Adakah Yang Bernyanyi?

Minggu, 17 Agustus 2014

Adakah Yang Bernyanyi?

Baca: Yohanes 17:20-26

17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

17:24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

17:25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;

17:26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. —Efesus 4:2-3

Adakah Yang Bernyanyi?

Dari sekitar 320 km di atas bumi, Chris Hadfield, seorang astronot asal Kanada dan komandan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, ikut bernyanyi bersama sekelompok murid yang berada dalam sebuah studio di bumi. Bersama-sama mereka menyanyikan lagu Is Somebody Singing (Adakah Yang Bernyanyi), yang ditulis oleh Hadfield dan Ed Robertson.

Salah satu frasa dari lagu itu menarik perhatian saya, “Tak ada pembatas yang terlihat dari luar angkasa ini.” Meskipun sebagai manusia kita membuat banyak pembatas untuk memisahkan diri kita dari satu sama lain—menurut kebangsaan, suku, ideologi—lagu itu mengingatkan saya bahwa Allah tidak melihat batasan-batasan tersebut. Yang penting bagi Allah adalah bahwa kita mengasihi Dia dan sesama (Mrk. 12:30-31).

Bagaikan seorang bapa yang penuh kasih, Allah menginginkan umat-Nya bersatu. Kita tidak dapat menggenapi apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan apabila kita enggan hidup dalam perdamaian. Dalam doa-Nya yang amat mendalam, pada malam sebelum Dia disalibkan, Yesus memohon kepada Bapa demi kesatuan dari para pengikut-Nya, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita” (Yoh. 17:21).

Bernyanyi merupakan suatu bentuk kesatuan karena kita menaikkan lirik, nada, dan irama lagu yang sama. Bernyanyi juga mempererat kesatuan karena nyanyian itu menyatukan kita bersama dalam perdamaian, mengumandangkan kuasa Allah melalui pujian, dan menunjukkan kemuliaan Allah kepada dunia ini. —JAL

Beribu lidah patutlah
Memuji Tuhanku,
Dan mewartakan kuasa-Nya,
Dengan kidung merdu. —Wesley
(Kidung Jemaat, No. 294)

Menyanyikan pujian bagi Allah takkan pernah ketinggalan zaman.