Tuhan Akan Menuntun Kita Melalui Kabut Kehidupan

menuntun-melalui-kabut

Oleh Denissa K.

Kabut sering kita jumpai di daerah berdataran tinggi, misalnya di gunung. Kabut sering dimaknai negatif. Mengapa? Karena ketika kabut turun, pandangan akan terhalang. Jarak pandang yang biasanya bisa mencapai ratusan meter mungkin berkurang hingga hanya 1-2 meter karena terhalang oleh kabut. Kabut seringkali juga menjadi penyebab kecelakaan, misalnya mobil yang jatuh ke lereng atau menabrak tepi gunung atau pohon karena pengemudi tidak dapat melihat jalan dengan jelas.

Bulan lalu, aku berkesempatan untuk naik gunung bersalju dan bermain ski di daerah gunung tersebut. Hari pertama sampai ketiga di gunung tersebut cuaca sangat cerah, sehingga permainan ski dapat dilakukan dengan sangat lancar dan menyenangkan. Ketiga hari pertama tersebut aku hanya mengitari tempat yang sama dan dikategorikan sebagai rute pemula. Pada hari keempat, seorang teman yang sudah cukup mahir bermain ski mengajakku untuk mencoba rute yang lebih sulit dari rute sebelumnya karena harus melewati lembah. Aku tertantang dan akhirnya pagi hari keempat, kami melewati rute tersebut. Pada percobaan pertama aku berhasil tanpa jatuh!

Sore harinya, kami menantang seorang pemula yang lain untuk bersama-sama dengan kami melewati rute yang sama yang kami lewati pada pagi tadi. Namun berbeda dengan pengalamanku di pagi hari, perjalanan di sore itu membuat aku jatuh berkali-kali bahkan hampir jatuh melewati batas penghalang. Rute yang sama tidak menjamin jalan yang aku lalui selalu mulus. Mengapa demikian? Karena sore itu kabut tebal menutupi pandanganku. Aku panik, hilang arah, lupa ke arah mana aku harus berbelok. Aku takut!

Bukankah kehidupan kita juga demikian? Kita sering bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupku?” atau “Jalan mana yang harus aku lalui?” Lalu Tuhan menjawab doa kita dan memberikan petunjuk yang sangat jelas, “Tujuan kamu adalah X, arah untuk mencapai X adalah J, lalu K, dan L” (hanya penggambaran, diimajinasikan saja) dan kita katakan kepada Tuhan, “Baik, Tuhan, aku taat.” Namun, ketika kita berkata “aku taat”, itu bukan berarti jalan yang akan kita lalui pasti mulus.

Janji Tuhan buat kita anak-anak-Nya bukanlah jalan yang mulus tanpa lobang ataupun kerikil. Janji Tuhan kepada kita adalah bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Dalam perjalanan menuju tujuan yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, mungkin kita akan jatuh berkali-kali, tersandung, hilang arah, lupa ke mana harus berbelok untuk mencapai tujuan kita, panik, ketakutan, ingin menyerah karena mata kita terhalang oleh kabut-kabut yang ada di depan kita. Namun Firman Tuhan mengingatkan kita: “Penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).

Pengharapan yang kita nanti-nantikan sangat jelas. Tujuan hidup kita sangat jelas. Rute hidup kita sangat jelas, tetapi kabut sering kali menghalangi pandangan kita dan membuat kita tidak fokus lagi kepada tujuan. Kabut itu membuat kita lebih fokus pada penderitaan, kesulitan, ketidakjelasan arah hidup, dan lain-lain.

Kabut yang dialami setiap orang mungkin berbeda-beda. Kesulitan-kesulitan yang ada mungkin membuatmu ketakutan, khawatir, hilang harapan, panik, patah semangat, ingin menyerah, jatuh, ingin mundur, bahkan mungkin ingin segera mengakhiri perjalananmu. Namun, fokuslah kembali kepada tujuan yang Tuhan sudah sampaikan kepadamu, karena dalam perjalanan mencapai tujuan itu, Tuhan tidak pernah meninggalkanmu.

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26).

Ketika mata kita terhalang oleh kabut kehidupan, Tuhan sendiri yang akan menuntun kita. Oleh karena itu, jangan menyerah! Di akhir perjalanan kita, Tuhan akan menyambut kita yang sudah dipilih-Nya dengan kemuliaan yang tidak tertandingi. Ubahlah kabut kehidupan (dalam bahasa Inggris kabut disebut “FOG”) menjadi fokus kepada Tuhan (Focus On God, akronim dari FOG). Tetaplah setia pada komitmen awal kita: Taat kepada Tuhan!

Tuhan memberkati dan menyertai kita.

Baca Juga:

Mengapa Tuhan Mengambil Sesuatu yang Telah Dia Berikan Kepadaku?

Priscilla begitu bersukacita ketika Tuhan memberikannya beasiswa yang diidam-idamkannya. Tapi, ketika Tuhan seolah akan mengambilnya kembali, dia begitu bergumul.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Yenni
    Yenni says:

    Yesss…sangat tepat dgn keadaanku skr ini, Tuhan kita setia, Ia tdk akan membiarkan kita anak2Nya terjatuh karena kabut2 kehidupan itu, sebaliknya Ia akan tetap menuntun tangan kita, menuju ke jalan2 yg lurus yg telah ditetapkanNya…puji Tuhan, Amin

  2. Rio Nafiri
    Rio Nafiri says:

    Hanya Tuhan lah yang tahu apa yang terbaik untuk kita. Walau cobaan & rintangan menerpa kita bertubi tubi, tetaplah setia kepada Tuhan. Tuhan tak pernah gagal menuntun hidup kita. Amin.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *