Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Minggu, 7 September 2014

Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Baca: Filipi 3:1-11

3:1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (3-1b) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.

3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,

3:3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

3:4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:

3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,

3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. —Filipi 3:8

Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Ketika menggembalakan sebuah gereja di awal pelayanan saya, Libby, putri saya, bertanya, “Ayah, apakah kita terkenal?” Saya menjawab, “Tidak, Libby, kita tidak terkenal.” Setelah berpikir sejenak, ia kemudian membalas saya dengan nada kesal, “Nah, coba ada lebih banyak orang yang mengenal kita, pasti kita akan terkenal!”

Kasihan betul Libby! Usianya baru 7 tahun, tetapi ia sudah bergumul dengan sesuatu yang digumulkan oleh banyak dari kita di sepanjang hidup ini: Adakah yang memperhatikan kita? Dan apakah kita telah mendapat pengakuan yang kita anggap patut kita dapatkan dari orang lain?

Hasrat kita untuk mendapat pengakuan tidaklah bermasalah apabila hal itu tidak membuat kita ingin menggeser Yesus yang menjadi pusat hidup kita. Namun ketika perhatian kita tersita hanya untuk memikirkan diri sendiri, Yesus pun akan tersingkir.

Dalam hidup ini, kita tidak dapat mengutamakan diri sendiri dan mengutamakan Yesus secara bersamaan. Inilah arti penting dari pernyataan Paulus yang menganggap bahwa baginya segala sesuatu itu rugi, “karena pengenalan akan Kristus Yesus . . . lebih mulia dari pada semuanya” (Flp. 3:8). Ketika dihadapkan dengan pilihan antara dirinya sendiri dan Yesus, secara sadar Paulus membuang segala sesuatu yang akan membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Ia melakukannya dengan maksud agar ia dapat memusatkan perhatiannya untuk semakin mengenal dan mengalami Yesus (ay.7-8,10).

Kita juga dihadapkan pada keputusan yang sama. Apakah kita hidup untuk menjadi pusat perhatian? Ataukah kita akan berfokus pada hak istimewa untuk semakin mengenal dan mengalami Yesus? —JMS

Tuhan, terima kasih karena telah mengingatkanku akan pentingnya
mengenal Engkau dengan lebih sungguh. Tolong aku
untuk mengesampingkan kepentingan diriku sendiri
saat aku berjuang untuk hidup semakin mengenal diri-Mu.

Apakah pilihan kita memuliakan Allah, atau justru memuliakan diri kita sendiri?