Meraih Kebahagiaan

Jumat, 4 Januari 2013

Meraih Kebahagiaan

Baca: Mazmur 146

Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya. —Mazmur 146:5

Baru-baru ini, saya menyaksikan sebuah iklan televisi dari suatu restoran yang membuat klaim yang bombastis. Di restoran tersebut, iklannya mengatakan bahwa para pengunjung dapat “Meraih Kebahagiaan.” Bukankah menyenangkan jika hanya dengan menyantap kentang, daging, pasta atau hidangan penutup, seseorang dapat meraih kebahagiaan? Sayangnya, tidak ada restoran yang dapat memenuhi janji tersebut.

Kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit untuk diraih—ini terbukti hampir dalam setiap aspek kehidupan kita. Cara kita mencari kebahagiaan mungkin termasuk menikmati makanan atau sejumlah hal lainnya, tetapi pada akhirnya, kebahagiaan terus lepas dari genggaman kita.

Mengapa demikian? Sebagian besar alasannya adalah karena hal-hal yang cenderung kita kejar tidaklah menjawab kebutuhan hati kita yang terdalam. Pencarian kita mungkin memberikan sekilas kesenangan, pelarian, atau hiburan, tetapi seruan hati kita tetap tidak terjawab—seruan yang merindukan pertolongan dan harapan. Itulah alasan mengapa pemazmur menunjukkan kepada kita suatu jalan yang lebih baik ketika mengatakan, “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya” (Mzm. 146:5).

Meraih kebahagiaan? Bisa—apabila kita mencari kebahagiaan yang ada di dalam Tuhan. Hanya dengan mempercayakan diri kita kepada Allah dan pemeliharaan-Nya, kita dapat menemukan kebahagiaan yang kita cari. Pengharapan dan pertolongan kita hanya dapat ditemukan dalam sikap percaya kepada-Nya. —WEC

Bapa, bawaku mendekat kepada-Mu. Ingatkan bahwa hanya di
dalam-Mu kutemukan sukacita dan kepuasan sejati yang kurindukan.
Tolonglah aku untuk tak sibuk dengan segala masalah yang kelihatan,
tetapi memandang apa yang benar-benar berarti dalam hidup ini.

Orang yang mengutamakan Allah akan memiliki kebahagiaan yang kekal.