Hancur Tetapi Indah

Rabu, 6 Agustus 2014

Hancur Tetapi Indah

Baca: Yeremia 18:1-6

18:1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:

18:2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."

18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.

18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.

18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:

18:6 "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Apabila bejana . . . itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. —Yeremia 18:4

Hancur Tetapi Indah

Baru-baru ini putri saya menunjukkan koleksi kaca laut miliknya kepada saya. Beragam pecahan kaca aneka warna yang banyak ditemukan di pantai itu terkadang berasal dari pecahan tembikar, tetapi sering kali itu merupakan serpihan botol-botol kaca. Awalnya botol-botol kaca itu memiliki suatu kegunaan, tetapi setelah dipakai, akhirnya dibuang begitu saja dan hancur berkeping-keping.

Apabila pecahan-pecahan kaca yang dibuang itu terdampar di lautan, perjalanannya justru baru dimulai. Ketika pecahan-pecahan kaca itu terus diombang-ambingkan oleh hempasan arus dan gelombang, ujung-ujungnya yang tajam tergerus oleh pasir dan ombak hingga akhirnya menjadi halus dan membulat. Hasilnya menjadi sangat indah. Pecahan kaca laut dengan tampilan bagai perhiasan itu telah mengalami kehidupan baru dan diburu oleh para kolektor dan seniman.

Demikian juga kehidupan seseorang yang telah hancur dapat diperbarui ketika ia menerima jamahan kasih dan anugerah Allah. Dalam Perjanjian Lama, kita membaca tentang Nabi Yeremia yang menyaksikan pekerjaan seorang tukang periuk. Ia memperhatikan bahwa ketika sebuah benda dari tanah liat telah rusak, tukang periuk itu dapat membentuknya kembali (Yer. 18:1-6). Allah menjelaskan bahwa di dalam tangan-Nya, bangsa Israel kuno itu bagaikan tanah liat, yang dapat dibentuk-Nya menurut yang terbaik di mata-Nya.

Tidak ada hidup yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah. Dia mengasihi kita sekalipun kita tidak sempurna dan penuh kegagalan, dan Dia rindu untuk menjadikan kita indah. —CHK

Jadilah, Tuhan, kehendak-Mu!
Ku tanah liat di tangan-Mu;
Bentuklah aku sesuka-Mu,
Aku nantikan sentuhan-Mu. —Pollard
(Pelengkap Kidung Jemaat, No. 127)

Saat hancur terhempas oleh pencobaan, kita dapat seutuhnya dibentuk kembali oleh Sang Tukang Periuk.