Mazmur di Tengah Meja Operasi

Oleh: Basar Daniel Jevri Tampubolon

mazmur-di-meja-operasi

“Stop thinking, just believe…”

“Yah, kita doakan. Jam berapa operasinya?”

“…Terpujilah Tuhan! Maz 103.”

Aku tertegun sejenak melihat pesan pendek yang terakhir. Ada banyak sekali pesan yang kuterima sepanjang malam hingga pagi hari. Dari adik-adik, ibu, abang angkat, teman dekat, dan kenalan lainnya. Seolah ada yang menuntun, aku pun membuka dan membaca Mazmur 103.

Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

Firman itu berbicara dengan kuat dalam pikiran dan hatiku. Tuhan Mahabesar, Mahakuasa. Dia memegang kendali atas segala sesuatu, termasuk apa yang berlangsung dalam ruang operasi pagi itu. Operasi yang membuatku dan ibu gemetar dan sulit tidur. Operasi yang kami harapkan bisa menyembuhkan penyakit bapak yang sangat kami kasihi.

Enam tahun lebih bapak menderita Trigeminal Neuralgia. Penyakit itu disebabkan bersentuhannya saraf kelima dengan pembuluh darah. Efeknya, pipi seperti kena sentrum, gigi serasa dibor, mata perih, ngunyah atau sikat gigi nyeri sekali. Hal sederhana seperti terpaan angin AC dan sinar matahari bisa memicu kambuhnya penyakit ini. Di Eropa dan Jepang banyak penderita penyakit ini yang mengakhiri hidup mereka karena putus asa.

Ada beberapa opsi penyembuhan: Minum obat setiap hari, suntik botox, atau operasi Microvascular Decompression (MVD). Bapak sudah bertahun-tahun minum obat, namun tidak kunjung sembuh. Belakangan malah sudah kebal obat. Suntik botox belum pernah dilakukan karena mesti ke Singapore atau Malaysia, hasilnya juga kurang memuaskan menurut beberapa pasien.

MVD menjadi pilihan. Metodenya: tengkorak kepala bagian belakang dekat kuping dibor sekian millimeter, lalu dengan alat khusus dicari saraf kelima dan pembuluh darahnya. Setelah itu dilakukan pemisahan sejauh mungkin dan dipasang teflon sebagai pembatas. Daripada makan obat 11 butir setiap hari, ini pilihan yang patut dicoba! Pemulihannya bisa dua hari, seminggu, atau dua bulan. Tergantung kondisi fisik pasien.

Malam sebelum operasi, saat menemui dokter yang menanganinya, bapak sempat curcol, “Saya pernah putus asa, Dok. Minta Tuhan cabut saja nyawa saya supaya penderitaan ini berhenti.” Sedih sekali aku mendengarnya. Bersyukur bahwa sikap sang dokter menenangkan hati. Setelah menjelaskan hasil MRI, metode operasi, dan lain sebagainya, ia berkata mantap, “Kita akan operasi besok pagi, yang penting berdoa.”

Aku lalu mengantar bapak kembali ke kamar dan berdoa untuknya, “Tuhan, ini bapak yang saya kasihi. Dia anak yang Engkau sayangi. Kami tahu, kami punya Tuhan yang besar! Sertai dia dalam tidurnya dan tenangkan hati juga pikirannya…” Kata-kata itu mengalir bersama air mata.

Waktu terasa berjalan sangat lambat di ruang tunggu. Aku menatap monitor di hadapan kami dengan harap-harap cemas. Mazmur 103 terus terngiang dan menguatkanku. Mengingatkanku kepada siapa aku meletakkan pengharapanku: Sang Juruselamat yang berkuasa menebus dosa dan menyembuhkan segala penyakit! Dia berkuasa menjamah, mencari, memisahkan, dan membuang penyakit yang sudah membuat bapak saya menderita sekian tahun.

Setelah satu jam berlalu, gambar di monitor berganti dan suara dokter menyapa. Oh My God! Kepala bapak sudah dibor! Kami melihat saraf, pembuluh darah, dan otaknya yang berdenyut-denyut. Dengan tenang beliau menjelaskan dan menunjuk tempat saraf kelima dan pembuluh darahnya menggunakan alat setipis rambut. Ibu diam saja. Aku yakin dalam hati ia terus berdoa untuk bapak. Aku pun begitu. Kami mengikuti semua yang dilakukan dokter terhadap bapak melalui monitor. Hanya beberapa menit, namun rasanya sangat menegangkan!

Mata ibu tampak berkaca-kaca ketika akhirnya operasi selesai. Aku sendiri merasa sangat lega. Satu jam kemudian kami dipanggil ke ICU untuk melihat bapak. Dokter yang tadi memimpin operasi juga ada di sana. “Pak Torang, bangun! Lihat ini, siapa hayoo?” ia berseru membangunkan bapak dengan gaya bercanda. Suaranya yang ceria membangkitkan semangat dan sukacita. Aku dan ibu tersenyum melihatnya. Bapak masih di bawah pengaruh obat bius dan memakai beberapa selang. Namun, masa kritis itu telah lewat. Sekarang bapak ada dalam tahap pemulihan. Terima kasih, Tuhan!

Peristiwa ini terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada bulan Oktober 2011. Namun, mazmur yang sama masih menguatkanku hingga hari ini. Adakalanya masalah yang besar membuat kita lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang jauh lebih besar! Secara teori kita tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, Dia Mahakuasa! Namun pada praktiknya, kita kerap meragukan campur tangan-Nya. Kita mengaminkan bahwa Dia Mahatahu dan Mahabijak, namun kita gencar memberitahu dan mencoba mengatur apa yang seharusnya Dia lakukan.

Apa yang Tuhan izinkan terjadi membuatku mengalami sendiri apa artinya mempercayai Tuhan dan berharap kepada-Nya dalam situasi yang menurut sudut pandang manusia tidak lagi punya harapan. Kami melihat pemeliharaan Tuhan melalui dukungan doa, proses pengobatan, serta dana yang dicukupkan pada waktunya. Semuanya disediakan Tuhan.. Terpujilah Tuhan! Terima kasih abang, kakak, ibu, tim dokter, sahabat, PTPN VI dan X, juga semua yang telah menjadi sarana kasih karunia Tuhan bagi kami sekeluarga. God is able!

Pemeriksaan Rutin

Senin, 27 Juli 2015

Pemeriksaan Rutin

Baca: Mazmur 139:17-24

139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

139:19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,

139:20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.

139:21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?

139:22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.

139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;

139:24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Selidikilah aku, ya Allah, . . . lihatlah, apakah jalanku serong. —Mazmur 139:23-24

Pemeriksaan Rutin

Tibalah saatnya bagi saya untuk pergi ke dokter guna menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan. Meskipun saya merasa baik-baik saja dan tidak mengalami gangguan kesehatan apa pun, saya tahu bahwa pemeriksaan rutin itu penting karena pemeriksaan tersebut dapat menyingkapkan masalah-masalah tersembunyi, yang jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi penyakit serius. Saya tahu bahwa dengan memberikan izin kepada dokter untuk menemukan dan mengobati masalah kesehatan yang tak kelihatan itu, saya akan memiliki kesehatan yang baik untuk jangka panjang.

Jelas bahwa pemazmur merasakan hal yang serupa secara rohani. Ketika pemazmur memohon agar Allah menyingkapkan dosanya yang tersembunyi, ia berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, . . . lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal” (Mzm. 139:23-24). Dengan berdiam diri guna memberikan kesempatan kepada Allah untuk menyelidikinya secara menyeluruh dan tanpa syarat, pemazmur pun menundukkan dirinya pada jalan-jalan Allah yang benar, yang akan membuatnya tetap sehat secara rohani.

Jadi, walaupun kamu merasa baik-baik saja, inilah saat yang tepat untuk menjalani pemeriksaan rutin! Hanya Allah yang mengenali kondisi hati kita yang sebenarnya, dan hanya Dia yang dapat mengampuni, menyembuhkan, dan membimbing kita pada kehidupan yang bersih dan masa depan yang berbuah lebat. —Joe Stowell

Tuhan, Engkau mengenalku lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri. Selidikilah bagian hatiku yang terdalam, lihatlah apa saja yang tidak berkenan kepada-Mu. Bersihkanlah aku dari jalanku yang menyimpang dan tuntunlah aku di jalan-Mu yang baik dan benar.

Pekerjaan Allah di dalam diri kita belum berakhir ketika kita menerima keselamatan—justru itu baru saja dimulai.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 43–45; Kisah Para Rasul 27:27–44