Aku Tidak Memilih untuk Menjadi Gay

aku-tidak-memilih-untuk-menjadi-gay

Oleh Raphael Zhang, Singapura
Artikel asli dalam bahasa Inggris: I Didn’t Choose to be Gay

Aku tidak pernah memilih untuk tertarik kepada sesama jenis.

Aku mempunyai masa kecil yang biasa-biasa saja di sebuah rumah yang juga biasa. Ayah, ibu, dan nenekku mengasihiku dan melakukan yang terbaik yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhanku dan memperhatikanku.

Aku memiliki seorang adik laki-laki, tapi sejak kecil aku selalu menginginkan kehadiran seorang kakak laki-laki. Saat aku duduk di bangku Sekolah Dasar, aku menjadikan seorang anak laki-laki yang lebih tua daripadaku di kelasku sebagai figur seorang kakak bagiku.

Aku pertama kali menyadari bahwa aku mempunyai perasaan-perasaan ini ketika aku mulai memasuki masa puber ketika aku SMP. Aku merasa tertarik dengan seorang laki-laki di kelasku. Saat mulai kuliah, aku juga terkagum-kagum dengan seorang teman laki-laki di kampusku. Itulah saat di mana aku mengindentifikasikan diriku sebagai seorang “gay”.

Tidak ada seorang pun yang dapat aku ceritakan tentang bagian dari hidupku ini—tidak dengan keluargaku atau juga dengan temanku. Jadi aku mencari di Internet tentang komunitas gay yang ada di sekitarku, dan aku menemukan beberapa. Aku ingat pertama kali aku chatting dengan seorang gay lainnya; aku begitu gugup sekaligus bergairah.

Awalnya, rasa ingin tahulah yang membawaku kepada komunitas-komunitas ini. Namun seiring berjalannya waktu, kesepianlah yang membuatku mencari orang-orang lain yang seperti diriku. Ketika rasa kesepianku bertambah, aku mulai menginginkan untuk menjalin hubungan yang romantis.

Aku tidak pernah pergi ke gereja sejak aku menjadi seorang Kristen saat aku SD. Aku juga tidak pernah diajarkan tentang kebenaran firman Tuhan tentang seksualitas. Karena itu, aku secara salah menyimpulkan bahwa Tuhan mengizinkanku mengejar hasratku untuk berhubungan dengan sesama jenis. Dan aku pun melakukannya, untuk 10 tahun berikutnya. Aku mencoba banyak cara untuk menjalin hubungan dengan sesama jenis dan, yang kusesalkan, aku juga jatuh ke dalam dosa seksual dengan banyak laki-laki berulang kali.

Beberapa tahun yang lalu, Tuhan meyakinkan hatiku bahwa itu bukanlah kehendak-Nya bagiku untuk mengejar hasratku terhadap sesama jenis. Sejak saat itu, Dia telah memimpinku melalui sebuah perjalanan pemulihan dan pengejaran akan kekudusan.

Meskipun aku tidak lagi mengidentifikasikan diriku sebagai seorang “gay”, aku masih merasa tertarik dengan laki-laki. Aku begitu sadar akan hal itu. Aku tahu bahwa aku tidak boleh melakukannya, dan aku memilih untuk mematuhi Tuhan. Namun rasa tertarik itu masih terasa “alami” bagiku.

Jika aku mempunyai pilihan, aku akan memilih untuk menghilangkan hasrat ini sama sekali. Itu akan membuat hidupku jauh lebih mudah. Aku tidak tahu apakah suatu hari nanti aku akan mengalami pemulihan total di dunia ini, ataukah aku baru mendapatkan pemulihan total itu ketika aku telah mendapatkan tubuh yang baru, ketika aku bertemu dengan Tuhan nanti.

Meminjam kata-kata Wesley Hill, seorang penulis Kristen yang bergumul dengan ketertarikan terhadap sesama jenis yang telah memutuskan untuk tetap selibat (tidak menikah), aku kini hidup dalam fase “dibersihkan dan menanti”. Sebagai seorang Kristen, aku “dibersihkan, … dikuduskan [dan] dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (1 Korintus 6:11), tapi aku juga “menanti-nantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Roma 8:23-25).

Sementara itu, aku tahu bahwa meskipun aku tidak dapat memilih seksualitasku, ada pilihan-pilihan yang dapat kupilih yang menyenangkan Tuhan. Aku percaya bahwa mengalami ketertarikan terhadap sesama jenis itu sendiri bukanlah sebuah dosa; tentunya Tuhan yang adil takkan memintaku untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang tidak dapat kupilih. Tapi bagaimana aku merespons terhadap perasaan itulah yang membuat perbedaan: itu bisa menjadi sebuah jalan yang membawaku kepada dosa, atau menjadi sebuah kesempatan untuk menyembah Tuhan dan mendapatkan pemulihan.

