Yesus dan Para Pengungsi Rohingya

Oleh: Wendy W
(Artikel asli dalam bahasa Inggris: Jesus and The Rohingya Refugees)

Jesus-and-the-Rohingya-Refugees

Bayangkan terkatung-katung di lautan lepas selama lebih dari tiga puluh hari tanpa makanan dan air. Tinggal berdesakan di atas kapal bersama ratusan orang lainnya, bertahan hidup dengan minum air seni sendiri. Yang meninggal dilempar keluar kapal. Itulah yang dialami oleh ribuan pengungsi di Teluk Bengal belakangan ini.

Para pengungsi itu adalah orang-orang Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh, sebuah suku yang digambarkan oleh PBB sebagai para manusia yang di “ping-pong”.

Pemerintah dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara awalnya telah menolak menerima para imigran ini, mendesak orang-orang Rohingya keluar dari wilayah perairan mereka. Namun, pada bulan Mei kemarin, pemerintah Indonesia dan Malaysia menyatakan siap menyediakan tempat penampungan bagi sekitar 7000-8000 pengungsi, dengan catatan mereka akan dipindahkan atau dipulangkan ke negara asal dalam jangka waktu setahun.

Para pengungsi ini terkatung-katung di laut karena pemerintah di negara-negara Asia Tenggara belum memutuskan negara mana yang harus mengambil tanggung jawab atas suku Rohingya. Pada tanggal 29 Mei 2015, telah diadakan pertemuan di Thailand untuk membahas akar masalah dari krisis kaum imigran ini.

Apa yang dapat kita lakukan?
Untuk menyelesaikan krisis para pengungsi tersebut, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan: menyediakan bantuan darurat untuk mereka yang masih terkatung-katung di lautan, dan membereskan akar masalah mereka sekaligus memutuskan jaringan kejahatan yang mengambil keuntungan dari situasi mereka.

Sebagai orang-orang Kristen, kita dapat berdoa bagi para pemimpin di Asia Tenggara, agar koordinasi yang baik dapat dilakukan, dan mereka dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Mari kita doakan juga agar dalam anugerah Tuhan, suku ini mendapatkan pertolongan dan akomodasi yang dibutuhkan. Doakan para pengungsi yang masih berada di laut, agar dapat segera diselamatkan oleh tim SAR, dapat menemukan tempat tinggal yang aman, dan suatu hari kelak dapat menemukan keselamatan bagi jiwa mereka di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Yesus tahu persis apa yang sedang mereka alami.

Yesus, Sang Pengungsi
Yesus juga pernah menjadi seorang pengungsi pada zaman-Nya, bahkan terus-menerus menghadapi penganiayaan selama hidup di dunia. Sebagai seorang anak kecil, Dia harus ikut orangtua-Nya mengungsi ke Mesir ketika Raja Herodes memerintahkan pembunuhan anak-anak di bawah dua tahun di Betlehem, tempat keluarga-Nya tinggal. Dia juga pernah diludahi, dicambuk, dan disalibkan. Dia pernah dihina, dicela, dan akhirnya dibunuh.

Yesus mengerti bagaimana rasanya menghadapi penindasan, menjadi orang yang tidak diinginkan dan ditolak di mana-mana, serta tidak memiliki “tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). Orang-orang Rohingya dapat datang kepada Sang Juruselamat yang dapat merasakan apa yang mereka rasakan, dan yang sanggup menyelamatkan mereka, tubuh mereka dan jiwa mereka.

Sebab itu, mari kita terus mengingat mereka dalam doa, dan menyerahkan mereka kepada Tuhan dan Juruselamat kita.

Berseru-serulah mereka kepada TUHAN
dalam kesesakan mereka,
dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka,
dibuat-Nyalah badai itu diam,
sehingga gelombang-gelombangnya tenang.
Mereka bersukacita, sebab semuanya reda,
dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.

Mazmur 107:28-30

 
Siapakah Orang-Orang Rohingya?

Kelompok etnis di Myanmar ini diduga adalah keturunan para pedagang Muslim yang tinggal di Myanmar lebih dari seribu tahun lalu. Banyak di antara mereka terdesak keluar dari tempat tinggalnya karena berbagai ketegangan etnis, sosio-ekonomi, dan politik yang terjadi di negara mereka.

Menurut PBB, lebih dari dari 120.000 orang Rohingya telah meninggalkan negara mereka dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Situasi mereka yang serba sulit membuat mereka rentan menjadi objek perdagangan manusia, oleh oknum-oknum yang mendapat keuntungan dengan menyelundupkan mereka melalui laut ke Thailand, kemudian ke Malaysia.

Pada bulan Mei, ditemukan bekas kamp-kamp pengungsi berikut sekitar seratus jenazah yang terkubur di sepanjang perbatasan antara Thailand dan Malaysia. Aparat meyakini bahwa para pengungsi itu telah ditahan di kamp-kamp tengah hutan oleh sindikat perdagangan manusia untuk diperjualbelikan atau mendapatkan uang tebusan. Beberapa orang Rohingya juga disiksa di dalam sangkar kayu yang dikelilingi kawat berduri. Setelah penemuan yang mengerikan ini, Thailand mulai mengambil sikap yang lebih tegas untuk memutus rute perdagangan manusia yang melewati negaranya. Para pedagang manusia pun meninggalkan perahu-perahu para pengungsi di lautan, membiarkan ribuan pria, wanita, dan anak-anak, terkatung-katung tanpa bantuan atau harapan.

Photo credit: Steve Gumaer / Foter / CC BY-NC

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    Yah Tuhann Yesus tolonglah dan dilindungilah mereka para pengungsi yg tidak lain adalah saudara2 kita sesama manusia ygt nasibnya kurang beruntung itu, agar dapat mendiami kembali tempat tinggal mereka dengan tenang, terpujilah namamu bapa disurga, Amin

  2. hery
    hery says:

    semoga mereka senantiasa dilindungi Tuhan dan pihak2 terkait berpartisipasi dengan tulus ikhlas serta para pengungsi dapat tinggal damai dengan pengungsi lainnya. amin…

  3. galih
    galih says:

    Ya Tuhan Yesus tolonglah dan lindungilah mereka para pengungsi yg tidak lain adalah saudara2 kita sesama manusia yang nasibnya kurang beruntung itu, agar dapat mendiami kembali tempat tinggal mereka dengan tenang, terpujilah namamu bapa disurga, Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *