Tidak Ditinggalkan

Selasa, 20 November 2012

Tidak Ditinggalkan

Baca: Mazmur 13

Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terusmenerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? —Mazmur 13:2

Ketika Karrisa Smith sedang melihat-lihat buku di sebuah perpustakaan setempat sambil membawa putrinya yang berusia 4 bulan dan suka berceloteh tanpa henti, seorang pria tua dengan kasar menyuruh Smith untuk membuat putrinya diam atau pria itu sendiri yang akan melakukannya. Smith menjawabnya, “Saya turut menyesal atas apa pun yang telah terjadi dalam hidup Anda sehingga Anda begitu terganggu oleh bayi yang sedang bergembira. Namun saya takkan meminta bayi saya untuk berhenti mengoceh, dan saya pun takkan membiarkan Anda melakukannya.” Pria itu menundukkan kepala dan meminta maaf, lalu bercerita tentang putranya yang meninggal lebih dari 50 tahun yang lalu karena Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Selama itulah pria tua itu telah memendam rasa duka dan amarahnya.

Di Mazmur 13, Daud mengungkapkan rasa dukanya. Ia dengan jujur dan blak-blakan meratap kepada Allah, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (ay.2). Pertanyaan ini mencerminkan rasa takut akan ditinggalkan. Seruan kesedihan Daud tergantikan dengan permohonan minta tolong dan penegasan kembali imannya dalam kasih Allah baginya (ay.4-6). Keyakinan dan keteguhan tekad muncul seiring dengan seruan kesedihan.

Kita semua pernah mengalami suatu masa kekelaman jiwa dimana kita bertanya apakah Allah telah meninggalkan kita. Namun seperti Daud, rasa sakit kita bisa tergantikan dengan sukacita ketika kita menghampiri Allah dengan jujur, memohon pertolongan-Nya, dan menegaskan kembali kepercayaan kita dalam Allah yang kasih-Nya bagi kita takkan pernah goyah atau berubah. —MLW

Kristuslah jawaban bagi hati yang luka,
Kristuslah jawaban bagi penderitaan;
Meski orang lain meninggalkanmu,
Dia akan senantiasa berada di sisimu. —Elwell

Allah tidak pernah membiarkan kita dan meninggalkan kita.