Cinta dan Sepatu Tua

Sabtu, 4 Maret 2017

Cinta dan Sepatu Tua

Baca: Mazmur 139:1-12

139:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;

139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

139:3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.

139:4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.

139:5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.

139:6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.

139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,

139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”

139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan. —Mazmur 139:4

Cinta dan Sepatu Tua

Adakalanya saya dan istri dapat saling menyelesaikan kalimat-kalimat yang kami ucapkan. Setelah menikah lebih dari 30 tahun, kami semakin mengenal pola pikir dan gaya bicara kami masing-masing. Kami bahkan tidak perlu menyelesaikan sebuah kalimat satu kata atau tatapan sekilas saja sudah cukup bagi kami untuk mengungkapkan sebuah pemikiran.

Bisa dikatakan kami berdua sangat merasa nyaman dengan satu sama lain—seperti sepasang sepatu lama yang terus-menerus dipakai karena begitu nyaman untuk dikenakan. Kadang-kadang kami menggunakan istilah-istilah khusus yang belum tentu dimengerti orang lain untuk mengungkapkan rasa sayang kami berdua! Setelah beberapa dekade menjalin hubungan, kami telah mengembangkan sebuah bahasa tersendiri, lengkap dengan ungkapan-ungkapan khusus yang tercipta dari rasa kasih dan sikap saling percaya di antara kami.

Sungguh bahagia saat mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita dengan pengenalan yang amat mendalam. Daud menulis, “Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan” (Mzm. 139:4). Bayangkan kamu berbincang-bincang di dalam hati dengan Tuhan Yesus untuk mengungkapkan isi hatimu yang terdalam. Ketika kamu kesulitan untuk mengungkapkannya dengan kata-kata, Dia pun tersenyum kepadamu sebagai tanda bahwa Dia mengerti dan kemudian Dia mengungkapkan dengan tepat apa yang tadi sulit kamu ungkapkan. Syukurlah, kita tidak harus selalu merangkai kata-kata yang tepat saat berbincang-bincang dengan Allah! Dia memahami kita karena Dia sangat mengasihi dan mengenal kita seutuhnya. —James Banks

Tuhan, Engkau mengetahui segalanya tentang diriku, dan Engkau selalu mengasihiku. Terima kasih karena Engkau memahamiku sepenuhnya! Tolonglah aku untuk mengasihi-Mu dan mengikut-Mu hari ini.

Allah mengetahui maksud hati kita meski kita tidak mengatakannya.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 31-33; Markus 9:1-29

Artikel Terkait:

Dipulihkan Karena Doa

“Langkah kakiku terhenti di depan sebuah jalan kecil yang menuju sebuah gereja. Hati kecilku bicara supaya aku melangkah ke dalam gereja itu. Suara hatiku semakin keras dan aku memutuskan masuk ke dalam gereja itu. Ketika aku tiba di dalam gereja, satu hal yang kuingat adalah berdoa. Sudah lama aku tidak berdoa, dan malam itu aku mau kembali berdoa.”

Baca kesaksian Katarina selengkapnya di dalam artikel berikut.