Tawaran Menggiurkan

Selasa, 30 April 2013

Tawaran Menggiurkan

Baca: 1 Petrus 1:3-9

. . . , yang karena rahmat [Allah] yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. —1 Petrus 1:3

Saya merasa takjub melihat berbagai tawaran menggiurkan yang membanjiri kotak surat elektronik saya setiap harinya. Baru-baru ini saya coba menjumlahkan uang gratis yang ditawarkan kepada saya dalam satu minggu dan total yang bisa saya raup adalah 26 juta dolar AS. Namun tak ada satu pun tawaran itu yang benar. Setiap tawaran itu—dari hadiah satu juta dolar hingga tawaran tujuh juta dolar—tidak lain adalah kebohongan yang dikirim oleh para penipu untuk memeras uang saya.

Kita semua rentan tergoda pada tawaran yang menggiurkan dan penipuan yang pada kenyataannya hanya akan mendatangkan masalah. Kita ditawari harapan palsu yang berujung pada impian yang hancur.

Namun ada satu tawaran yang benar, sekalipun terdengar begitu sulit dipercaya. Itulah tawaran Allah kepada kita, yakni keselamatan melalui iman kepada karya sempurna Yesus di atas kayu salib: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kis. 16:31). Itu adalah tawaran yang dibayar mahal oleh-Nya—dan kitalah yang menerima manfaatnya. Kitab Roma menuliskan, “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (4:25).

Dengan menerima tawaran keselamatan, kita pun mempunyai pengharapan (Tit. 1:2), damai sejahtera (Rm. 5:1), pengampunan dosa (Ef. 1:7), kekayaan berlimpah (2:7), dan penyelamatan (4:30). Inilah tawaran yang benar. Kematian dan kebangkitan Yesuslah yang menjamin kebenarannya. —JDB

Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku!
Agung benar, ya Tuhanku:
Engkau tersiksa gantiku! —Wesley
(Kidung Jemaat, No. 31)

Keselamatan kita dibayar mahal oleh Allah, tetapi diterima secara cuma-cuma oleh kita.

Mengatasi Kabar Buruk

Senin, 29 April 2013

Mengatasi Kabar Buruk

Baca: Mazmur 4

Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! —Mazmur 4:7

Banyak orang berkata, ‘Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?’” (Mzm. 4:7). Perkataan Daud ini tampaknya menggambarkan pandangan pesimistis yang begitu mudah kita anut di tengah budaya kita masa kini. Berita di halaman depan surat kabar dan tajuk utama di Internet atau televisi tampaknya terpusat pada topik kejahatan, kecelakaan, politik, ekonomi dan para tokoh terkemuka yang berperilaku buruk. Percakapan kita di tempat kerja dan di tengah keluarga dibumbui kabar tentang masalah demi masalah, dan suasana pun menjadi muram. Di mana kita bisa mendapat kabar yang lebih baik?

Di tengah semua masalah yang dihadapinya, Daud datang kepada Tuhan, yang memberinya kelegaan (ay.2) dan mendengar doanya (ay.4). Alih-alih mengharapkan hikmah sesaat yang timbul dari keadaan yang berubah, Daud mendapat penguatan yang tidak berkesudahan di dalam Allah. “Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN” (ay.7). Ia pun memperoleh sukacita di dalam hati yang melampaui segala kelimpahan atau keberhasilan duniawi apa pun (ay.8).

Sepanjang hidup Daud, baik sebelum atau setelah menjadi raja Israel, ia tidak pernah tidak mempunyai musuh. Namun di penghujung hari, ia bisa berkata, “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman” (ay.9).

Merenungkan kebenaran tentang pemeliharaan Allah atas kita yang tertulis dalam Mazmur 4 merupakan cara yang baik untuk memulai dan mengakhiri hari demi hari. —DCM

Meyakini pemeliharaan-Nya
Aku akan tertidur lelap,
Karena Tuhan Penyelamatku
Akan menjagaku tetap. —Psalter

Allah adalah tempat berteduh yang aman di tengah badai hidup yang menerjang.

