Dari Lubuk Hati

Selasa, 18 Oktober 2016

Dari Lubuk Hati

Baca: Yoel 2:12-17

2:12 “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”

2:13 Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.

2:14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.

2:15 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya;

2:16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;

2:17 baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?”

Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang. —Yoel 2:13

Dari Lubuk Hati

Di banyak budaya, menangis dengan suara kencang, meratap, dan mengoyakkan pakaian adalah cara-cara yang lazim digunakan untuk mengungkapkan rasa duka pribadi atau kesedihan atas bencana besar yang dialami suatu bangsa. Bangsa Israel semasa Perjanjian Lama juga bersikap serupa dalam mengungkapkan dukacita mereka yang mendalam dan pertobatan atas pemberontakan mereka kepada Tuhan.

Pertobatan yang diungkapkan secara terbuka itu bisa berdampak dahsyat jika memang keluar dari lubuk hati kita. Namun tanpa pertobatan yang tulus di dalam hati kepada Allah, bisa saja kita sekadar berbasa-basi, meskipun kita melakukannya bersama-sama dengan saudara-saudara seiman yang lain.

Setelah wabah belalang merusakkan tanah Yehuda, Allah melalui Nabi Yoel memanggil umat-Nya untuk sungguh-sungguh bertobat agar mereka terhindar dari penghukuman-Nya. “‘Sekarang juga,’ demikianlah firman Tuhan, ‘berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh’” (Yoel 2:12).

Lalu Nabi Yoel menyerukan kepada bangsa itu untuk menanggapi panggilan Allah dari lubuk hati mereka: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (ay.13). Pertobatan sejati berasal dari dalam hati.

Tuhan rindu kita rela mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya dan menerima pengampunan-Nya, agar kemudian kita dapat mengasihi dan melayani-Nya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita.

Apa pun yang perlu kamu ungkapkan kepada Tuhan hari ini, nyatakanlah kepada-Nya dengan ketulusan hati. —David McCasland

Tuhan, berilah aku hati yang rela bertobat agar melihat diriku seperti Engkau melihatku. Anugerahkan kepadaku ketaatan pada seruan-Mu untuk berubah.

Allah rindu mendengar isi hati kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1

Artikel Terkait:

Haruskah Kita Mengikuti Kata Hati?

Banyak orang menasihati Kezia untuk mengikuti kata hati agar bahagia. Ia pun melakukannya. Namun, kenyataannya, kata hati justru membawanya menuju jurang kehancuran. Ia mulai bertanya, benarkah kata hati dapat dipercaya? Baca kisah Kezia di dalam artikel ini.