Hati-Hati, Jangan Sampai Hiburan Membuatmu Menjadi 3 Hal Ini

hiburan

Oleh Joanna Hor
Artikel asli dalam bahasa Inggris: How Entertainment Made Me FAT

Aku merasa kecewa baru-baru ini dan itu bukan karena Taylor Swift dan Calvin Harris yang baru putus (Meskipun hal itu tidak terduga).

Yang membuatku kecewa adalah Johnny Depp. Seperti yang sudah kamu tebak, aku adalah fans-nya. Kesukaanku dengan aktor Amerika itu dimulai pada tahun 2003 ketika dia berperan sebagai Kapten Jack Sparrow di dalam film Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl. Saat ini, mungkin kamu telah membaca tentang perceraiannya dengan istrinya, Amber Heard—yang katanya menggugat cerai Johnny hanya beberapa hari setelah kematian ibu Johnny. Dan kemarin, aku membaca bahwa filmnya yang baru saja muncul, Alice Through the Looking Glass, tidak mendapatkan respons yang baik.

Aku tidak menyalahkanmu kalau kamu tidak mengerti ini semua. Tidak semua orang mengikuti berita selebritas—tidak satupun rekan kerjaku yang tertarik dengan masalah yang dihadapi Johnny Depp ketika aku memberitahukannya kepada mereka.

Sayangnya, mengikuti berita-berita dunia hiburan menjadi salah satu aktivitas yang paling menghabiskan waktu dalam hidupku, selain mengecek Facebook dan Instagram, berbelanja online, dan menonton klip video di Internet. Aku mudah tertarik dengan acara-acara mencari bakat (seperti sebuah program perlombaan menyanyi di televisi yang bernama “The Voice”), berbagai program televisi lainnya, dan kadang-kadang, drama Korea—seperti K-drama yang menjadi sangat populer akhir-akhir ini: DOTS. Sebenarnya, aku harusnya mulai menulis artikel ini kemarin malam, tapi akhirnya aku malah menonton sebuah variety show Korea Selatan yang populer, Running Man, di Youtube karena aku melihat wajah Song Joong-Ki di preview video tersebut. Oh…

Menurutku, sekarang aku tidak lagi begitu kecanduan seperti dulu. Contohnya, sekarang aku tidak selalu menghabiskan setiap waktu malamku untuk hal-hal yang berkaitan dengan hiburan… hanya sekali atau dua kali saja dalam seminggu. Sebagian besar alasannya adalah karena aku menyadari bahwa hiburan-hiburan itu membuatku malas, kurang peka, dan iri hati.

1. Malas

Ada masa ketika aku menghabiskan sebagian besar waktu-waktu malamku di depan TV atau layar komputer. Hampir setiap malam setelah pulang bekerja aku seperti ini: Makan malam, cuci piring (atau jemur pakaian), mandi, kemudian meringkuk di sofa selama dua jam berikutnya sebelum aku tidur.

Itu telah menjadi hal yang rutin, yang membuatku menjadi seorang yang malas. Daripada “mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya” (Efesus 5:16), aku telah dengan bodohnya menghabiskan waktu-waktuku yang berharga yang mungkin dapat aku gunakan untuk melakukan sesuatu yang dapat membuatku bertumbuh dalam hubunganku dengan Tuhan dan sesama.

Aku menyadari semuanya telah menjadi tidak terkendali ketika suatu saat aku hampir tidak dapat menahan diriku untuk menghabiskan waktuku untuk hal-hal yang sembrono ini. Padahal aku seharusnya dapat menggunakan waktu itu untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat, seperti mempersiapkan sesi pendalaman Alkitab yang harus kupimpin di akhir minggu atau membaca salah satu dari banyak bukuku yang telah menjadi berdebu di pojok ruangan.

Ketika malam telah berakhir, aku akan dilingkupi rasa bersalah dan aku akan banyak berdoa, meminta pengampunan Tuhan. Namun kerusakan telah terjadi dan itu terlihat di pagi berikutnya ketika aku tidak dapat fokus mengerjakan pekerjaanku—pikiran dan emosiku masih melayang kepada apa yang aku baru tonton pada malam sebelumnya.

2. Kurang Peka

Sebelum aku menjelaskan bagian ini, aku harus mengatakan bahwa ada beberapa hal positif dari menjadi penggemar hiburan. (Ya, kamu tidak salah mendengar.) Pertama, itu dapat menjadi sebuah pembuka percakapan yang sangat fantastis. Pengetahuanku tentang apa yang menjadi tren dan siapa saja yang sedang dibicarakan akhir-akhir ini telah membuatku menjadi seorang yang cukup populer di antara teman-temanku—atau setidaknya itu menurut pendapatku. Kedua, itu menjadi cara yang sangat efektif untuk menolongku berhubungan dengan para pemuda di dalam gerejaku dan mengaitkan pelajaran yang ada di dalam Alkitab dengan dunia modern saat ini.

Namun, aku sedih karena harus mengakui bahwa konsumsi media yang terlalu berlebihan juga telah mempengaruhi kemampuan berpikirku dan kepercayaanku. Seringkali, aku hanya duduk dan menerima apapun yang ditayangkan di layar TV daripada mempertanyakan dan menyaring. Setiap pemikiran dan gaya hidup bisa menjadi suatu hal yang kuterima jika itu dikemas seperti sebuah hal yang wajar. Aku ingat aku menonton sebuah drama Amerika di mana tokoh protagonisnya terlibat di dalam hubungan segitiga. Di akhir episode, aku hampir percaya bahwa itu adalah sebuah hal yang umum dan aku menjadi bersimpati dengan tokoh utama tersebut.

Suka atau tidak, kita tidak lagi terkejut dengan praktik-praktik yang tidak kudus. Perbuatan dosa yang terang-terangan telah menjadi suatu hal yang biasa bagi kita. Aku sadar aku telah berhenti mempertanyakan tren dan berbagai praktik yang ada dan menjadi sulit untuk menjawab mengapa sesuatu itu salah selain daripada sebuah jawaban klise, “Karena Alkitab mengatakan itu salah.” Aku menjadi kurang peka dengan perspektif Kristen karena aku telah menghabiskan seluruh waktuku menyerap sampah-sampah yang disebarkan media.

3. Iri Hati

Sejauh yang kita tahu bahwa industri hiburan selalu menampilkan sebuah realitas yang dilebih-lebihkan, entah apakah itu kehidupan kelas atas yang mewah atau cinta dan hubungan yang ideal, kita tidak bisa tidak untuk membandingkan apa yang kita lihat di dalam media dengan kehidupan kita—dan akhirnya merasa sedikit iri.

“Aku penasaran seperti apa hidupku jika aku hidup seperti itu” atau “Kalau saja aku seorang yang tampan, bertalenta, atau kaya seperti X, itu akan menjadi sangat baik” telah menjadi beberapa pemikiran yang merayap ke dalam pikiranku. Seringkali, aku bahkan merasa kecewa dengan Tuhan karena memberikanku karunia dan talenta yang lebih sedikit daripada orang lain, tapi aku dengan cepat akan melenyapkan pikiran itu, dan aku menjadi kesal dengan diriku karena jatuh ke dalam perangkap membanding-bandingkan dan ketidakpuasan.

Itu menjadi sebuah lingkaran yang terus berputar dengan sendirinya setiap kali aku melihat berita atau acara yang mengagung-agungkan penampilan, kekayaan, talenta, atau hal-hal semacam itu. Jadi aku menemukan bahwa solusinya sebenarnya cukup mudah: hindari segala acara atau aktivitas yang menimbulkan ketidakpuasan. Catatan: Ini bukan berarti kita harus membuang segala bentuk hiburan dan membakar TV, komputer, dan ponselmu—tapi kita harus bijak. Masing-masing kita bisa tergoda oleh berbagai hal yang berbeda dan kita harus memeriksa apa yang dapat membuat hati kita menyimpang.

Sekarang, aku mencoba untuk memperhatikan (bahkan secara sengaja) konsumsi hiburanku dan menanyakan diriku sendiri pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah yang aku konsumsi ini membantuku bertumbuh di dalam rasa syukur kepada Tuhan dan sesama? Ataukah itu membuatku malas, kurang peka, dan iri hati?

Secara pribadi, Filipi 4:8 telah menolongku untuk menentukan media-media apa saja yang sebaiknya aku konsumsi: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Aku mau berhenti menjadi malas, kurang peka, dan iri hati.

Baca Juga:

4 Pergumulan yang Kita Hadapi dalam Pelayanan

Melayani orang lain bisa menjadi pekerjaan yang berat, baik di dalam maupun di luar gereja. Abigail bergumul di dalam pelayanannya ketika bertemu dengan orang-orang yang tidak tertarik, mematahkan semangat, berbeda, dan menghakimi berdasarkan pelayanannya. Seperti apa pergumulannya? Baca selengkapnya di dalam artikel ini.

Bagikan Konten Ini
13 replies
  1. Jessica
    Jessica says:

    artikel ini bagus sekali.. mengingatkan kita tanpa sadar yg sudah terjebak dgn konsumsi hiburan terutama lewat sosmed yg sudah berlebihan..
    apakah yg kita lakukan membawa kita bertumbuh dlm hubungan kita dgn Tuhan? atau malah sebaliknya..
    thanks buat penulis yg sudah membagikan artikel ini.. Tuhan Yesus memberkati.

  2. benedikta yuliandini
    benedikta yuliandini says:

    akuu bangett iniiii.. ini yang lagi aku rasainn saat inii.. huhuuuu. makasih yah artikelnya. Tuhan Yesus memberkati

  3. Daud Tampubolon
    Daud Tampubolon says:

    Trimakasih untuk renungannya. saya sadar saya sudah mnjdi pemalas karna hiburan di medsos, TV jg dunia perfilman. saya mau berbalik dr yg salah kembali kepada kebenaran akan Rancangan Tuhan utk hidup saya. Jesus Bless Us

  4. imanuel simamora
    imanuel simamora says:

    Becarepulllll,,,,,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! entertainment,medsos,berita,film,ato apa yg lo liat di layar bisa merubah gaya hidup lo,dari yang luarrrrrrrrhhhhh biasa,menjadi Luarrrrrrhhhhhhh Binasaaaaaa,,,,,

  5. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    Artikel ini sangat menyentuh bagi banyak oaang, ternasuk saya sendiri yang sudah seolah-olah terhipnotis dengan menonton sinetron setiap hari yang harus menyiapkan waktu khusus setiap hanya untuk menonton sinetron serial india di ANtv, dengan melupakan sejenak waktu yg harus dilaksanakan dan tidak bisa diganggu dengan tamu yg akan berkunjung untuk menemui saya dan keluarga dirumah, Terima kasih Tuhan Yesus memberkati kita semua, Amin

  6. Noneelianie
    Noneelianie says:

    Terimakasih sudah sharing artikel ini. Semua tidak Ada yg kebetulan. Tuhan mengingatkan kita dgn cara Nya yg ajaib. God bless

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *