Sebuah Perspektif Baru

Oleh: Hero Putra Halim

Sebuah Perspektif Baru 650

Tak banyak kata yang bisa kuucapkan
’Tuk gambarkan banyaknya peristiwa dalam hidupku
Yang makin kusadari di sepanjang perjalanan itu
Aku terbatas dan tidak sama dengan orang lain

Sebagaimana kebanyakan orang di dunia
Dulu aku begitu sulit memahaminya
Keterbatasan dan perbedaan itu
Terasa begitu mengganggu

Tetapi seiring bertambahnya usia
Kini aku justru mensyukurinya
Karena semua itu membawaku
Makin mengenal Sang Pemelihara hidupku

Dia Pribadi yang tak pernah lalai menyertai
Walau perbedaan membuat orang meninggalkanku
Dan keterbatasan menjadi kendala untuk ku maju
Dia tidak pernah sekalipun meninggalkanku

Bahkan di saat aku merasa
Diri ini sangat terbatas dan tak berguna
Dia menghampiri dan memelukku
Dia mendorongku dan mendewasakanku

Dia mendewasakanku bukan melalui hadiah
Bukan pula melalui prestasi yang melimpah
Dia mendewasakanku melalui berbagai masalah
Perlahan menuntunku menuju pemahaman baru yang indah

Masalah diizinkan-Nya terjadi bukan untuk membatasiku
Tetapi untuk membuka lebar mataku
Akan betapa dinamisnya hidup bersama Sumber Hidup
Akan betapa besarnya kasih Sang Maha Kasih

Hari ini aku bersyukur atas masalah
Yang memberiku sebuah perspektif baru akan Allah
Yang memberiku ruang baru ‘tuk alami kasih-Nya
Masalah … yang terus membuatku kuat dan dewasa

Mitos Kesempurnaan

Kamis, 3 September 2015

Mitos Kesempurnaan

Baca: 1 Yohanes 1:5-2:2

1:5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.

1:6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.

1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.

2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. —1 Yohanes 1:8

Mitos Kesempurnaan

Dr. Brian Goldman terobsesi untuk mengobati pasiennya secara sempurna. Namun, dalam suatu acara televisi, ia mengaku pernah melakukan kesalahan. Suatu waktu ia merawat seorang wanita di ruang gawat darurat, lalu memulangkannya. Kemudian, di hari yang sama, seorang perawat bertanya, “Kamu ingat dengan pasien yang kamu pulangkan? Ia dibawa lagi ke sini.” Pasien itu kembali dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian itu menghancurkan hati Dr. Goldman. Ia mencoba lebih keras lagi untuk menjadi dokter yang sempurna, tetapi akhirnya menyadari bahwa kesempurnaan itu mustahil untuk dicapai.

Sebagai orang Kristen, bisa saja kita secara tidak realistis mendambakan kesempurnaan atas diri kita sendiri. Namun, sekalipun kita mampu memperlihatkan kehidupan yang tidak bercela, segala pikiran dan motivasi kita takkan pernah murni sepenuhnya.

Rasul Yohanes menulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1Yoh. 1:8). Solusinya bukanlah dengan menyembunyikan dosa kita dan berusaha lebih keras, melainkan dengan melangkah menuju terang kebenaran Allah dan mengakui dosa kita. “Jika kita hidup di dalam terang,” kata Yohanes, “sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (ay.7).

Apa yang terjadi seandainya orang Kristen bukan dikenal karena menyembunyikan dosa, tetapi karena mereka saling mengasihi dan mendukung dalam kasih karunia dan kebenaran Allah? Apa yang terjadi seandainya kita jujur dan terbuka terhadap satu sama lain dan juga terhadap dunia yang memperhatikan gerak-gerik kita? —Tim Gustafson

Ya Bapa, sulit bagi kami untuk saling mengakui kesalahan, tetapi Engkau memanggil kami dalam kesatuan sebagai umat-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, mampukan kami menjalani hidup dengan berani untuk jujur dan mengasihi.

Pengakuan dosa yang jujur kepada Allah akan membawa pengampunan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 140-142; 1 Korintus 14:1-20