Menantikan Allah

Minggu, 3 Juli 2016

Menantikan Allah

Baca: 2 Petrus 3:8-15

3:8 Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

3:9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

3:10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

3:11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup

3:12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

3:13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

3:14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

3:15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

[Tuhan] sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. —2 Petrus 3:9

Menantikan Allah

Suatu hari saya duduk bersama para penumpang lainnya dalam bus yang membawa kami ke ruang tunggu penerbangan selanjutnya. Tiba-tiba pengemudi bus mendapat perintah untuk berhenti sejenak. Karena waktu terbang sudah mepet, seorang penumpang tidak bisa menerima penundaan itu dan kehilangan kesabaran. Ia memarahi si pengemudi, memaksanya untuk mengabaikan perintah, bahkan mengancam akan menuntutnya. Tak lama kemudian, seorang petugas dari maskapai sambil berlari datang membawa sebuah koper. Dengan memandangi penumpang yang marah itu, si petugas menyodorkan koper yang dibawanya dan berkata, “Koper kamu ketinggalan. Saya dengar kamu akan menghadiri pertemuan penting, jadi saya pikir kamu pasti membutuhkan koper ini.”

Terkadang saya juga bersikap tidak sabar terhadap Tuhan, terutama soal kedatanganNya kembali. Saya pikir, Apa lagi yang Dia tunggu? Segala tragedi yang terjadi di sekitar kita, penderitaan yang dialami orang-orang yang kita kasihi, bahkan tekanan yang kita alami sendiri setiap hari rasanya terlalu besar untuk kita tanggung.

Namun, saya tersadar ketika mendengar seseorang bercerita bahwa ia baru mengenal Yesus, atau saya melihat bagaimana Allah bekerja di tengah segala kekacauan yang ada. Saya diingatkan pada peristiwa dalam bus tadi. Allah tahu banyak kisah dan detail yang tidak saya ketahui. Saya diingatkan untuk tetap mempercayai-Nya dan mengingat bahwa semua itu bukanlah demi kepentingan saya, melainkan demi rencana Allah yang memberikan waktu bagi orang-orang untuk bertobat dan mengenal Anak-Nya (2Ptr. 3:9). —Randy Kilgore

Ya Tuhan, aku bersyukur karena Engkau dengan sabar menunggu lebih banyak lagi orang untuk percaya kepada-Mu sebelum Engkau datang kembali. Tolonglah aku untuk bersabar juga.

Sabarlah menanti dan terus bersaksi hingga Yesus datang kembali.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 25-27; Kisah Para Rasul 12

Artikel Terkait:

Saat Aku Mencintainya Lebih Dari Tuhan

Mengutamakan pasangan kita lebih dari Tuhan sangatlah berbahaya. Sayangnya kebenaran ini baru disadari setelah melewati sebuah pengalaman pahit. Baca kesaksian selengkapnya di dalam artikel ini.