Tetaplah Berlari

Oleh: Ade Henka Sinurat

berlarilah

Hidup ini bukan untuk membebani diri
Dengan berusaha meraih
Apa yang diraih orang lain

Setiap pencapaian
Adalah tanggung jawab tiap insan
Di hadapan Tuhan yang memanggilnya

Berlarilah dalam jalurmu
Jangan habiskan waktu
Bandingkan kiri dan kanan
Jangan sia-siakan kesempatan
Dengan menoleh ke belakang

Berlarilah…
Fokus pada tujuan

Tahukah kau
Betapa orang akan diberkati
Melihat ketekunanmu berlari
Lewati segala yang menghalangi
Hingga kau tiba di garis akhir?

Tidak harus kau jadi yang tercepat
Atau lebih cepat dari orang lain
Yang penting kau jadi yang terbaik
Yang terbaik dari dirimu sendiri

Berjalanlah sejenak jika kau lelah
Tapi, jangan pernah menyerah
Karena Penciptamu pasti memberi
Kekuatan yang kau butuh tiap hari
Hingga rencana-Nya di hidupmu digenapi

 
Yogyakarta, November 2014
Puisi ini adalah sebuah perenungan ketika aku merasa gagal. Firman Tuhan mengingatkanku untuk tidak mengukur keberhasilan dalam hidup dengan pencapaian orang lain, tetapi dengan apa yang menjadi rancangan Tuhan dalam hidupku.

“Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13b-14)

Penundaan Bukan Berarti Penolakan

Senin, 29 Desember 2014

Penundaan Bukan Berarti Penolakan

Baca: Yohanes 11:21-35

11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.

11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."

11:23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."

11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."

11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,

11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"

11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

11:28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."

11:29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.

11:30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.

11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.

11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."

11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:

11:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"

11:35 Maka menangislah Yesus.

Namun setelah didengar [Yesus], bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada. —Yohanes 11:6

Penundaan Bukan Berarti Penolakan

Putra-putra saya berulang tahun di bulan Desember. Dahulu ketika mereka masih kecil, Angus tahu betul bahwa jika ia belum mendapatkan mainan yang didamba-dambakannya untuk hadiah ulang tahunnya di awal bulan, hadiah itu mungkin akan ditemukannya di dalam gantungan kaus kakinya pada hari Natal. Dan jika David belum menerima hadiahnya pada hari Natal, mungkin hadiah itu akan diterimanya pada hari ulang tahunnya empat hari kemudian. Penundaan tidak selalu berarti penolakan.

Wajar apabila Maria dan Marta meminta Yesus datang ketika Lazarus sakit parah (Yoh. 11:1-3). Mungkin mereka sempat memandangi jalan dengan hati cemas dan penuh harap menantikan tanda-tanda kedatangan Yesus, tetapi Yesus tidak juga datang. Ketika akhirnya Yesus sampai di kota itu, Lazarus telah empat hari dikuburkan (ay.17).

Marta dengan tegas mengatakan kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay.21). Lalu imannya menjadi semakin mantap, “Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (ay.22). Entah apa yang sebenarnya Marta harapkan. Lazarus sudah meninggal, dan Marta ragu-ragu soal membuka kembali makam itu. Namun sesuai perintah dari Yesus, roh Lazarus kembali kepada tubuhnya yang sudah membusuk (ay.41-44). Yesus sengaja tidak menyembuhkan Lazarus yang sakit, dengan maksud untuk mengadakan mukjizat yang jauh lebih besar, yaitu menghidupkan sahabat-Nya itu kembali.

Menantikan waktu Allah mungkin akan memberi kita mukjizat yang lebih besar daripada yang kita harapkan sebelumnya. —MS

Juruselamatku mendengarku kala aku berdoa,
Dalam firman-Nya aku percaya penuh;
Sesuai waktu-Nya, menurut jalan-Nya saja,
Aku tahu Dia akan memberiku yang terbaik. —Hewitt

Waktu yang dipakai untuk menantikan Allah tidak akan pernah sia-sia.