Orang-Orang Yang Sulit

Kamis, 7 Agustus 2014

Orang-Orang Yang Sulit

Baca: Efesus 4:1-12

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.

4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:

4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,

4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,

4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

4:7 Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.

4:8 Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."

4:9 Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?

4:10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.

4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,

4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

Hiduplah sesuai dengan kedudukanmu sebagai orang yang sudah dipanggil oleh Allah. . . . Tunjukkanlah kasihmu dengan membantu satu sama lain. —Efesus 4:1-2 BIS

Orang-Orang Yang Sulit

Dalam buku God in the Dock (Allah Teradili), penulis C. S. Lewis menggambarkan sejumlah tipe orang yang sulit untuk diajak bergaul. Sifat egois, pemarah, cemburuan, atau kebiasaan-kebiasaan lainnya sering kali menyulitkan hubungan kita dengan mereka. Terkadang kita berpikir, Rasanya hidup akan menjadi jauh lebih mudah andai saja aku tidak harus berhadapan dengan orang-orang yang sulit seperti itu.

Lalu Lewis membalikkan pandangan tersebut dengan menunjukkan bahwa rasa frustrasi semacam itulah yang tiap hari harus dihadapi Allah dengan kita masing-masing. Lewis menuliskan: “Kamulah orang yang sulit itu. Kamu juga mempunyai cela yang fatal pada karaktermu. Segala harapan dan rencana orang lain berulang kali kandas saat berhadapan dengan karaktermu sama seperti harapan dan rencanamu kandas saat berhadapan dengan karakter mereka.” Kesadaran diri itu haruslah mendorong kita untuk berusaha menunjukkan kesabaran dan penerimaan terhadap orang lain, sama seperti yang ditunjukkan Allah terhadap kita setiap hari.

Dalam kitab Efesus, Paulus menasihati kita untuk bergaul dengan menunjukkan sifat yang “selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasih [kita] dengan membantu satu sama lain” (4:2 bis). Seseorang yang sabar akan lebih mampu menghadapi orang yang sulit tanpa terpancing untuk melampiaskan kemarahan dan membalas. Sebaliknya, ia akan mampu bertahan dan menunjukkan sikap penuh kasih walaupun dihadapkan pada tingkah laku yang menyebalkan.

Adakah orang-orang yang sulit di dalam hidupmu? Mintalah Allah untuk menunjukkan kasih-Nya melalui dirimu. —HDF

Ada orang yang terasa sulit untuk dikasihi,
Jadi kita merasa tak ada gunanya untuk peduli;
Tetapi Allah berkata, “Kasihi mereka seperti Aku mengasihimu—
Kau akan memuliakan-Ku saat kau bagikan kasih-Ku.” —Cetas

Pandanglah sesama sebagaimana Allah memandangmu.