestinya. Kita cenderung melakukan pelayanan itu berdasarkan cara-cara yang sesuai di gereja kita sendiri. Akan tetapi, metode yang cocok bagi suatu tempat belum tentu cocok bagi tempat lainnya.

Seorang staf gereja di Thailand utara pernah memberitahuku bahwa pelayanan misi yang dilakukan di desa-desa itu terkadang tidak berjalan dengan efektif sebagaimana pelayanan itu dilakukan di kota-kota. Masyarakat perkotaan cenderung mengajukan pertanyaan-pertanyaan rasional, seperti apakah Tuhan itu ada atau tidak? Berbeda dengan kota, masyarakat di desa biasanya lebih percaya akan sesuatu yang supranatural. Itulah mengapa mereka tidak akan mempertanyakan apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Oleh karena itu, ketika kita merencanakan sebuah pelayanan, kita harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan yang ada supaya pelayanan itu nantinya dapat berjalan efektif.

2) Kita menyebabkan timbulnya sifat ketergantungan

Ketika melakukan mission trip, biasanya kita akan memberikan bantuan berupa dana kepada gereja lokal. Namun, perlu diingat, apabila kita hanya sekadar menyalurkan dana tanpa mengajari mereka untuk secara bijak mengelola, maka kita sedang mengajari mereka untuk mengalami ketergantungan.

Suatu ketika, gerejaku pernah melakukan penggalangan dana untuk membantu proyek pembangunan sebuah gereja di desa. Pada awalnya kami hanya bermaksud memberikan bantuan itu satu kali saja. Akan tetapi setelah dana itu disalurkan, tak lama kemudian kami kembali menerima surat permohonan bantuan untuk menyediakan gitar dan sistem pengeras suara lainnya.

Seorang pastor bernama Vincent J. Donovan pernah bercerita tentang pelayanannya di Afrika Timur. Setelah 100 tahun berlalu sejak kedatangan misionaris pertama di tanah Afrika Timur, hingga kini belum ada satupun paroki atau keuskupan yang sepenuhnya mandiri. Bantuan yang terus menerus disalurkan membuat jemaat lokal di sana terbiasa untuk sekadar menerima tanpa berusaha lebih.

Harus kutegaskan kembali bahwa sesungguhnya aku bukan sedang melarang kita untuk memberi bantuan dana kepada gereja-gereja ataupun pelayanan yang membutuhkan. Tapi, kita juga harus mempertimbangkan risiko jangka panjang dari tiap tindakan yang kita lakukan. Cara menolong yang benar itu sama pentingnya dengan tujuan yang benar ketika kita melayani. Selain itu, cara menolong yang benar dapat membantu pertumbuhan gereja lokal dalam jangka panjang.

3) Kita melupakan tujuan utama dari mission trip

Seringkali ketika kita mengikuti mission trip, kita beranggapan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah supaya setiap peserta bisa mendapatkan kesan dan lebih setia lagi mengikut Tuhan. Tujuan ini tidak salah, karena aku sendiri pernah bertemu dengan beberapa orang yang mengalami pertumbuhan iman setelah mengikuti kegiatan mission trip.

Akan tetapi, apabila kita lebih mengutamakan respons dan kesan dari peserta mission trip, itu artinya tujuan utama kita telah berubah. Kita harus menyadari bahwa tujuan sejati dari kegiatan mission trip adalah untuk turut mengambil bagian dalam memenuhi rencana Tuhan, bukan rencana kita.

Ada berbagai cara untuk melakukan mission trip singkat, bisa dengan cara penginjilan, pelayanan kesehatan, atau pelatihan kepemimpinan. Apapun jenis aktivitasnya, semua harus memiliki satu tujuan yang sama, yaitu untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus dan menolong mereka yang telah percaya untuk terus bertumbuh dalam imannya. Setiap orang Kristen telah dibaptis menjadi satu tubuh dengan Kristus, di mana mereka bisa melayani, merenungkan firman Tuhan, dan saling menguatkan satu sama lain (1 Korintus 12:13, 27; 1 Timotius 4:13; 1 Tesalonika 5:11).Oleh karena itu, mission trip singkat haruslah berusaha untuk memberikan kontribusi kepada gereja-gereja lokal yang dilayani baik itu secara langsung ataupun tidak langsung.

Pada kenyataannya, terkadang tujuan kita melakukan mission trip itu menjadi campur aduk. Aku sering mendengar anak-anak muda membagikan kesaksian tentang kesannya selama mengikuti mission trip. Tapi, jarang sekali aku mendengar orang-orang dari gereja lokal membagikan kesaksian mereka akan manfaat dari mission trip. Dulu, aku pun demikian karena aku hanya berfokus pada pengalamanku sendiri. Jadi, jika kita mau menjalankan agenda mission trip singkat ini dengan benar, kita harus memprioritaskan apa yang menjadi misi Tuhan di atas rencana kita sendiri.

Jadi apakah mission trip singkat itu baik?

Jawabannya adalah ya! Aku percaya apabila mission trip itu dilakukan dengan cara yang benar maka dampaknya akan sangat berarti.

Sebelum memulai mission trip, daripada kita sibuk berpikir tentang pelayanan baru apa yang bisa kita mulai, cobalah pikirkan pelayanan apa yang sedang berlangsung di sana, dan bagaimana cara kita menopang pelayanan itu agar bisa terus berjalan. Kita bisa mulai berdiskusi dengan gereja-gereja lokal untuk mempererat hubungan jangka panjang dan mengetahui apa yang sesungguhnya mereka butuhkan. Kita juga bisa berkunjung terlebih dahulu beberapa kali ke gereja itu untuk mengetahui perkembangan jemaat di sana. Kegiatan semacam itu tentu akan membantu pelayanan gereja lokal, bukan malah menambah beban pelayanan baru kepada mereka.

Dalam salah satu perjalananku beberapa tahun lalu, aku bertemu dengan seorang wanita dari suku lokal yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Aku menyampaikan kabar itu ke sebuah gereja lokal yang bekerjasama dengan gerejaku, jadi kami bisa memberitahukannya kepada pendeta lokal yang kemudian mengundang wanita itu untuk bersama-sama beribadah. Setahun kemudian, ketika kami mengunjungi kembali desa itu, kami begitu bersukacita karena wanita itu setia hadir di gereja.

Perjalanan mission trip singkat yang kita lakukan juga adalah salah satu bentuk demonstrasi kasih untuk mendukung pelayanan yang dilakukan oleh pendeta-pendeta di gereja lokal. Selain itu, dengan hadirnya tim mission trip, jemaat lokal dapat bersosialiasi dan saling mengenal dengan sesama orang percaya dari latar belakang yang berbeda. Peserta mission trip juga bisa meringankan pekerjaan pelayanan di gereja lokal dengan menolong acara sekolah minggu, atau bisa juga menyampakan khotbah. Selain itu, tim pelayanan yang memiliki keahlian khusus seperti keahlian medis juga dapat berkontribusi membantu jemaat lokal dengan menyediakan layanan kesehatan bagi mereka.

Di dalam Alkitab, kita dapat melihat contoh dari mission trip yang bisa kita tiru, yaitu ketika gereja di Filipi mengirimkan Epafroditus untuk membantu pekerjaan Paulus (Filipi 2:25). Epafroditus tidak bertugas seorang diri, melainkan menjadi penolong yang membantu pelayanan para rasul dan jemaat-Nya. Paulus merasa sangat terbantu dengan kehadiaran Epafroditus hingga ia menyebutnya sebagai “kawan sekerja”.

Seperti kisah pelayanan jemaat Filipi, marilah kita lihat diri kita sebagai rekan sepelayanan dengan gereja-gereja lokal. Secara sederhana, berkaca dari pelayanan jemaat mula-mula, kita tidak boleh mementingkan diri sendiri dan harus berkontribusi aktif dalam pekerjaan yang Tuhan berikan ini.

Walaupun tidak memungkinkan untuk kita menetap di gereja lokal dalam jangka waktu yang lama, kita tetap bisa melakukan kunjungan rutin untuk menjalin hubungan dan untuk membantu gereja-gereja lokal. Dalam pengertian ini, mission trip singkat memang dilakukan hanya untuk jangka pendek saja, akan tetapi apabila kita melakukannya dengan benar, maka mission trip singkat ini akan menjadi efektif dan bermafaat bagi gereja-gereja lokal dalam jangka waktu yang panjang.

Baca Juga:

Mengapa Tuhan Seolah Menghancurkan Masa Depanku?

Setiap orang di dunia ini tentu mengharapkan masa depan yang terbaik, begitu juga denganku. Namun, yang terbaik menurut siapa? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di benakku ketika hal-hal baik yang kuharapkan tak kunjung datang.

Bagikan Konten Ini
2 replies
  1. Sintia
    Sintia says:

    ya.. karna misi yg sesunggunya adalah menjalankan amanan agung. Matius 28:18-20. menjadikan semua bangsa murid Kristus.

    Man with Christ is a missionary, and
    Man without Christ is a mission field

  2. Ida marta
    Ida marta says:

    Terima kasih buat share ini, sangat bermanfaat spy Mission Trip yang diadakan menjadi efektif & berkelanjutan. Gbu.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *