Tak Terduga

Jumat, 15 Juli 2016

Tak Terduga

Baca: Matius 10:35-42

10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,

10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

10:40 Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.

10:41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.

10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. —Matius 10:39

Tak Terduga

Pada suatu siang yang terik di musim panas, dalam perjalanan ke wilayah selatan Amerika Serikat, saya dan istri berhenti sejenak untuk membeli es krim. Pada dinding di belakang kedai itu terpasang sebuah papan yang bertuliskan, “Dilarang Berseluncur Es”. Saya pun tertawa karena sama sekali tidak menduga akan melihat larangan itu di musim panas.

Terkadang suatu pernyataan yang tak terduga punya pengaruh yang luar biasa. Coba lihat kembali kalimat yang diucapkan Yesus ini: ”Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 10:39). Dalam Kerajaan Allah di mana Sang Raja juga adalah pelayan (Mrk. 10:45), kehilangan nyawa menjadi satu-satunya cara untuk memperolehnya. Itu pesan tidak terduga yang ditujukan bagi dunia yang mendorong manusia untuk meninggikan dan melindungi diri sendiri.

Namun apakah bentuk nyata dari “kehilangan nyawa”? Jawabannya dapat dirangkum dalam satu kata: Berkorban. Ketika kita berkorban, kita sedang menerapkan gaya hidup Yesus. Dengan berkorban, kita mengesampingkan keinginan dan kebutuhan kita sendiri dan lebih mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain.

Yesus tidak hanya mengajar tentang pengorbanan, tetapi Dia juga menerapkannya dengan mengorbankan diri-Nya bagi kita. Kematian-Nya di atas kayu salib merupakan perwujudan paling nyata dari hati Sang Raja yang berbuat sesuai dengan perkataan-Nya sendiri, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). —Bill Crowder

Bapa yang penuh kasih, ajarku memiliki hati seperti hati Kristus, agar aku lebih menghargai pengorbanan-Nya bagiku dan aku pun bersedia berkorban bagi orang lain.

Hidup berkorban tidak akan pernah membuat kita rugi. —Henry Liddon

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 13-15; Kisah Para Rasul 19:21-41

Artikel Terkait:

Bagaimana Jika Orang yang Kukasihi Tidak Diselamatkan?

Imanku tergoncang hebat saat harus kehilangan kedua pamanku. Mereka adalah orang yang sangat baik, namun mereka belum percaya kepada Kristus. Aku tahu itu berarti kami akan terpisah selama-lamanya. Aku mulai bertanya: Mengapa Allah membiarkan seorang yang begitu baik meninggal seperti ini?