Komik Kamu: Berjalan Bersama-Nya

Oleh: Hasprita Restia Mangunsong

Berjalan-Bersama-Nya

Semua yang ada dalam dunia ini tidaklah bertahan selamanya.
Orang-orang yang kita kasihi, harta benda yang kita miliki, bahkan napas kehidupan kita, kelak akan pergi meninggalkan kita. Tetapi ada satu Pribadi yang gak akan pernah pergi, terus ada bersama dengan kita sampai kapan pun. Allah yang menyatakan diri dalam Pribadi Kristus.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
—Yohanes 1:12

Bapa kita di surga tidak akan pernah meninggalkan kita, bahkan sekalipun bapak atau ibu kita di dunia sudah meninggalkan kita. Dia tidak pernah menghilang. Kitalah yang seringkali hilang, dan yang seringkali meninggalkan Dia.

Saatnya kita BERJALAN BERSAMANYA

Saya Tidak Dilupakan

Senin, 1 September 2014

Saya Tidak Dilupakan

Baca: Mazmur 13

13:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.

13:2 Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?

13:3 Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?

13:4 Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati,

13:5 supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.

13:6 Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.

Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! —Mazmur 33:20

Saya Tidak Dilupakan

Menanti merupakan perbuatan yang sulit; tetapi ketika hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan bulan demi bulan berlalu tanpa ada jawaban bagi doa-doa kita, sangatlah mudah merasa bahwa Allah telah melupakan kita. Mungkin kita bisa berjuang dari pagi hingga sore hari dengan menyibukkan diri, tetapi saat malam tiba, lebih sulit rasanya untuk dapat mengatasi kecemasan yang menghantui pikiran kita. Kekhawatiran terbayang di depan mata, dan masa-masa yang gelap tampaknya tak berujung. Kelesuan yang begitu membebani membuat kita tidak lagi sanggup menghadapi hari esok.

Pemazmur juga menjadi lesu dalam penantiannya (Mzm. 13:2). Ia merasa ditinggalkan —seakan musuh-musuhnya sedang berada di atas angin (ay.3). Ketika kita menantikan Allah untuk memecahkan persoalan sulit atau menjawab doa yang kita panjatkan berulang kali, mudah bagi kita untuk menjadi putus asa.

Iblis membisikkan bahwa Allah telah melupakan kita, dan keadaan kita takkan pernah berubah. Kita mungkin terbujuk untuk menyerah pada keputusasaan. Kita berpikir, apa gunanya lagi bersusah payah membaca Alkitab atau berdoa? Untuk apa susah-susah beribadah bersama saudara-saudara seiman dalam Kristus? Namun justru pada saat menanti, kita paling membutuhkan pertolongan rohani. Hal itulah yang menolong kita untuk bertahan dalam aliran kasih Allah dan menjadi peka pada Roh-Nya.

Pemazmur memiliki obat yang manjur. Ia mengarahkan hatinya pada segala yang diketahuinya tentang kasih Allah, mengingat kembali berkat-berkat di masa lalu, dan sungguh-sungguh memuji Allah yang takkan pernah melupakannya. Kita juga dapat melakukannya. —MS

Kekasih jiwaku, yang mendekat padaku
di malam yang panjang nan pekat, tolong aku
selalu percaya kepada-Mu, berbicara dengan-Mu,
dan bersandar pada janji-janji-Mu.

Allah layak kita nantikan; waktu-Nya selalu yang terbaik.