Saat-Saat Mengerikan

Minggu, 28 April 2013

Saat-Saat Mengerikan

Baca: Mazmur 23

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. —Mazmur 23:4

Ketika anak sulung kami lahir, istri saya, Marlene, telah menjalani proses bersalin selama lebih dari 30 jam, dan ini membuat dirinya dan si bayi sangat tertekan. Dokter yang bertugas saat itu adalah seorang dokter pengganti yang tidak mengetahui keadaan Marlene dan kehamilannya. Alhasil, sang dokter tidak tanggap dalam memutuskan untuk melakukan bedah sesar darurat, dan trauma yang dialami bayi laki-laki kami membuatnya harus ditempatkan di ruang perawatan intensif pasca kelahiran. Pihak rumah sakit tidak berdaya menolong bayi kami untuk mengatasi keadaannya yang diakibatkan trauma itu.

Atas kasih karunia Allah, Matt pun pulih—tetapi rasanya tidak ada pengalaman lain di dalam hidup saya yang lebih mengerikan daripada saat-saat saya berdiri di sisi ranjang Matt di ruang perawatan intensif itu. Namun saya tahu Tuhan menyertai saya ketika saya berbicara kepada-Nya melalui doa.

Di saat-saat mengerikan di dalam hidup (dan semua keadaan lainnya juga), tidak ada yang bisa memberikan penghiburan pada hati yang sedang terluka kecuali kehadiran dan pemeliharaan Allah yang nyata. Daud sang pemazmur menulis, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mzm. 23:4).

Tuhan hadir di tengah rasa takut yang melanda dengan hebatnya. Kehadiran-Nya yang menghibur hati akan menopang kita melewati pencobaan yang terberat sekalipun. —WEC

Sewaktu hidupku tenang dan aman,
Ataupun susah menimpa—
‘Ku di mana pun, Tuhan yang menuntun,
Jiwaku, jiwaku tenanglah. —Spafford
(Buku Lagu Perkantas, No. 140)

Kehadiran Allah memberikan damai sejahtera.

Memanggil Anda

Sabtu, 27 April 2013

Memanggil Anda

Baca: 1 Samuel 3:1-10

Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. —1 Samuel 3:6

Bersama sepasang rekan kerja saya, kami baru saja melewati pemeriksaan keamanan bandara dan sedang berjalan menuju gerbang tujuan kami. Saat itulah saya mendengar nama saya disebut: “Panggilan kepada Anne Cetas. Panggilan kepada Anne Cetas.” Nama saya bukanlah nama yang umum, jadi kami tahu bahwa itu ditujukan kepada saya. Saya mengira telah melupakan sesuatu dan meninggalkannya di tempat pemeriksaan. Saya bertanya kepada seorang petugas maskapai, lalu ia memberi tahu saya untuk menggunakan telepon berwarna merah, menyebut nama saya, lalu bertanya mengapa saya dipanggil. Saya mencari telepon itu dan terhubung dengan seorang operator. Namun operator itu berkata, “Tidak, kami tidak memanggil Anda.” Saya berkata, “Itu pasti nama saya.” Ia menjawab dua kali, “Tidak, kami tidak memanggil Anda.” Saya tak pernah tahu mengapa nama saya dipanggil hari itu.

Dahulu kala, seorang anak laki-laki bernama Samuel mendengar namanya dipanggil (1Sam. 3:4). Kitab Suci mengatakan bahwa ia “belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya” (ay.7). Eli, imam di rumah Allah itu, harus membantunya memahami siapa yang memanggilnya (ay.8-9). Allah kemudian menyatakan rencana-Nya atas hidup Samuel.

Tuhan juga memiliki rencana bagi kita dan Dia berbicara pada hati kita: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Itulah panggilan-Nya kepada kita untuk menerima berkat keselamatan, kelegaan dan damai sejahtera dari-Nya.

Sang Juruselamat memanggil kita untuk datang kepada-Nya. —AMC

Yesus memanggilku—aku harus ikut,
Mengikut-Nya saat ini juga;
Saat suara lembut-Nya meminta,
Bagaimana bisa aku menunda? —Brown

Kristus memanggil mereka yang gelisah untuk memperoleh kelegaan di dalam diri-Nya.

