Hikmat Dunia Maya

Selasa, 4 Agustus 2015

Hikmat Dunia Maya

Baca: Amsal 26:1-12

26:1 Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal.

26:2 Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena.

26:3 Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.

26:4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.

26:5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.

26:6 Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan.

26:7 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh.

26:8 Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal.

26:9 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk.

26:10 Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang.

26:11 Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.

26:12 Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.

Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan. —Amsal 26:21

Hikmat Dunia Maya

Di bagian bawah dari banyak situs berita online, kamu dapat menemukan kolom “Komentar” tempat para pembaca dapat mengemukakan pendapat mereka. Bahkan situs-situs berita bereputasi baik pun tak lepas dari lontaran kata-kata kasar, hinaan tanpa dasar, dan julukan-julukan yang tidak sopan.

Memang kitab Amsal tersusun sekitar 3.000 tahun yang lalu, tetapi hikmatnya yang tak lekang oleh waktu masih relevan seperti berita utama hari ini. Di pasal 26, terdapat dua nasihat yang awalnya terkesan saling bertentangan, tetapi sangat tepat diterapkan pada interaksi di media sosial. “Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia” (Ams. 26:4). Lalu, “Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak” (ay.5).

Keseimbangan dalam kedua pernyataan itu terletak pada kata “menurut”: Janganlah menjawab sesuai cara yang digunakan oleh orang bebal. Namun jawablah agar kebodohan tidak dianggap sebagai hikmat.

Masalahnya, kebodohan yang sering saya hadapi adalah kebodohan saya sendiri. Saya pun pernah memberikan komentar yang sarkastis atau membalas pernyataan seseorang dengan menyerang diri orang tersebut. Allah tidak suka dengan sikap saya yang memperlakukan sesama saya dengan tidak hormat, sekalipun mereka memang telah bertindak bodoh.

Allah memberikan kebebasan yang besar kepada kita. Kita bebas mengatakan apa pun yang hendak kita katakan, kapan pun dan bagaimanapun cara kita mengatakannya. Selain itu, kita selalu dapat meminta pertolongan Allah agar kita bijak dalam berkata-kata. —Tim Gustafson

Ingat: Apakah yang kamu katakan itu benar dan didasari kasih? Apakah motivasimu? Bergunakah itu bagi orang lain? Apakah itu mencerminkan karakter Yesus?

Kiranya kasih menjadi tujuanmu yang utama.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 66–67; Roma 7