Aku berharap apa yang aku bagikan di sini juga dapat menolongmu untuk dapat memilih pilihan-pilihan yang benar bagi kemuliaan Tuhan dan bagi kebaikan dirimu ketika kamu menemukan dirimu diperhadapkan dalam situasi-situasi yang sulit.

Aku dapat memilih untuk percaya bahwa Tuhan peduli kepadaku

Pernah suatu kali aku marah kepada Tuhan karena mengizinkanku mengalami ketertarikan terhadap sesama jenis, tapi melarangku untuk mengejarnya. Itu terasa kejam, dan aku menyalahkan Dia karena menempatkanku dalam sebuah situasi yang aku rasa mustahil untuk dilalui.

Namun, seiring berjalannya tahun, ketika aku mulai mengerti siapa Allah sebenarnya—betapa Allah Bapa begitu baik dan begitu mengasihiku, betapa besar pengorbanan yang diberikan oleh Yesus, Sahabat dan Juruselamatku, dan betapa terpercayanya Roh Kudus, Penghibur dan Guruku—amarahku juga pelan-pelan tergantikan dengan rasa kagum, rasa syukur, dan rasa cinta yang semakin dalam kepada Tuhan.

Aku masih belum tahu secara pasti mengapa Tuhan mengizinkanku mengalami ketertarikan terhadap sesama jenis. Aku mungkin baru akan tahu ketika aku bertemu dengan-Nya muka dengan muka. Namun hingga hari itu tiba, aku memilih untuk memegang firman Tuhan yang mengatakan bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Aku tahu bahwa Dia peduli denganku dan Dia setia berjalan bersamaku untuk kebaikan diriku.

Aku dapat memilih untuk lebih mengandalkan Tuhan

Setiap kali mata atau hatiku tertarik pada seorang laki-laki yang secara fisik menarik bagiku atau yang membangkitkan hasratku, aku harus mengingatkan diriku untuk menjauh dari hal-hal itu dan mendekat kepada Tuhan. Suatu waktu ketika aku merasa begitu berat untuk menjaga mataku dari hawa nafsu, aku bertanya kepada Tuhan mengapa aku harus bergumul dengan hal ini. Aku mendengar Dia berkata, “Matamu berkeliling karena hatimu tidak berlabuh pada-Ku.”

Benar saja, setiap kali aku secara sengaja menyisihkan lebih banyak waktu bersama Tuhan—untuk menyembah Dia dengan puji-pujian, untuk bertemu dengan-Nya di dalam firman Tuhan dan doa, dan bersekutu bersama orang-orang Kristen lainnya—aku jauh lebih mampu untuk menjauh dari hasratku kepada sesama jenis. Melalui hal ini, aku mengerti mengapa Alkitab memberitahu kita untuk “hidup oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging” (Galatia 5:16-17).

Aku mengingatkan diriku bahwa “barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Galatia 6:8). Setiap kali aku bergumul, aku dapat memilih untuk berjalan bersama Roh, menabur untuk menyenangkan Dia, untuk menuai hidup yang kekal.

Aku juga telah belajar untuk secara sadar membawa rasa sakit dan kebutuhanku kepada Tuhan. Tuhan membuatku mengerti bahwa di balik ketertarikanku terhadap sesama jenis ada sebuah relasi yang rusak. Hal ini menyebabkanku mencari sosok, perhatian, dan kasih sayang seorang laki-laki yang tidak kudapatkan ketika aku dibesarkan. (Aku tahu orang lain mungkin memiliki kasus yang berbeda denganku.)

Jadi setiap kali aku terseret ke dalam ketertarikan dengan sesama jenis, aku memilih untuk membawa kerinduan hatiku ini kepada Tuhan, meminta-Nya untuk menolong dan menguatkanku, dan memberikan pemulihan bagi luka-lukaku. Aku mengingatkan diriku bahwa identitasku sebagai laki-laki ditentukan oleh standar Tuhan yang telah Dia berikan di dalam firman-Nya, yang tidak diajarkan oleh budaya kita. Dan aku meminta Dia untuk menunjukkanku bagaimana aku dapat mencari dan menerima perhatian dari para laki-laki dalam cara-cara yang sehat.

Dalam hal ini, ketertarikanku terhadap sesama jenis telah memberiku banyak kesempatan untuk lebih mengandalkan Tuhan. Aku memilih untuk mendekat kepada-Nya dan menerima cara-Nya untuk memulihkanku yang lebih baik daripada cara yang dapat kupikirkan.

Aku dapat memilih untuk menggunakan pergumulanku untuk tujuan-Nya

Baru-baru ini, Tuhan menunjukkanku bagaimana aku dapat memilih untuk menggunakan pergumulanku dengan ketertarikan terhadap sesama jenis ini untuk tujuan Kerajaan Allah.

Tuhan telah mempertemukanku dengan beberapa orang Kristen yang juga mengalami pergumulan yang sama dan sedang mencari pertolongan. Aku begitu terbeban untuk menjangkau mereka, dan aku sadar bahwa pengalaman pribadiku inilah yang membuat mereka mau terbuka kepadaku.

Di satu sisi, pengalaman ketertarikanku terhadap sesama jenis telah menolongku untuk memahami mereka. Sebagai seseorang yang mengetahui sakitnya pergumulan ini, aku dapat memahami apa yang mereka rasakan. Empati itulah yang menghubungkan kami, dan memungkinkan diriku untuk berbagi dengan mereka tentang apa yang telah Tuhan ajarkan kepadaku di sepanjang perjalananku ini. Di sisi lain, aku harus dengan sadar memperhatikan batasan-batasan fisik dan emosi, agar kami tidak jatuh ke dalam dosa.

Aku pun belajar bagaimana menyeimbangkan kedua hal itu dengan bijak. Akhirnya, aku dapat menggunakan pergumulanku dengan ketertarikan terhadap sesama jenis ini untuk menolong orang lain dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan mereka.

Aku dapat memilih untuk berpegang kepada apa yang Tuhan katakan

Ada banyak orang dalam budaya kita sekarang yang berpikir bahwa aku tidak menjadi diriku sendiri. Mereka berpikir bahwa aku seharusnya bebas menjadi diriku sendiri. Mereka percaya bahwa kebebasan berarti memiliki kemampuan untuk mengekspresikan seksualitasku dengan melakukan sesuai dengan apa yang kurasakan.

Namun seorang teolog Amerika, Erik Thoennes, berkata, “Ada pemikiran yang mengatakan bahwa hidup berbeda dari apa yang aku rasakan adalah sebuah bentuk kemunafikan; tapi itu adalah definisi yang salah tentang kemunafikan. Hidup berbeda dari apa yang aku percayai, itu baru kemunafikan. Hidup sesuai dengan apa yang aku percayai, terlepas dari apa yang aku rasakan, bukanlah kemunafikan; itu adalah integritas.”

Tuhan telah mengajarkanku bahwa identitas diriku bukanlah apa yang kurasakan, tapi apa yang Dia katakan tentang diriku di dalam firman-Nya. Aku memilih untuk hidup dengan integritas dan berpegang kepada kebenaran itu, terlepas dari apa yang aku rasakan. Inilah bagaimana aku memilih untuk menjadi diriku sendiri. “Dalam tradisi Kristen,” kata penulis Richard John Neuhaus, “menjadi dirimu sendiri berarti menjadi diri yang sesuai dengan panggilan hidupmu.”

Tuhan mempunyai kuasa penuh terhadap hidupku. Dan aku dapat percaya kepada-Nya karena Dia, yang mengetahui yang terbaik untukku, mengasihiku dengan begitu dalam dan mampu membentukku untuk menjadi pribadi yang terbaik yang sesuai dengan panggilan-Nya bagiku.

Aku dapat memilih untuk mengasihi Tuhan dengan apa yang aku miliki

Seringkali aku merasa tidak punya banyak hal yang dapat kuberikan kepada Tuhan. Aku berpikir betapa aku dapat lebih mudah untuk taat kepada-Nya dan lebih efektif untuk melayani sesama jika aku tidak bergumul dengan masalah ketertarikan dengan sesama jenis ini. Namun, kini aku percaya bahwa Tuhan sesungguhnya jauh lebih peduli dengan hatiku yang ingin memberi daripada seberapa banyak yang dapat kuberikan kepada-Nya.

Ada dua kisah di Alkitab yang begitu melekat bagiku. Yang pertama adalah kisah tentang persembahan seorang janda miskin (Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4), dan yang lain adalah kisah ketika Yesus diurapi oleh seorang perempuan dengan minyak wangi yang mahal (Matius 26:6-13; Markus 14:3-9). Yesus memuji janda miskin tersebut meskipun dia hanya mempersembahkan dua koin yang kecil, karena “janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya” (Markus 12:44). Kepada perempuan yang lain, Dia berkata, “Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku” (Markus 14:6). Yesus menghargai persembahan janda miskin tersebut sama seperti Dia menghargai tindakan perempuan yang mengurapi-Nya dengan minyak wangi yang mahal.

Kedua cerita ini mengajarkanku bahwa Tuhan berkenan kapan pun aku memberikan segala yang kumiliki kepada-Nya, tidak peduli seberapa banyak jumlahnya, dan Dia melihat ini sebagai suatu perbuatan yang baik. Segala yang Dia minta daripadaku adalah untuk percaya kepada-Nya dan mengasihi-Nya dengan segenap hatiku dan mempersembahkan seluruh hidupku—kekuatanku dan pergumulanku—kepada-Nya.

* * *

Dalam perjalanan untuk percaya kepada Tuhan dengan segenap hatiku dan mengakui Dia dalam segala lakuku ini, aku tahu bahwa Dia akan meluruskan jalanku (Amsal 3:5-6). Meskipun aku tidak mempunyai pilihan akan seksualitasku, aku dapat memilih untuk menaati dan mengasihi Dia. Ketika aku melakukannya, aku tahu pilihan-pilihanku akan berkenan bagi Tuhan, dan akan membawaku untuk menyembah Dia dengan lebih sungguh, membuatku dapat menerima lebih banyak pemulihan, dan memampukanku untuk menolong orang lain dengan pergumulan yang sama.

Aku menantikan datangnya hari ketika aku akhirnya dapat bertatap muka dengan Dia yang aku kasihi. Dan aku ingin menjalani sebuah hidup yang diisi dengan pilihan-pilihan yang menyenangkan-Nya, sehingga ketika Tuhan melihatku, Dia akan berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia! (Matius 25:23) Kamu telah memberikan semua yang ada padamu (Markus 12:44). Kamu telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Markus 14:6).”

Segala usahaku takkan sia-sia bagi Dia yang layak menerima segala puji dan hormat.

Bagikan Konten Ini
10 replies
  1. Valenfino Tuju
    Valenfino Tuju says:

    Saya juga punya pergumulan yang sama, mungkin aku lebih parah. Saat ini saya dalam masa pemulihan untuk kembali ke sebagaimana mestinya saya. Tapi dibalik semua usahaku saya percaya Tuhan juga campur tangan ambil alih pergumulan ku ini. Saya bersyukur dengan apa yang saya alami skarang, karna saya jadi belajar bagaimana dunia ini menerima saya. Tuhan Yesus membawa saya sampai titik ini bukan untuk meninggalkan saya, itu yang menjadi pegangan saya.

    Terima kasih sudah berbagi cerita disini, aku jadi punya semangat lagi untuk terus berusaha menyenangkan Tuhan dengan cerita hidup mu yang saya baca. God bless us!

  2. ida marta
    ida marta says:

    Pengalaman hidup yang luar biasa, saya percaya lewat kisah ini banyak orang yang dipulihkan dan dikuatkan untuk tetap hidup dalam terang kebenaran firman Tuhan berapapun beratnya. Jadi ingat “duri dalam daging (Rasul Paulus) dan Tuhan katakan cukuplah kasih karuniaku sebab justru dalam kelemahanlah kuasaku menjadi sempurna. Terima kasih untuk sudah berbagi, Tuhan Yesus memberkatimu saudaraku.

  3. Xxx
    Xxx says:

    Pengalaman yang serupa dengan saya, bahkan saya pun masih bergumul dan berjuang untuk keluar dari dosa ini.
    Tidak mudah tapi saya percaya dapat pulih.
    Semangat berjuang bersama Tuhan untuk teman-teman yang memiliki pergumulan yang serupa.

  4. Arthur Elia
    Arthur Elia says:

    “Jangan Menyerah Untuk Hidup”… tetap teguh dalam doa dan tenang dengan Firman Allah… dengan bykx pergumulan yang kita miliq, pada akhirnya Tuhan ax membuat kita tersenyum dan menjadi berkat bagi orang lain… Tetap percaya kepada Tuhan Yesus… Tak ada yang mustahil bagi Dia…

  5. Inneke
    Inneke says:

    Terima kasih sudah membagikan artikel ini. Setelah membacanya, jadi mau belajar untuk memandang suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. I am blessed!

  6. Elsa Monika
    Elsa Monika says:

    jika ini tentang ketertarikkan seksual maka saya berbeda… saya terlalu melekat dengan hawa nafsu dan saya ingin lepas dari itu. artikel ini menginspirasi saya.