Musim Yang Terbaik

Jumat, 26 April 2013

Musim Yang Terbaik

Baca: Efesus 5:15-21

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, . . . dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. —Efesus 5:15-16

Hidup ini berjalan seperti cuaca yang musim-musimnya datang silih berganti. Suka atau tidak, jalan hidup mendesak kita untuk keluar dari satu musim dan masuk ke musim berikutnya. Dan ketika terdesak masuk ke musim berikutnya, kita sering merasa bimbang bahkan takut pada apa yang akan terjadi pada kita.

Hal ini dialami terutama di musim-musim penghujung hidup kita, ketika kita dihantui dengan berbagai pikiran seperti: Apa saya akan ditinggal sendiri? Apa saya akan selalu sehat? Apa uang saya akan cukup? Apa pikiran saya akan tetap jernih? Sebagaimana halnya dengan setiap musim kehidupan, kita harus memilih—menyia-nyiakan musim itu dengan diliputi oleh ketakutan atau, seperti yang dikatakan Paulus, menggunakan “waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:16).

Apa pun musim yang sedang Anda jalani, Anda dapat senantiasa mengandalkan kesetiaan Allah. Dia telah berfirman, “‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’ Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah penolongku. Aku tidak akan takut’” (Ibr. 13:5-6).

Karena kehadiran Allah dan pemeliharaan-Nya atas Anda, Anda bisa menggunakan waktu Anda sebaik-baiknya di setiap musim yang ada dengan sungguh-sungguh mengikut Yesus, merenungkan firman- Nya dan berdoa, lebih sungguh mengasihi dan mengampuni, dan melayani sesama dengan penuh sukacita dan kemurahan hati.

Allah telah memberkati kita dengan musim yang kita jalani saat ini—gunakanlah sebaik-baiknya! —JMS

Tuhan, berilah aku kerelaan untuk menerima keadaan hidup yang
kualami saat ini, dan tolong aku untuk mengalahkan rasa takut yang
membuatku menyia-nyiakan waktu yang ada. Berilah aku hikmat
dan hasrat untuk menggunakan setiap hari bagi kemuliaan-Mu.

Hidup itu berarti—gunakanlah sebaik-baiknya!

Sulit Untuk Dikasihi

Kamis, 25 April 2013

Sulit Untuk Dikasihi

Baca: Kisah Para Rasul 13:13-23

Empat puluh tahun lamanya Ia sabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun. —Kisah Para Rasul 13:18

Bertahun-tahun lalu dalam suatu acara perkemahan, saya melayani sebagai konselor bagi sejumlah remaja lelaki yang nakal. Saya merasa tertantang dalam menangani perilaku mereka. Mereka suka menyiksa hewan di kebun binatang dan terkadang saling berkelahi. Jadi saya berusaha untuk bersikap tenang sekaligus tegas dalam membimbing mereka. Meski mereka sering membuat saya frustrasi, saya selalu memastikan bahwa kebutuhan fisik mereka terpenuhi.

Walaupun saya bersikap ramah dan penuh kasih, sering kali saya makan hati dalam menghadapi mereka dan bersikap “sabar terhadap” mereka. Perasaan itu membuat saya sungguh-sungguh merenungkan tentang bagaimana Bapa surgawi yang penuh kasih memelihara anak-anak-Nya yang keras kepala. Ketika mengisahkan tentang bangsa Israel yang keluar dari Mesir, Paulus berkata, “Empat puluh tahun lamanya [Allah] sabar terhadap tingkah laku mereka di padang gurun” (Kis. 13:18). Dalam bahasa Yunani, frasa “sabar terhadap” kemungkinan besar berarti Allah dengan sabar memenuhi kebutuhan umat itu meski mereka bersikap tidak tahu berterima kasih.

Mungkin ada orang-orang yang tidak menanggapi dengan baik usaha kita untuk menunjukkan kasih dan perhatian. Ketika ini terjadi, ada baiknya kita mengingat bahwa Allah sabar terhadap kita. Dan Dia telah mengaruniakan Roh Kudus-Nya untuk menolong kita agar dengan penuh kasih menanggapi mereka yang rasanya sulit untuk dikasihi atau yang tidak tahu berterima kasih (Gal. 5:22-23).

Berikan kami kesabaran-Mu, ya Tuhan, terhadap siapa pun yang terasa sulit untuk dikasihi dalam hidup kami. —HDF

Aku menginginkan kasih yang siap menanggung
Apa pun yang diberikan tangan Bapaku;
Aku menginginkan kasih yang sabar menanggung
Kesalahan dari lawan maupun kawan. —NN.

Sabarlah terhadap sesama sebagaimana Allah telah bersabar terhadap Anda.

Perlindungan Allah

Oleh Indah W.

“Dan Tuhan, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau mereka dari depanmu, sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu.” (Yosua 23:5)

Ada hal menarik yang saya dapatkan ketika menonton ulang serial NCIS di episode “Devil’s Triangle”. Bekerjasama dengan FBI, NCIS berusaha mencari teroris yang disinyalir akan menyebarkan teror dengan bom biologis. Melalui penyelidikan, mereka berhasil menyimpulkan para teroris akan beraksi di acara perhelatan akbar para angkatan bersenjata. Menurut Abby, bom yang mereka miliki tidak cukup besar untuk meledakkan seluruh hadirin. Jadi dapat dipastikan bahwa sasarannya adalah para petinggi yang duduk bersama di box VIP. Gibbs dan anak buahnya segera menuju ke atap dan benar saja, di sana ada dua orang yang berupaya melepaskan bom biologis mereka melalui saluran udara. Untung saja Gibbs dan yang lainnya berhasil melumpuhkan mereka sehingga acara dapat terus berlangsung tanpa gangguan. Sementara para petinggi yang sama sekali tidak mengetahui bahaya yang mengintai, dapat tetap menikmati jalannya acara.

Menonton adegan ini membuat saya jadi berpikir, bahwa tanpa kita sadari, tangan Tuhan selalu ada dan melindungi kita. Hari-hari kita mungkin berjalan normal dan seperti biasanya, tetapi seperti para petinggi di atas, kita terlepas dari bahaya karena Tuhan yang menghalau musuh-musuh kita dan menghindarkan kita dari kecelakaan dan malapetaka.

Terima kasih, Tuhan, atas penyertaan dan perlindungan-Mu saat kami menjalani hidup hari demi hari.

Setia Sampai Akhir

Rabu, 24 April 2013

Setia Sampai Akhir

Baca: Ibrani 12:1-4

. . . marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. —Ibrani 12:1

Setelah berlari sejauh 32 kilometer dalam Lomba Maraton Salomon Kielder di Inggris, seorang pelari berhenti lalu menumpang sebuah bus dan turun di daerah pepohonan dekat garis akhir. Kemudian, ia ikut bergabung kembali ke dalam lomba dan merebut juara ketiga. Ketika ditanya oleh petugas lomba, ia beralasan bahwa ia berhenti berlari karena sudah lelah.

Banyak dari kita bisa memahami kelelahan yang dirasakan para olahragawan yang sudah kepayahan karena kita juga menempuh suatu perlombaan iman. Kitab Ibrani mendorong kita untuk “berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (12:1). Berlomba dengan tekun mengharuskan kita untuk menyingkirkan dosa yang menghalangi langkah kita dan menanggalkan beban berat yang memperlambat laju kita. Kita harus tetap maju meski kita mungkin mengalami penganiayaan (2Tim. 3:12).

Agar kelemahan dan keputusasaan tidak berdiam di dalam jiwa kita (Ibr. 12:3), Alkitab mendorong kita untuk memusatkan perhatian kepada Kristus. Ketika kita lebih memperhatikan Dia daripada pergumulan kita, kita akan melihat Dia berlari di sisi kita—menopang ketika kita tersandung (2Kor. 12:9) dan menyemangati kita dengan teladan-Nya (1Ptr. 2:21-24). Dengan mengarahkan pandangan kepada Yesus “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibr. 12:2), kita akan ditolong untuk tetap dekat dengan sumber kekuatan kita dan untuk tetap setia sampai akhir. —JBS

Pandanglah pada Yesus,
Pandanglah wajah mulia-Nya;
Di dalam terang kemuliaan-Nya,
Dunia akan menjadi hampa. —Lemmel
(Buku Lagu Perkantas, No. 74)

Kita bisa mencapai akhir dengan meyakinkan ketika kita memusatkan perhatian kepada Kristus.