Curhat: Kasih Tak Sampai

Oleh Reza Adipratama

“Kali ini Fey mau membacakan kiriman dari seorang pendengar Care FM, Zizi.”

“Entah berapa kali lagi aku harus pindah gereja. Aku cuma pengen cari keluarga. Orang yang care satu sama lain. Tapi, kenapa ya, aku nggak bisa nemuin itu ? Kemarin, sempet senang juga sih, waktu nemuin suasana kekeluargaan di komunitas youth sebuah gereja.

“Ni aku mau dibawa kemana ? Ruangannya kok gelap banget sih…” tanya Oshin.

Tiba-tiba aja…

“Happy birthday to you… Happy birthday to you..” ujar teman-teman di komunitas youth itu.

“Wow! Mereka care banget sama teman mereka. Ini dia ‘keluarga’ yang aku cari-cari! Sayang banget kalo cuma aku aja yang bergabung di situ. Yup! Aku mulai rajin cari jiwa. Jiwa-jiwa baru itu pun, rajin datang ke acara youth. Mereka betah persekutuan di sana. Aku senang karenanya. Bukan hanya itu. Kadang, aku juga mengcover kekurangan anak-anak. Tatkala ada yang menyendiri dan merasa terasing, aku yang menemani mereka. Mengajak mereka ngobrol biar mereka homy. Aku juga pernah ngadain ulang tahun buat salah satu anak youth yang baru aja bergabung. Supaya mereka merasa mereka punya saudara di sini. Namun, lama-kelamaan semangat itu memudar.

“Satu, dua, tiga. Asyik, 3 hari lagi aku ulang tahun. Menurut kebiasaan teman-teman sih, Minggu besok aku bakal dapat kejutan dari mereka. Hmm… jadi nggak sabar nunggu !!” khayalku.

Hari pun berganti dan akhirnya, saat yang dinanti-nantipun tiba. Tanggal 27 Mei.

“Zi, jangan lupa lho besok Sabtu kita ada rapat. Dateng ya, daag… ” ujar Sarah anak youth terakhir yang kutemui habis kebaktian.

Aku cuma melongo. What? Cuma begitu aja? Nggak, nggak mungkin! Pasti ini trik mereka buat ngerjain aku. Liat aja, bentar lagi mereka bakal bawain kue ulang tahun buat aku. Aku menunggu hingga semua orang sudah pulang. Aku menanti di depan pintu lift.

Satu menit.

Dua menit.

Lima belas menit pun berlalu. Namun, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada teriakan, ”Surprise!!” Apalagi kue ulang tahun. Ya ampun. Aku pulang dengan perasaan gondok. Kirain mereka akan mengingat ulang tahunku. Secara, aku ini aktivis gereja gitu loh. Ternyata, aku nggak penting di mata mereka. Ini dosa mereka yang kesekian. Selama di persekutuan, aku juga dicuekin sama mereka. Nggak pernah di ajak ngomong, apalagi disapa. Biasalah, nge-gank!

Waktu pun berlalu. Hingga akhirnya ada seorang cowok yang nembak aku. Meski beda keyakinan, dia itu care banget sama aku. Lama kelamaan, aku bisa melupakan kekecewaanku. Dan kayaknya, Aku mulai tertarik sama keyakinan cowokku itu. Karena kasih itu nyata di dirinya.

Kristen dan kasih. Huh ! Udah basi tau!?! Katanya ini tahun belas kasih dan kepedulian. Mana buktinya ? Dari: Zizi the stranger.”

“Okey, itu tadi curhatan dari Zizi. Mungkin ada teman-teman yang punya solusi atau komentar buat Zizi; Fey tunggu ya jawaban teman-teman. Tetep stay tune di ‘Aku Peduli’ Care Radio Karena Kamu Begitu Berharga”

Kamu punya solusi atau komentar buat Zizi? Ayo bagikan di kolom komentar di bawah ini!

Sebuah Pelajaran

Selasa, 5 Februari 2013

Sebuah Pelajaran

Baca: Roma 12:14-21

Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! —Roma 12:21

Pada suatu musim panas, ketika saya sedang berada di suatu acara reuni dengan teman-teman satu sekolah menengah atas, seseorang menepuk pundak saya dari belakang. Ketika membaca nama pada tanda pengenal wanita itu, pikiran saya dibawa ke masa lalu. Saya teringat pada secarik kertas yang dilipat sampai kecil dan diselipkan ke dalam loker saya. Di dalamnya tercantum kata-kata tajam berupa penolakan yang mempermalukan dan mematahkan semangat saya. Saya ingat pada waktu itu saya berpikir, Kurang ajar sekali, orang itu harus diberi pelajaran! Meski saya merasa seakan mengalami kembali rasa sakit pada masa remaja itu, dengan susah payah saya memaksa diri untuk tersenyum seperlunya; dan kata-kata yang tidak tulus mulai keluar dari mulut saya.

Kami mulai bercakap-cakap. Ia mulai menceritakan kisah yang menyedihkan dari kehidupan keluarganya yang sulit dan pernikahannya yang tidak bahagia. Ketika mendengar semua itu, perkataan tentang “akar yang pahit” dari Ibrani 12:15 terbersit dalam pikiran saya. Itulah yang saya rasakan, pikir saya. Setelah bertahun-tahun berlalu, saya masih saja menyimpan akar pahit yang tersembunyi dalam diri saya dan terus membelit serta mencekik hati saya.

Lalu ayat ini muncul dalam pikiran saya: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rm. 12:21).

Kami pun tidak hanya sekadar berbicara, tetapi juga menangis bersama. Tidak satu pun di antara kami menyinggung kejadian di masa lalu itu. Allah mengajarkan kepada seseorang sebuah pelajaran pada siang itu—pelajaran tentang mengampuni dan membuang kepahitan. Allah mengajarkan semua itu kepada saya. —CHK

Tuhan, tolong aku untuk tidak menyimpan dendam dan kepahitan di
hatiku. Dengan kuasa Roh Kudus, mampukan aku untuk membuang
kepahitanku dan mengampuni mereka yang telah menyakitiku.

Dendam memenjarakan kita, tetapi pengampunan membebaskan kita.