  7. er
    er says:

    sy prcya ktka Tuhan mencptkan manusia, tdk prnah ad sdkt pun d pikiran Tuhan untk mnciptakn gay,ato lesbian
    hal ini trjd mgkn krn keinginan manusia yg trllu brlebihan akn sex
    smkn lama smkn tdk d temukn ny kepuasan dari pasangan ny yg brlawanan jenis
    shg dari nafsu yg bsr inilah iblis menuntun ny membuat imajinasi2 yg tdk wajar
    spt hal ny kota sodom dan gomora pnuh dgn nafsu dan percabulan, kawin dgn cra yg tdk wjar

    tips:
    tdk mudah kluar dr jeratan sex ini,bhkn sgt sulit
    1 ok,sadarilah akn hal ini jgn menolakny
    brdoa pd Tuhan scra jujur,ya Tuhan ak g mampu tp ak prcya Engkau psti memampukn
    2 spt halny saat ini kt sulit untk lpas dari gay ato lesbian,itu jls bkn hal yg instan, pasti sdh sjk lama kt sering membiarkn sikap gay itu smkn masuk dan mengikt kt, jd spy saat ini kt bs lpas kt jg hrus mulai mengisi wktu kt dgn merutinkn mndktkan diri dgn Tuhan, g hrs dtg k grja setiap hari tp lwt kegiatn2 positif kt shari2 dlm lingkungan kerja ato skolah ato klub kegiatan sosial
    dan jgn prnh membiarkn dirimu sndri brlama2 tnpa ad siapa2,trutma d kamar tdur dan d kmr mandi
    kecuali sdh ngantuk dan capek brat,alangkh baikny tdur brsma kluarg smntra wktu,ato d ruang tamu
    apabila d kmr mndi, jgn brlama2 prkirakn wktu yg tpat sbrp lama km bisany mndi dgn cpt
    smisal 5 menit, mk brusha lh untk sllu mnepatiny
    mk km akn dpt mghndri godaan2 tsbt
    sy tringat stu kalimat motivasi;
    org yg kuat itu blum tntu org yg sllu hadir dlm stiap pergumulanny dan mengalahkn ny, tetapi yg menyadari klemahan2 ny dan memilih untk menghindariny
    sy brdoa bg tmn2 yg msh brjuang untk lpas dari gay,lesbian,ato sex bebas spy dgn kasih karunia Tuhan yg memeluk erat dpt mematahkn belenggu2 yg kuat sklipun
    krn Tuhan rela d salib untk kalian jg,sadari akn hal ini dan trma Roh KudusNY
    mk Ia sumber damai sjahtra akn memampukan mu
    Amin

  8. deddy
    deddy says:

    Teruslah berdoa dan berjuang hingga garis akhir hidup bro. Saya berdoa buatmu. Setiap manusia bisa terjatuh kapan saja. Hanya, melekatlah senantiasa kepada Yang Maha Benar. Seorang heteroseksual pun banyak yg jatuh dalam dosa seks. Tulisanmu membuka mata saya bahwa dibutuhkan pelayan2 Tuhan yang khusus untuk hal seperti ini. Orang yg mengerti akan anda dan bisa mengarahkan. GBU Bro

  9. Dave Rafael Moningka
    Dave Rafael Moningka says:

    Terima kasih buat artikel ini. Bantu saya dalam doa. Saya pun punya pergumulan yang sama, bahkan mungkin pebih parah dari ini. Mohon bantu dalam doa. Terima Kasih. Gbu

  10. Martha yunita
    Martha yunita says:

    Tidak mudah bagi seorang gay/lesbian pulih dari keadaanya, dan kalian yang tidak mengalaminya selalu dikaitkan dg sodom dan gomorah, pls deh, si penulis jg gak mau jd gay kali! Yang dilakukan penulis responnya bagi saya luar biasa, dia lakukan bagian dia yaitu ttp setia dan kudus (hidup selibat dan mempersembahkan apa yang dia punya kepada Tuhan spt janda miskin dan wanita yang mengurapi kaki Yesus dg minyak wangi) dan tentunya Tuhan Yesus sanggup memulihkan, dan kehendak Tuhan bukan kehendak kita, kalau kehendak Tuhan penulis akan pulih di surga yah terjadilah, porsi si penulis cukup hdp setia dan kudus di dunia. Tuhan Yesus memberkati.

    Nb: buat temen2 yg gak mengalami sendiri gak usah berteori alkitabiah karena itu akan makin mambuat temen2 gay makin menjauh, cukup doakan mereka biar roh kudus jamah hati mereka.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *