Ketika Kamu Berkaca

Oleh Lavinia

Ketika kamu berkaca, apakah yang kamu perhatikan? Bentuk mata, hidung, rambut, atau jerawat? Ketika semakin lama kamu perhatikan, bagaimana perasaanmu? Apakah kamu menyukai wajahmu sendiri? Pernahkah kamu berharap kamu orang lain?

Apakah kamu mempunyai idola? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, idola adalah orang, gambar, patung, dan sebagainya, yang menjadi pujaan. Saat kita memiliki idola, kita ingin sekali menjadi sama sepertinya, mengikuti caranya berpakaian, berjalan, apa saja yang disukainya pasti akan kita tiru.

Tidak salah memiliki idola, karena banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari mereka. Tapi yang sering terjadi, seberapa besar pun usaha kita berkaca pada mereka, kita tidak akan pernah menjadi sama seperti mereka. Itulah saatnya kita putus asa dan pada akhirnya mengasihani diri sendiri dengan bertanya “Mengapa aku tidak dapat menjadi seperti mereka?”

Seseorang yang kita idolakan tidak harus orang di layar lebar, musik, ataupun atlet. Coba kita lihat teman-teman di sekitar kita. Pernahkah ketika melihat mereka, hatimu berkata, “Andai saya seperti dia ya, punya banyak teman, semua orang suka sama dia, keluarganya tidak seperti saya, punya uang banyak.” Sampai pada suatu titik, ketika kita memiliki banyak ‘idola’ yang kita anggap sebagai teladan.

Saya teringat doa almarhum ayah dari salah satu teman saya yang berbunyi, “Tuhan, berkatilah kaum muda ini. Kami spesial di mata-Mu, masing-masing dari kami unik, tidak ada yang sama. Kami seperti bagian puzzle dalam suatu gambar. Tidak ada satu pun dari kami yang sama.” Saat itu saya tersentak, karena saat itu saya baru menyadari bahwa tidak ada orang lain di dunia ini yang sama seperti saya. Mungkin nama kita sama, tetapi karakter, kepribadian, atau bahkan cara kita tertawa berbeda.

Mungkin kadang kita bertanya, “Apa sih yang bisa saya lakukan? Apa hal baik yang ada pada diri saya?” Tapi, marilah kita berpikir lagi. Masa iya tidak ada? Sama sekali? Ada, pasti ada! Tetapi karena kita sering membandingkan kemampuan kita, wajah kita, tubuh kita dengan orang lain, hasilnya akan selalu kurang. Ketika kita selalu berkaca pada orang lain, kita malah lupa berkaca pada diri sendiri.

Ketika kita merasa senantiasa kurang dari orang lain, sesungguhnya kita sedang berdosa. Mengapa? Mungkin kita membayangkan, “Dosa kan kalau mencuri, atau berbohong. Tidak ada hukumnya kalau kita gak ‘pede’, kita berdosa.” Tapi coba bayangkan, Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kamu dan saya. Di salib itu, Dia telah membuat kita kudus, mulia, dan sempurna. Akan sia-sia sekali arti salib kalau kita selalu memandang diri sendiri lebih rendah dari yang lain.

Kita semua adalah bagian dari puzzle suatu gambar. Gambar itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam hidup ini. Tuhan butuh kita untuk menggenapi janji-Nya, untuk melakukan rencana-Nya. Kalau bagian puzzle suatu gambar semua sama, gambar itu tidak akan terbentuk. Tuhan sudah membentuk kita dari semula, dari kandungan ibu kita masing-masing dengan keunikan kita. Rancangan-Nya tidak ada yang gagal, semuanya sempurna. Ketika kita melihat wajah kita, tangan kita, kaki kita, atau tubuh kita, tidak ada satu pun karya-Nya yang gagal. Semuanya adalah sempurna di mata-Nya dan patutlah kita juga melihat diri kita sempurna di hadapan-Nya, karena Dia yang telah menyempurnakan kita.

Mazmur 139:13-16
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. debora
    debora says:

    Sangat mengena di hati..
    Puji Tuhan, membuatku sadar betapa berharganya diriku bagi Dia..
    Mari kita doakan agar para muda/i kristen menjadi anak yang sadar akan potensi dirinya..
    😀
    Jesus bless

  2. Moi
    Moi says:

    TUHAN YESUS memang dasyat!!!

    Dari apa yg saya baca diatas, saya rangkum semuanya dalam satu kata, “kasih”. Seperti yg telah diajarkan TUHAN YESUS kepada kita, ketika kita mengasihi DIA, pasti kita akan selalu mensyukuri apapun yg telah ALLAH perbuat dalam hidup kita. *Hal itu juga berlaku bagi sesama_

    Adakah allah lain yg dapat “merangkum” semua hal dalam 1 kata? Hanya TUHAN YESUS.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *