Diselamatkan

Kamis, 31 Januari 2013

Diselamatkan

Baca: 1 Korintus 15:1-4, 20-25

“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” —Kisah Para Rasul 16:31

Manuel Gonzalez merupakan anggota tim penyelamat pertama yang berhasil menjangkau 33 orang penambang yang terperangkap selama 69 hari dalam ledakan tambang di Chili pada tahun 2010. Dengan mempertaruhkan nyawanya, ia masuk lebih dari 600 meter ke bawah tanah untuk mengangkat para pekerja yang terperangkap di dalam sana. Dunia menyaksikan dengan takjub ketika satu demi satu pekerja tambang diselamatkan untuk mendapatkan kebebasan.

Alkitab menceritakan suatu kisah penyelamatan yang jauh lebih mengagumkan. Karena ketidaktaatan Adam dan Hawa, seluruh manusia terperangkap dalam dosa (Kej. 2:17; 3:6,19; Rm. 5:12). Karena tidak sanggup membebaskan diri sendiri, setiap manusia menghadapi kematian yang pasti—kematian secara fisik dan bersifat kekal. Akan tetapi Allah sudah menyediakan Juruselamat yaitu Yesus Kristus, Anak Allah. Setiap orang yang menerima anugerah keselamatan cuma-cuma yang tersedia melalui kematian dan kebangkitan-Nya akan terbebas dari cengkeraman dosa yang berujung pada kematian (Rm. 5:8-11; 10:9-11; Ef. 2:1-10).

Yesus Kristus adalah yang “sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor. 15:20). Dialah yang pertama-tama bangkit dari antara orang mati dan hidup untuk selamanya. Demikianlah semua orang yang beriman kepada Kristus akan mendapat hidup yang kekal (Rm. 8:11).

Apakah Anda masih terperangkap dalam dosa? Terimalah anugerah keselamatan dari Yesus dan nikmatilah kemerdekaan hidup di dalam Kristus dan milikilah hidup kekal bersama-Nya (Kis. 16:31; Ef. 2:1, Kol. 2:13). —CPH

Untuk Direnungkan
Apa yang menghalangi Anda untuk berseru meminta kemerdekaan
rohani dari Allah? Apa Anda merasa terlalu berdosa dan tak layak
untuk menerima anugerah-Nya? Baca dan renungkan Roma 3:23-26.

Melalui salib-Nya, Yesus menyelamatkan dan menebus kita.

Tak Dapat Dihentikan

Rabu, 30 Januari 2013

Tak Dapat Dihentikan

Baca: Bilangan 22:10-34

Kemudian Tuhan menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat Tuhan dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, . . . —Bilangan 22:31

Segala cara akan kutempuh. Tak ada yang bisa menghentikanku untuk melakukannya.” Saya sering mendengar orang menunjukkan sikap seperti itu ketika mendapatkan satu gagasan atau melihat satu kesempatan yang kelihatan baik dan menguntungkan. Mereka mengerahkan segala daya upaya mereka untuk mencapainya.

Untuk membuktikan bobroknya pemikiran seperti itu, saya akan menggunakan seekor keledai untuk menjelaskannya—keledai milik seorang pria bernama Bileam.

Bileam ditawari satu tugas yang menguntungkan dari seorang raja negeri tetangga, dan ia minta izin Allah untuk menerima tawaran ini (Bil. 22). Ketika Allah tidak mengizinkannya, wakil raja mengajukan tawaran yang lebih tinggi. Berpikir bahwa Allah mungkin akan berubah pikiran, Bileam kembali bertanya. Allah memberikan izin bagi Bileam untuk menerima tawaran tersebut tetapi dengan sejumlah syarat yang ketat. Allah mengetahui hati Bileam dan tidak berkenan kepadanya, sehingga Dia mengutus malaikat-Nya untuk menghalangi jalannya. Bileam tidak dapat melihat kehadiran malaikat itu, tetapi keledainya yang dapat melihat malaikat itu. Ketika keledainya menolak untuk maju, Bileam menjadi marah kepada keledai itu karena sudah menghambat perjalanannya.

Cerita Bileam mengajar kita bahwa tidak semua hambatan harus diatasi. Sebagian hambatan ditempatkan Allah untuk mencegah kita melakukan hal-hal yang bodoh. Ketika rencana kita terhalang, jangan langsung beranggapan bahwa Iblis yang sedang berusaha menghentikan kita. Mungkin saja itu cara Allah untuk melindungi kita. —JAL

Kiranya hikmat-Mu akan memimpinku selalu,
Karena aku tak berani mempercayai diriku sendiri;
Pimpin aku, Tuhan, dalam kelembutan kasih-Mu,
Jangan biarkan aku berjalan sendiri. —Reed

Allah selalu melindungi kita—bahkan pada saat kita tak menyadari bahwa kita membutuhkannya.

Pita Merah

Selasa, 29 Januari 2013

Pita Merah

Baca: Roma 5:1-8

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. —Roma 5:2

Istilah “pita merah” mengacu pada kejengkelan yang timbul akibat birokrasi berbelit-belit yang menghambat suatu penyelesaian masalah. Semula istilah ini mengacu pada kebiasaan mengikat dokumen-dokumen pemerintah dengan seutas pita merah. Di awal dekade 1800-an, istilah ini dipopulerkan oleh karya tulis seorang sejarawan asal Skotlandia, Thomas Carlyle, yang memprotes lambannya kerja pemerintah. Setelah Perang Saudara di Amerika Serikat, masalah “pita merah” ini kembali muncul ketika para veteran perang menjumpai kesulitan untuk memperoleh tunjangan mereka. Istilah ini mengandung perasaan frustrasi dan kecewa karena besarnya rintangan yang terbangun terhadap usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Pita merah birokrasi memang terjadi di banyak tempat, tetapi ada satu tempat di seluruh alam semesta ini dimana hal itu tidak pernah ada, yaitu di takhta Allah. Dalam Roma 5:2, Rasul Paulus berbicara tentang Kristus, bahwa “oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini.” Ketika hati kita hancur atau hidup kita susah, tidak ada pita merah yang akan menghambat kita untuk datang kepada Allah. Yesus Kristus sudah membuka jalan supaya kita dapat datang ke hadapan Sang Raja surgawi dengan penuh keberanian (Ibr. 4:16).

Ingatlah, ketika hati Anda terluka, Anda tidak perlu menghadapi banyak pita merah untuk menyampaikan kebutuhan Anda kepada Allah. Melalui Kristus, kita mendapatkan akses penuh dan langsung ke hadapan Allah. —WEC

Terima kasih, Bapa, karena jalan menuju takhta-Mu sudah dibuka
untuk kami oleh Yesus Kristus. Kami tahu bahwa Engkau takkan
mengabaikan kami. Terima kasih untuk kepastian yang kami miliki
bahwa Engkau mempedulikan kami.

Takhta Allah selalu terbuka bagi anak-anak-Nya.

Wallpaper: Allah Mendengarkan Doamu

Ilustrasi oleh Leonie Tjandra

Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu (Yeremia 29:12)

Download wallpaper ukuran: 1024×768 | 1280×800

Download wallpaper ukuran: 1024×768 | 1280×800

Masa Lalu Yang Indah

Senin, 28 Januari 2013

Masa Lalu Yang Indah

Baca: Mazmur 143:1-6

Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala. —Mazmur 143:5

Terkadang pikiran kita kembali ke tahun-tahun yang sudah lalu dan merindukan waktu dan tempat yang lebih indah itu, suatu waktu yang kita sebut sebagai “masa lalu yang indah.”

Namun bagi sebagian orang, masa lalu hanya membawa ingatan pahit. Di tengah kelamnya malam, mereka terus merenungkan kegagalan, kekecewaan, dan khayalan mereka sendiri; dan memikirkan betapa kejamnya hidup ini telah memperlakukan mereka.

Adalah lebih baik mengingat masa lalu seperti yang dilakukan Daud, yakni dengan merenungkan segala kebaikan yang telah Allah lakukan, “merenungkan segala pekerjaan-Mu, . . . memikirkan perbuatan tangan-Mu” (Mzm. 143:5). Ketika mengingat kembali kasih setia Tuhan, kita dapat melihat berkat-berkat-Nya di sepanjang kehidupan kita. Inilah kenangan indah yang membawa kebaikan bagi kita. Kenangan-kenangan ini membangkitkan suatu kerinduan yang mendalam akan diri Allah dan pemeliharaan-Nya yang lebih lagi. Kenangan ini mengubah masa lalu menjadi suatu masa yang dipenuhi kedekatan dan persekutuan dengan Tuhan kita.

Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang wanita lanjut usia yang biasa duduk diam selama berjam-jam di kursi goyangnya, dengan tangan yang terlipat di pangkuan dan mata yang memandang jauh ke depan. Suatu hari putrinya bertanya, “Ibu, apa yang Ibu pikirkan ketika duduk diam di kursi goyang itu?” Ibunya menjawab lembut dengan kilauan di matanya, “Itu rahasiaku dengan Yesus.”

Saya berdoa, kiranya kenangan dan perenungan kita akan membawa kita ke dalam hadirat-Nya. —DHR

Aku menjanjikan kepadamu kehadiran-Ku
Menyertaimu ke mana pun engkau pergi;
Aku takkan pernah meninggalkanmu
Saat engkau menjalani hidupmu di bumi. —Rose

Persekutuan dengan Kristus merupakan rahasia kebahagiaan untuk masa kini dan selamanya.

Ciri Kepemimpinan

Minggu, 27 Januari 2013

Ciri Kepemimpinan

Baca: Markus 10:35-45

Dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. —Markus 10:44

Ketika mengunjungi kampus Universitas Purdue di suatu hari yang sangat dingin di musim dingin, saya berpapasan dengan dua pemuda yang sedang membersihkan salju tebal di tepi jalan dekat asrama. Mengira bahwa mereka pastilah mahasiswa baru yang sedang diberi tugas berat oleh para senior asrama tersebut, saya berkata, “Waktu kalian bergabung, mereka pasti tidak bilang jika kalian harus melakukan ini, kan?” Salah seorang dari mereka memandang saya sambil tersenyum dan berkata, “Kami berdua adalah mahasiswa senior. Saya wakil presiden asrama dan teman saya ini presidennya.” Saya berterima kasih kepada mereka atas kerja keras mereka dan meneruskan perjalanan. Saya pun diingatkan kembali bahwa melayani orang lain merupakan ciri seorang pemimpin sejati.

Pada saat dua murid Yesus meminta kedudukan terhormat dalam kerajaan-Nya yang akan datang, Tuhan mengumpulkan kedua belas murid-Nya dan berkata, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk. 10:43-44). Untuk menegaskan maksud-Nya, Yesus mengingatkan mereka bahwa Dia telah datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani manusia dan memberikan nyawa-Nya untuk membebaskan mereka dari cengkeraman dosa (ay.45).

Ciri dari kepemimpinan yang sejati dan saleh tidak terletak pada kekuatan dan hak istimewa, melainkan pada pelayanan yang dilakukan dengan rendah hati. Allah memberi kita kekuatan untuk mengikuti teladan Yesus dan untuk memimpin di jalan-Nya. —DCM

Jalan kepemimpinan itu ditempuh oleh mereka
Yang dengan rela hati berjalan bersama Allah,
Semangat mereka yang penuh kasih terpancar
Membuat Anda ingin mengikuti jalan mereka. —D. De Haan

Seorang pantas memimpin apabila ia telah belajar untuk melayani.

Waktu Bercerita

Sabtu, 26 Januari 2013

Waktu Bercerita

Baca: 2 Korintus 3:1-11

. . . bahwa kamu adalah surat Kristus . . . ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. —2 Korintus 3:3

Waktu kecil, saya suka sekali ketika ibu membacakan cerita buat saya. Saya akan duduk di pangkuannya dan menyimak setiap kata yang ibu ucapkan. Ketika ibu membaca, saya akan memperhatikan dengan saksama setiap gambar dan dengan semangat ingin mendengar apa yang akan terjadi pada halaman berikutnya.

Apakah pernah terlintas dalam benak Anda bahwa hidup kita juga menceritakan suatu kisah? Dalam setiap situasi—yang baik, buruk, atau biasa saja—orang-orang di sekitar kita memperhatikan dan mendengar kisah yang kita sampaikan. Kisah kita disampaikan tidak saja melalui perkataan kita, tetapi juga melalui sikap dan perbuatan kita dalam menghadapi berbagai badai atau berkat yang dialami dalam hidup ini. Anak-anak, cucu, pasangan, tetangga dan rekan kerja kita dapat mengamati kisah yang kita sampaikan.

Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai pengikut Yesus, hidup kita adalah seperti surat-surat yang “dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang; . . . surat Kristus . . . ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup” (2 Kor. 3:2-3).

Kisah apakah yang sedang dibaca oleh orang-orang di sekitar kita melalui hidup kita? Kisah tentang pengampunan? Belas kasihan? Kemurahan hati? Kesabaran? Kasih?

Bila Anda mengalami sukacita dari hidup penuh anugerah yang datang dari Roh Allah yang tinggal di dalam Anda, selamat menikmati sukacita menjadi salah satu pencerita Allah yang luar biasa! —JMS

Tuhan, kami mengasihi-Mu. Kami ingin hidup kami menceritakan
tentang kebaikan dan anugerah-Mu. Kiranya kami dapat menjadi
saksi-Mu yang pemberani. Pakai kami dalam cara-cara
yang tak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya.

Kiranya hidup Anda menceritakan tentang kasih dan kemurahan Kristus kepada siapa saja di sekitar Anda.

Daftar Tamu

Jumat, 25 Januari 2013

Daftar Tamu

Baca: Lukas 14:7-14

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia. —Lukas 14:13-14

Qumran merupakan suatu komunitas orang Yahudi pada abad pertama yang mengasingkan diri mereka dari pengaruh luar dengan maksud untuk menyiapkan diri bagi kedatangan Mesias. Mereka begitu teliti dalam menerapkan kehidupan ibadah, tata cara penyucian, dan ketaatan yang ketat pada norma-norma yang berlaku. Catatan peninggalan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengizinkan orang cacat, buta, dan lumpuh untuk tinggal dalam komunitas mereka. Hal ini didasarkan pada keyakinan mereka bahwa orang yang memiliki cacat fisik itu najis. Orang-orang cacat tidak pernah diundang ke acara perjamuan makan mereka.

Ironisnya, pada saat yang sama Mesias bangsa Israel sedang melayani di banyak kota dan desa dari wilayah Yudea dan Galilea. Yesus memberitakan kerajaan Bapa-Nya, menyampaikan ajaran dan penghiburan, serta melakukan berbagai mukjizat yang dahsyat. Dengan terang-terangan, Yesus menyatakan: “Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia” (Luk. 14:13-14).

Perbedaan mendasar antara perkataan Yesus dengan daftar tamu dari “kaum elit rohani” di komunitas Qumran ini mengajarkan kita sesuatu. Sering kali kita lebih suka bersekutu dengan orang-orang yang berpenampilan, berpikir, dan bertindak seperti kita. Namun Tuhan mendesak kita untuk menjadi seperti Dia dan membuka pintu rumah kita bagi siapa saja. —HDF

Injil harus diberitakan kepada semua orang,
Bukan saja kepada yang mirip Anda dan saya;
Karena Allah menerima semua orang
Yang datang kepada-Nya untuk dimerdekakan. —Sper

Injil yang terbuka bagi siapa saja tidak dapat diberitakan kepada kalangan tertentu saja. —George Sweeting

Seperti Yesus

Kamis, 24 Januari 2013

Seperti Yesus

Baca: 1 Yohanes 2:5-11

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. —1 Yohanes 2:6

Dalam suatu ibadah anak-anak, seorang guru sedang membahas tentang hukum pertama dari Sepuluh Perintah Allah: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Kel. 20:3). Ia menganjurkan beberapa cara supaya anak-anak dapat menerapkannya. Katanya, “Tak boleh ada satu pun yang lebih penting daripada Allah, baik itu permen, pekerjaan rumah, atau video games.” Ia berkata kepada mereka bahwa mengutamakan Allah berarti sebelum melakukan hal-hal lain, mereka harus menyediakan waktu bersama-Nya dengan cara membaca Alkitab dan berdoa.

Seorang anak yang usianya lebih tua di kelompok itu menanggapi dengan mengajukan suatu pertanyaan yang menggugah. Ia bertanya, apakah menjadi orang Kristen berarti menaati peraturan demi peraturan atau justru berarti Allah ingin dilibatkan dalam semua bagian dari hidup kita.

Terkadang kita membuat kesalahan dengan memandang Alkitab sebagai suatu daftar peraturan. Menaati Allah (Yoh. 14:21) dan menyediakan waktu bersama-Nya memang penting, tetapi itu dilakukan bukan karena kita harus menaati peraturan yang ada. Yesus dan Bapa-Nya memiliki hubungan yang penuh kasih. Ketika kita menjalin hubungan dengan Allah, kita pun rindu menghabiskan waktu bersama-Nya dan mematuhi-Nya supaya kita dapat menjadi semakin seperti Yesus. Yohanes berkata, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh. 2:6). Yesus merupakan teladan yang patut kita contoh.

Ketika ingin mengerti bagaimana caranya mengasihi, atau bersikap rendah hati, atau beriman, atau bahkan menetapkan prioritas, kita dapat memandang kepada Yesus dan meneladani isi hati-Nya. —AMC

Tuhan, saat menghadapi hari yang baru ini, kuserahkan hidupku
untuk dipimpin Roh-Mu. Beriku hikmat dalam menetapkan prioritas,
tetapi terlebih beriku kepekaan hati untuk hidup seperti Yesus hidup—
suatu hati yang dipenuhi dengan kasih dan kuasa-Mu. Amin.

Yesus memanggil kita untuk mengikut Dia.