Bau Kandang

Kamis, 25 Desember 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20141225-Imanuel

Baca: Lukas 2:15-20

2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.

2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.

2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.

2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

“Mereka akan menamakan Dia Imanuel”—yang berarti: Allah menyertai kita. —Matius 1:23

Bau Kandang

Kandang? Sebuah tempat yang tidak lazim untuk kelahiran Mesias! Bau dan bisingnya sebuah peternakan merupakan pengalaman pertama yang dialami Sang Juruselamat kita sebagai manusia. Sama seperti bayi-bayi lainnya, Dia mungkin menangis saat mendengar suara binatang dan orang asing yang lalu-lalang di sekitar tempat tidur sementara-Nya itu.

Jika benar demikian, air mata itu adalah yang pertama dari sekian banyak air mata-Nya. Yesus juga akan mengalami rasa kehilangan dan dukacita yang dialami setiap manusia, keraguan yang dirasakan oleh saudara dan keluarga-Nya tentang diri-Nya, serta kepedihan yang dialami ibu-Nya ketika melihat diri-Nya disiksa dan dihukum mati.

Semua kesulitan itu—dan masih banyak lagi—telah menanti Sang Bayi yang sedang mencoba tidur di malam pertama itu. Meskipun demikian, sedari awal sekali, Yesus adalah “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23), dan Dia mengetahui apa artinya menjadi manusia. Pengalaman-pengalaman tersebut terus berlanjut hingga tiga dekade berikutnya, dan berakhir pada kematian-Nya di kayu salib.

Demi kasih-Nya untuk kamu dan saya, Yesus menjadi manusia sepenuhnya. Menjadi manusia memungkinkan Dia untuk ikut merasakan pengalaman kita. Kini, kita tidak mungkin lagi dapat mengatakan bahwa tidak ada yang mempedulikan kita. Jelaslah, Yesus peduli.

Kiranya di hari Natal ini, Terang yang masuk ke dunia pada malam itu memancarkan sinarnya hingga menembus ke lubuk hati kita yang terdalam dan memberikan kita kedamaian di bumi, seperti yang diberitakan oleh para malaikat di masa lampau. —RKK

Bapa, tolonglah hati kami untuk mengetahui
kasih Kristus dan untuk memuliakan-Nya
dengan pengabdian kami yang tak pernah lekang
sekarang dan selama-lamanya. Kami mengasihi-Mu.

Yesus peduli.